Chapter 2 - Keluarga Luksemburg

"ARGHHHHHHHHHH !!!!!!! panasnya ya Tuhan!!!!!!mengapa aku harus mati mengenaskan?! padahal aku selalu jadi anak baik yang tidak sombong dan rajin menabung. Belum lagi masih banyak yang mau aku capai. Hiks.. hiks..malangnya nasibku.." batinku.

Siapa yang menyangka, hari dimana aku menerima gelar profesor dokterku adalah hari tersial seumur hidupku? Ya, sangat sial! karena hari dimana aku disematkan gelar "profesor" nan membanggakan itu, aku mati..

Namun mendadak pandanganku menggelap, kesakitan yang aku rasakan sampai ketulang-tulangku perlahan tidak kurasakan lagi. Entah apa yang terjadi padaku sekarang, tapi satu yang pasti. Aku lega. Ya, sangat lega. Akhirnya aku terbebas dari rasa sakit tak berkesudahan itu.

Aku mencoba perlahan membuka mataku, kulihat setitik cahaya yang semakin membesar hingga membuatku menutup kedua mataku dengan telapak tangan.

Saat kupastikan kilatan cahaya itu menghilang, perlahan aku mencoba membuka mataku kembali. Betapa terkesiapnya aku saat mendapati diriku berada dalam gendongan seorang wanita yang sangat cantik.

Ahh..Apa aku sudah berada di akhirat? mungkinkah wanita ini sejenis bidadari atau mungkin malaikat?

Ia berambut panjang bewarna blonde dengan iris mata birunya yang terlihat seperti batu permata sapphire, dan kulitnya pun putih mulus dan bersih.

Siapa gerangan dia**?

"Selamat Nyonya Duchess, bayinya sangat cantik seperti anda. Semoga ia tumbuh menjadi anak yang cerdas dan bijaksana," ucap pengasuh Joy.

Wanita itu tersenyum melihatku. "Terima kasih bibi Joy, bantu aku menjaganya ya," ucapnya seraya menciumi pipiku.

"Aneh, daritadi putriku ini belum menangis bibi. Apa ia baik-baik saja? wajahnya terlihat pucat," tanya wanita itu khawatir.

Sementara dalam benakku, "Ini nyata bukan?! Aku masih hidup! Aku masih hidup!! horeee aku masih hidup!!!!" ungkapku bahagia, seketika aku menangis dengan keras.

*Oeeeee *Oeeeee *Oeeeeee

Tangis lega bercampur bahagiaku menggelegar dalam ruangan kamar itu. Udah bodoh amat pokoknya!

Wanita itu terlihat lega setelah mendengar tangisanku. Ia mengelus kepala dan pipiku perlahan dengan tatapan penuh kasih sayang dan kelembutan.

Selang beberapa menit kemudian, datang seorang pria tinggi, dengan rambut berwarna hitam, iris matanya bewarna hijau seperti Emerald, dengan bentuk badan yang bidang dan gagah. Ia menghampiri wanita yang menggendongku.

Aku berhenti menangis saat ia mengelus lembut kepalaku perlahan dengan mata berkaca-kaca dan diciumnya keningku perlahan. Dikecupnya juga kening wanita yang menggendongku.

"Terima kasih sayang, lengkap sudah kebahagiaan kita," ucapnya seraya merangkul wanita itu.

"Siapa kalian?" tanyaku. Aku syok saat mendapati ucapanku yang terdengar lain dari apa yang kumaksudkan. Pertanyaanku malah menjadi "Gagagu Eng Bububu?"

Mataku membola saat menyadari kalau tubuhku berubah menjadi bayi. Ini bohong bukan?!

"A-a-aku jadi bayi?! Holy shit!" benakku.

Melihat keadaanku sekarang, aku justru semakin tenggelam dalam perasaan kesal bercampur marah pada Tuhan atau Dewa atau siapapun itu yang membawa semua kemalangan ini untukku.

"Entahlah Tuhan atau dewa yang membuat kesialan beruntun ini padaku. Apa masalahmu denganku?! tidak cukup kau membuatku mati terbakar? dan sekarang kau membuatku jadi bayi. Penghinaan macam apa ini?!" protesku dalam hati.

Sungguh aku sangat sedih dan sangat tidak nyaman. Aku yakin mau aku marah-marah berjam-jam pun, percuma saja. Situasi tidak akan berubah, ditambah lagi menguras emosi. Rasanya bingung apa yang harus aku lakukan sekarang?

Merasa ketidaknyamananku, tiba-tiba wanita yang menggendongku seperti menyadari ada yang mengangguku, ia menggoyang-goyangkan pelan diriku sembari tersenyum tulus menatap dan mengelus pelan pipiku.

Hangat.

Dari perkataan dan perlakuannya, nampaknya dia adalah ibuku. Sementara pria yang berdiri disebelahnya dan merangkulnya adalah ayahku.

Aku termenung membayangkan semua yang terjadi padaku, semuanya terjadi secepat kilat.

Give me a break Oh God!

Aku sangat bingung harus bagaimana sekarang, pasalnya tak ada yang bisa kulakukan. Apa yang bisa diharapkan dari tubuh bayi bayi berumur satu hari?! Ini benar-benar bencana!

Dalam pikiranku, aku menghela nafas kasar. Sepertinya tidak ada pilihan lain bagiku, selain berusaha menerima kondisiku sekarang. Aku harus bisa bertahan hidup dulu. Aku tidak bisa bertindak sembarangan dengan tubuhku yang masih rawan ini.

Saat sedang asik dengan pikiranku sendiri, wanita itu menciumi pipiku dan tanpa sadar aku tersenyum geli. Aku merutuki diriku yang bisa-bisanya tersenyum akan hal memalukan semacam ini.

Tak bisa kubayangkan akan seperti apa hari-hariku menjadi seorang bayi tak berguna yang kerjaannya cuma makan, tidur, dan poop.

Cuma ya.. haha.. ya cuma!

Mereka berdua menatapku dengan senyuman lebar yang tak luntur dari wajahnya. Reflek aku membalas senyuman mereka dan saat wanita serta pria itu melihat senyumanku, mereka menatapku dengan sorot mata berbinar.

"Putri kita murah senyum sekali ya istriku?" ujar pria itu.

Wanita itu mengangguk sambil membuka kancing bajunya dan mendekatkan wajahku ke dadanya.

Tunggu?! Tunggu dulu?! aku tidak mau?!!!!!tidak!!!! ini menggelikan?! setidaknya kasih aku susu botol saja?!

Aku berusaha menggerakkan setiap tubuhku untuk menunjukkan ketidaknyamananku, tapi badanku tidak mau bergerak sesuai keinginanku. Melihat aku yang tampak tidak nyaman, bukannya berhenti, wanita ini malah lebih mendekatkan dadanya ke bibirku.

Yang lebih parah dia sedang berusaha memasukkan nipp**nya kedalam mulutku. Aku berusaha menghindar selama hampir 5 menit, hingga di sinilah aku sekarang. Menyusu padanya dan mulai merasa sangat mengantuk.

Sialan! hancur sudah harga diriku..

Saat mataku hampir tertutup, rasa kantukku memudar saat tiga orang anak laki-laki masuk menghampiri kami.

"Kemarilah nak, lihatlah adik perempuan kalian," ucap wanita itu yang ternyata setelah aku dengar-dengar dari orang-orang yang sepertinya para pelayan dirumah ini adalah seorang Duchess Luksemburg.

Mereka bertiga pun mendekat. "Ibuuu.. adik perempuanku kecil sekali ibu, hihihi.." ucap Stanley.

"Enak saja! adik perempuanku kali kak!" sambung Arthur.

"Emm.. dia cantik sekali. Tapi kalian berdua salah, dia adikku. Adik perempuanku!" gumam Halbert.

Pria tampan yang tadi menciumku, dia dipanggil para pelayan disini, Duke Luksemburg. Ia merangkul ketiga anak laki-laki itu yang tampaknya adalah kakakku. "Sudahlah kalian! jangan meributkan hal tidak penting. Dia adik kalian bertiga dan kalian bertiga sama-sama kakaknya," ucapnya tegas.

"Hehehe.. iya ayah, kami hanya bercanda. Benar kan Arthur, Halbert?!" tanya Stanley berkeringat dingin.

"Benar benar," jawab Arthur dan Halbert bersamaan mengangguk cepat. Mereka bertiga amat menggemaskan, ukhh. Tapi itu lima menit yang yang lalu, sekarang bagiku mereka hanyalah anak-anak yang menyebalkan karena mereka tak berhenti memperhatikan setiap sudut wajahku dan mendoel-doel pipiku.

"Dia seperti kombinasi antara ayah dan ibu," ucap Halbert tersenyum lebar.

"Kau benar, rambutnya berwarna hitam seperti ayah dan matanya berwarna biru seperti ibu," sambung Arthur.

Duke Luksemburg mengelus ketiga kepala anak laki-laki nya.

"Ia cantik seperti ibu kalian, kalian harus menjaganya dan ibu ya karena kalian adalah jagoan-jagoannya ayah dan ibu," ucapnya.

"Ayah, ibu, tenang saja..kami akan menjaga dan melindunginya," ucap Stanley.

"Tentu saja ayah, ibu" sambung Arthur.

"Pasti kami akan menjaganya," ucap Halbert.

"Ayah, apakah ayah sudah memberikannya nama?" tanya Stanley.

"Iya, ayah dan ibu sudah mempersiapkan nama untuknya. Namanya, Zwetta Ellaria Luksemburg. Kita akan memanggilnya Ella," ucap Duke.

"Nama yang bagus ayah!" ucap Halbert. Stanley dan Arthur menganggukan kepala setuju dengan Halbert.

"Nama yang indah," ujar Stanley menatapku berbinar-binar.

"Benar, nama yang cocok sekali untuknya," ucap Arthur penuh antusias.

Zwetta Ellaria Luksemburg? nama yang cantik dan terdengar bergaya. Aku melihat mereka berlima yang sedang bercengkrama dan tertawa, sungguh gambaran sebuah keluarga yang hangat dan penuh cinta seperti di negeri dongeng. Sangat jauh berbeda dengan keluargaku dulu.

Dan sekarang, aku bagian dari keluarga ini. Aku tersenyum lebar pada mereka berlima, kuharap mereka bisa merawat dan membesarkanku dengan baik. Saat mereka tersadar dengan senyumanku, mereka berlima terpesona dengan senyuman polos bayi mungil cantik ini.

****

Enam bulan telah berlalu sejak aku terlahir kembali, setiap hari aku berlatih untuk menggerakkan badanku ini. Awalnya kupikir ini akan mudah dilakukan, tapi ternyata tidak semudah itu Ferguso! masalahnya badanku tidak mau menuruti apa yang ku kehendaki.

Dengan susah payah aku latih badanku hari demi hari agar bisa bergerak sesuai keinginanku.

Bibi Joy bertepuk-tepuk tangan.

"Iya Nona Ella, terus.. terus.. sedikit lagi.."

Sedikit lagi darimana?! ini bahkan belum sampai pertengahan bibi. Batinku.

Ngggghhh (aku berusaha menahan sakit agar bisa duduk)

*Hepppp

Akhirnya aku pun sudah bisa duduk dan merangkak di usiaku yang keenam bulan.

Huhuhuhuhu.. bangganya aku pada diriku ini, kau benar-benar sudah bekerja keras wahai diriku!

Bibi Joy pengasuhku beserta ayah, ibu, dan kakakku yang melihatku dapat duduk dan merangkak dengan cepat, begitu bangga padaku. Kata mereka aku bayi cantik yang jenius. Padahal tidak tahu saja mereka, seberapa rajin dan keras aku melatih tubuhku ini -_-.

Dikehidupanku yang sekarang, aku sih ingin lebih menikmati hidup. Maka dari itu aku berusaha maksimal untuk cepat beradaptasi disini. Setelah enam bulan disini, aku telah mengetahui semua tentang keluargaku yakni keluarga Luksemburg. Mari aku perkenalkan Keluarga Luksemburg.

Ayahku bernama Duke Ardolph De Luksemburg, ia adalah salah satu Duke yang memegang pilar kerajaan karena berkuasa atas kekuatan militer kerajaan Magentia. Ia diberi julukan legend warrior dan merupakan jendral militer yang memerintah setiap pasukan kesatria kerajaan Magentia.

Ibuku ialah Duchess Sapphira Odelia Luksemburg. Sebelum menikah dengan ayah, ibu adalah putri dari Marquess Frederick. Ibu disebut-sebut sebagai salah satu wanita tercantik di kerajaan Magentia ini.

Setelah enam bulan mengamati ibu, ia adalah wanita yang lemah lembut namun tegas dan anggun. Aku tidak heran melihat ayah klepek-klepek dengannya. Bayangkan sampai bisa punya anak 4 loh?! xixixixixixi...

Ibu juga pandai menyulam, aku sering mengamatinya dan hasil sulaman ibu sungguh indah. Lalu semua urusan keuangan dan jamuan keluarga Luksemburg diurusi oleh ibu, ia adalah cerminan seorang wanita bangsawan yang bisa di andalkan.

Kakak pertamaku bernama Stanley Aylward Luksemburg. Ia berusia sepuluh tahun dan sangat mirip dengan ayah. Seperti ayah versi kecil, dengan rambut hitam pekat dan iris mata berwarna hijau.

Kakak pertamaku Stanley, sejak kecil ia sudah memiliki jiwa kepemimpinan. Ia selalu peduli pada kami adik-adiknya, setiap hari ia menemani dan bermain bersama kami bertiga. Kalau Arthur dan Halbert berkelahi, ia yang akan menjadi penengahnya.

Sedangkan kakak keduaku, Arthur Robert Luksemburg. Ia berusia delapan tahun, ia memiliki warna rambut light beige dan iris mata berwarna biru seperti mata ibu.

Kakak keduaku Arthur, ia juga seorang yang jenius sepertiku. Sejak kecil, sifat khasnya adalah kelicikannya dalam memperoleh apa yang dia inginkan. Stanley dan Halbert sering menjadi sasaran kelicikannya itu. Tapi pada akhirnya setelah ia mendapatkan apa yang ia mau, ia akan membagikannya pada kami bertiga.

Kakak ketigaku, Halbert Tarver Luksemburg. Ia berusia enam tahun dan memiliki rambut berwarna light beige seperti ibu dengan iris mata hijau seperti ayah.

Kakak ketigaku Halbert, sejak kecil kemampuan fisiknya sangat kuat. Ia sering bercanda dan berkelahi dengan Arthur sejak kecil. Namun, ia sangat manja dengan Stanley.

Lalu yang terakhir adalah aku, Zwetta Ellaria Luksemberg. Usiaku sekarang enam bulan. Aku memiliki rambut hitam seperti ayah, dengan iris mata berwarna seperti ibu.

Kesimpulannya kakak pertamaku kuat dalam kepemimpinan, kakak keduaku dalam pemikiran, dan kakak ketigaku kuat secara fisiknya.

Keluarga Luksemburg memperkerjakan bibi pengasuh Joy untuk membantu menjaga anak-anak keluarga ini. Kakak-kakakku juga diasuh oleh bibi Joy. Kepala butler, asisten kepala, pelayan, dan kesatria di kediaman Luksemburg ini juga baik-baik dan ramah.

Enam bulan setelah aku lahir kembali, aku terlahir di keluarga ini. Keluarga Luksemburg yang penuh kehangatan, membuat aku perlahan mulai mengecap manisnya kehidupanku di Kerajaan Magentia.

- To be continued

Terpopuler

Comments

<<[]©®Gu Han®©[]>>

<<[]©®Gu Han®©[]>>

lanjutkan thor

2021-02-23

0

Kim taehyung

Kim taehyung

pertahankan ya thor SUKA sama ceritanya pdhal baru baca

2020-10-18

14

Eliza

Eliza

bagus thor novelnya 🤗🤗

2020-08-29

7

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1 - Memori Masa Lalu
2 Chapter 2 - Keluarga Luksemburg
3 Chapter 3 - Permata Keluarga
4 Chapter 4 - Monopoli
5 Chapter 5 - Mimpi Buruk
6 Chapter 6 - Pertemuan Dengan Lydia I
7 Chapter 7 - Pertemuan Dengan Lydia II
8 Chapter 8 - Bangun
9 Chapter 9 - Rencana Pembunuhan
10 Chapter 10 - Misteri Kematian Morgan
11 Chapter 11 - Penyusup & Pasar
12 Chapter 12 - Oriel True Self I
13 Chapter 13 - Oriel True Self II
14 Chapter 14 - Oriel True Self III
15 Chapter 15 - Magic Voun
16 Chapter 16 - Tantangan Goddard
17 Chapter 17 - Insist
18 Chapter 18 - Tes Pelatihan Fisik
19 Chapter 19 - Beast Man
20 Chapter 20 - Perundingan Siasat I
21 Chapter 21 - Perundingan Siasat II
22 Chapter 22 - Unique Magic Ardolph
23 Chapter 23 - The End Of Mamon
24 Pengumuman
25 Chapter 24 - Cerita Dunia
26 Chapter 25 - Harapan Yang Memupus
27 Chapter 26 - Hati Yang Membeku
28 Chapter 27 - Sepuluh Tahun
29 Chapter 28 - Sang Naga Suci
30 Chapter 29 - Master Jimbo
31 Chapter 30 - Benang Aliran Sihir
32 Chapter 31 - Penyihir Naga Suci
33 Chapter 32 - Terjebak Cinta Buta I
34 Chapter 33 - Terjebak Cinta Buta II
35 Chapter 34 - Kekecewaan Seorang Ibu
36 Chapter 35 - Mengaitkan Umpan
37 Chapter 36 - Suratan Takdir
38 Chapter 37 - Aroma Busuk
39 Chapter 38 - Memilih Dia
40 Chapter 39 - Keinginan Yang Sama
41 Chapter 40 - Harapan Kesembuhan
42 Chapter 41 - Elgant Hatred
43 Chapter 42 - Missing
44 Chapter 43 - Pertemuan Tak Terduga
45 Chapter 44 - Penguasa Kegelapan
46 Chapter 45 - Kobaran Api
47 Chapter 46 - Sekte Pemuja Iblis I
48 Chapter 47 - Sekte Pemuja Iblis II
49 Chapter 48 - Parasit
50 Chapter 49 - Keraguan Raja
51 Chapter 50 - Di Balik Dinding
52 Chapter 51 - Megion Pernomacia
53 Chapter 52 - Bloody Night
54 Chapter 53 - Kecemasan Adasha
55 Chapter 54 - Pasrah
56 Chapter 55 - Flame Oak Fight (I)
57 Chapter 56 - Flame Oak Fight (II)
58 Chapter 57 - Flame Oak Fight (III)
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Chapter 1 - Memori Masa Lalu
2
Chapter 2 - Keluarga Luksemburg
3
Chapter 3 - Permata Keluarga
4
Chapter 4 - Monopoli
5
Chapter 5 - Mimpi Buruk
6
Chapter 6 - Pertemuan Dengan Lydia I
7
Chapter 7 - Pertemuan Dengan Lydia II
8
Chapter 8 - Bangun
9
Chapter 9 - Rencana Pembunuhan
10
Chapter 10 - Misteri Kematian Morgan
11
Chapter 11 - Penyusup & Pasar
12
Chapter 12 - Oriel True Self I
13
Chapter 13 - Oriel True Self II
14
Chapter 14 - Oriel True Self III
15
Chapter 15 - Magic Voun
16
Chapter 16 - Tantangan Goddard
17
Chapter 17 - Insist
18
Chapter 18 - Tes Pelatihan Fisik
19
Chapter 19 - Beast Man
20
Chapter 20 - Perundingan Siasat I
21
Chapter 21 - Perundingan Siasat II
22
Chapter 22 - Unique Magic Ardolph
23
Chapter 23 - The End Of Mamon
24
Pengumuman
25
Chapter 24 - Cerita Dunia
26
Chapter 25 - Harapan Yang Memupus
27
Chapter 26 - Hati Yang Membeku
28
Chapter 27 - Sepuluh Tahun
29
Chapter 28 - Sang Naga Suci
30
Chapter 29 - Master Jimbo
31
Chapter 30 - Benang Aliran Sihir
32
Chapter 31 - Penyihir Naga Suci
33
Chapter 32 - Terjebak Cinta Buta I
34
Chapter 33 - Terjebak Cinta Buta II
35
Chapter 34 - Kekecewaan Seorang Ibu
36
Chapter 35 - Mengaitkan Umpan
37
Chapter 36 - Suratan Takdir
38
Chapter 37 - Aroma Busuk
39
Chapter 38 - Memilih Dia
40
Chapter 39 - Keinginan Yang Sama
41
Chapter 40 - Harapan Kesembuhan
42
Chapter 41 - Elgant Hatred
43
Chapter 42 - Missing
44
Chapter 43 - Pertemuan Tak Terduga
45
Chapter 44 - Penguasa Kegelapan
46
Chapter 45 - Kobaran Api
47
Chapter 46 - Sekte Pemuja Iblis I
48
Chapter 47 - Sekte Pemuja Iblis II
49
Chapter 48 - Parasit
50
Chapter 49 - Keraguan Raja
51
Chapter 50 - Di Balik Dinding
52
Chapter 51 - Megion Pernomacia
53
Chapter 52 - Bloody Night
54
Chapter 53 - Kecemasan Adasha
55
Chapter 54 - Pasrah
56
Chapter 55 - Flame Oak Fight (I)
57
Chapter 56 - Flame Oak Fight (II)
58
Chapter 57 - Flame Oak Fight (III)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!