Tanpa terasa satu tahun telah berlalu, kini semua penghuni kediaman Luksemburg mengagumi kecepatanku dalam belajar. Ya bukannya apa-apa nih, kalau masalah belajar aku tak heran bila mereka kagum padaku seperti itu?
Aku gitu loh..hehe..
Aku sudah bisa berjalan dengan lancar, membaca dan menulis. Melihat perkembanganku yang terlalu cepat, awalnya semua nampak sangat terkejut. Namun kemudian mereka pun lama kelamaan akhirnya terbiasa.
Ketiga saudaraku pun mendadak terbiasa memanggilku dengan panggilan 'jewel'. Mereka bertiga memberikanku julukan Jewel of Luksemburg. Jangan kalian kira semulus itu usahaku untuk membuat mereka takluk begini.
Aku harus rela pipiku diciumi setiap hari, tersenyum manis walaupun sedang tidak ingin, bermanja ria, menunjukkan kepintaranku, dan masih banyak lagi. Walaupun agak jijik dengan diriku yang seperti itu, aku tetap melakukannya supaya mereka senang dan tidak berebutan menarik-narik badanku terus.
Entah sejak kapan mereka bertiga mulai memanggilku begitu. Tapi ku akui, itu tidaklah buruk.
****
Memasuki usiaku yang kedua, ayah dan ibuku memanggil pamanku dari pihak ibu yang bernama Ronald El Frederick untuk mengajariku beserta kakak ketigaku Halbert. Ronald adalah adik kedua dari ibuku yang adalah seorang cendekiawan ternama di Kerajaan Magentia.
Aku isi hari-hariku dengan belajar dan membaca buku di perpustakaan keluarga Luksemburg bersama paman Ron dan juga Halbert. Setelah aku pelajari, ternyata di dunia ini selain terdapat ilmu berpedang, ekonomi, kedokteran, kesenian, agrikultural, aritmatika, sejarah, terdapat juga ilmu sihir.
Sihir di dunia ini dikenal sebagai sihir alamiah. Terdapat enam elemen sihir alamiah dari setiap insan di kerajaan Magentia yakni api, air, angin, tanah, cahaya dan kegelapan. Setiap orang pasti akan memiliki elemen sihir dasar ini.
Selain ke enam sihir alamiah itu, terdapat unique magic. Unique magic ini sangatlah langka, tidak semua orang memilikinya. Di seluruh dunia ini saja, kata Paman Ron hanya ada sebelas orang yang memilikinya.
Hohohoho.. aku tidak sabar untuk mengetahui sihirku sendiri nanti. Membayangkan diriku bisa melakukan sihir seperti dalam dunia fantasi membuat diriku berdebar-debar.
Aku diberitahu oleh paman Ron kalau Duke Luksemburg adalah satu dari kesebelas orang itu.
"Wahhhh..ternyata ayahku hebattt! aku tambah kagum padanya. Tidak hanya tampan, bergelimang harta, dan memiliki jabatan tinggi, ternyata ia juga sangat kuat," ucapku dalam hati sambil tersenyum bangga.
Selesai pembelajaran dengan paman Ron, aku langsung bergegas menuju ruangan kerja ayahku.
"Nona, pelan-pelan jalannya. Bibi takut nona terjatuh nanti," ujar bibi Joy memperingatiku.
Bukannya melambat, aku malah berlari lebih cepat. "Tidak bibi, cepat..cepat..aku ingin segera bertemu ayah. Ada hal yang ingin kubicarakan dengannya."
Melihatku yang buru-buru, bibi langsung menangkap dan menggendongku dari belakang.
Bibi Joy menghela nafas dan terkekeh melihatku yang tidak sabaran.
"Baiklah Nona Ella, bibi akan membawamu kesana. Pegang bibi dengan erat yaa," pinta bibi Joy.
Aku mengangguk dan mengalungkan tanganku di leher bibi Joy.
"Bibi Joy memang yang terbaik," balasku sambil mencium pipinya. Bibi tersenyum senang dan bergegas pergi ke ruangan kerja ayah.
Setiba aku dan bibi Joy disana, bibi menurunkan aku dan mengetuk pintu ruangan kerja Duke. Asisten kepala kediaman Luksemburg, Morgan Laurence pun membukakan pintu.
"Ada apa bibi Joy ?" tanya Morgan datar. "Nona Ella hendak menemui Tuan Duke. Apakah Tuan sedang sibuk?" tanya bibi.
"Tuan sedang sibuk memikirkan strategi untuk perang di wilayah utara. Mohon agar membawa Nona Ella kembali ke kamarnya," kata Morgan datar.
"Tapi Morgan.."
"Tidak apa-apa bibi, ayahku sedang sibuk. Aku tidak ingin menganggu ayah," ucapku memotong pembicaraan bibi Joy.
"Morgan, maaf bila kami telah menganggu," ujarku.
"Terima kasih atas pengertiannya Nona," balas Morgan dengan menundukan kepala memberi hormat. Morgan yang biasanya ramah dan selalu dengan senang mempersilahkanku masuk, tadi ia terlihat sangat serius tadi. Apa akan terjadi perang besar?
Saat aku tengah berjalan menuju kamarku, aku berpapasan dengan ibu. Aku yang sebelumnya sedang memikirkan tatapan Morgan, seketika itu juga melupakan kejadian itu dan berlari kearahnya.
"Ibuuuuuu..." Panggilku sedikit berteriak.
"Ella!!!" pekik ibu seraya merentangkan tangannya hendak menangkapku dalam pelukannya. Aku berlari dengan ceria dan masuk dalam pelukannya.
Ia mencium pipiku bertubi-tubi lalu membelai kepalaku lembut, "maafkan ibu tidak bermain bersamamu hari ini. Ibu sedang sibuk nak. Ibu harus mempersiapkan keberangkatan ayahmu ke utara. Bisa melihat dan mengecup pipimu seperti ini benar-benar melepas penat ibu." Gumamnya senang.
"Tidak apa-apa ibu, Ella mengerti. Oh iya, kapan ayah akan berangkat ke utara bu?" tanyaku penasaran.
"Dua bulan dari sekarang nak. Emm..bermainlah bersama kakak-kakakmu ya, ibu harus bergegas ke ruangan kerja ayahmu sekarang," pintanya padaku.
"Baiklah bu," Kuciumi pipi ibu, lalu ia menurunkanku dari gendongannya. Ibu segera pergi menuju ruangan kerja ayah. Sementara aku pergi ke ruang keluarga dan tampak disana ketiga kakakku sedang bersantai.
"Kakakk!!!" teriakku dari jauh seraya berlari pelan.
"Jewel, kau jangan berlari seperti itu. Bagaimana kalau kau jatuh?" tanya Stanley yang tengah berjalan ke arahku. Ia menangkapku yang tengah berlari pelan lalu menggendongku.
Aku tersenyum lebar. "Terima kasih Kak Stanley!" ucapku ceria.
Arthur dan Halbert mendekat ke Stanley. Arthur mengelus kepalaku. "Jewel, kemarilah, biar kakak keduamu ini yang menggendongmu. Kakak akan memberikanmu permen lingkar kesukaanmu nanti," ucapnya sambil merentangkan lengannya, menunggu aku masuk kedalam pelukannya.
Anw permen lingkar itu sejenis lolipop ya.
"Eitssss..jewel lebih suka berada di pelukanku kak. Lanjutkan saja membaca buku sihirmu itu oh si kutu buku!" balas Stanley yang langsung membalikan badannya dari Arthur untuk menyembunyikanku.
Arthur kesal melihat Stanley yang selalu menghalanginya untuk memelukku. "Kakak! Kau jangan curang! aku juga mau menggendong Jewel," ucap Arthur menatap jengkel Stanley.
Arthur berusaha menarikku dari gendongan Stanley. Tulang-tulangku benar-benar terasa akan lepas. Aku menangis karena kesakitan. Melihat itu, Halbert buru-buru datang melepaskan genggaman Stanley dan Arthur lalu mengambilku dari gendongan Stanley.
Dengan nada tinggi ditanyanya, "Apa kalian berdua sudah gila Kak?! Kalian ingin membunuhnya dengan menariknya kuat seperti itu?"
Aku masih sesenggukan usai menangis cukup keras. Beribu terima kasih kuucapkan padamu Dewa Agung Yeshua karna masih memberiku seorang kakak laki-laki yang mengerti jeritan hati seorang balita.
Kedua kakakku yang sibuk beradu mulut dari tadi, mendadak langsung diam dan berjalan mendekatiku dan Halbert.
"Maafkan kami Jewel, apakah kau baik-baik saja? " ujar Stanley.
*Baik baik saja dari Hongkong! Untung sayang, kalau tidak sudah kugigit daritadi. *
Aku menenangkan diriku agar tidak terlalu terisak lagi. "Aku tidak apa-apa Kak. Jangan tarik aku terlalu kuat lagi, ini sakit," ujarku sedikit memalingkan wajahku dari mereka berdua dan bersender di pundak Halbert.
Mereka mengangguk dan mengecup pipi kanan dan pipi kiriku. "Maafkan kedua kakakmu ini ya jewel, kami kelepasan tadi," ucap Arthur sambil mengelus kepalaku.
"Benar, kami tidak akan mengulanginya lagi," sambung Arthur. Aku hanya mengangguk pelan.
"Malam ini, mari tidur di kamarku Jewel," ajak Halbert.
"Baiklah, aku dan Arthur akan tidur di kamarmu malam ini Halbert," jawab Stanley.
"Siapa yang mengajak kalian berdua?! aku hanya mengajak Jewel," ketus Halbert.
Stanley dan Arthur tampak sebal mendengar penuturan Halbert. "Halbert, kau tidak boleh mendominasi Jewel seperti itu. Selama ini juga kita selalu tidur berempa di setiap kamar kita secara bergiliran," ucap Arthur dengan sorot mata marah.
Mereka bertiga mulai mengeluarkan aura-aura pertengkaran. Aku menyerah! daripada mereka bertiga bertengkar dan akan memperebutkanku lagi. Sebaiknya aku keluarkan jurus keimutanku!!!
"Kakak, maukah kalian bertiga tidur dikamar Ella saja malam ini? Ella takut tidur sendiri, kalau Ella tidur bersama dengan kalian bertiga, Ella merasa aman," ucapku dengan mata berseri-seri.
Wajah yang tampak kesal tadi pun berubah menjadi ceria. "Jewel, tanpa kau minta pun. Kakakmu ini akan menemanimu," balas Stanley.
"Jewel, kakak mengerti, kakak akan menemanimu tidur malam ini," balas Arthur.
"Kau yakin tidak mau tidur dikamar kakak Jewel?" tanya Halbert.
Aku memaksakan wajahku tersenyum manis. "Terima kasih tawarannya Kak, tapi Ella hendak mengajak ketiga kakakku ini untuk memainkan sebuah permainan seru sebelum tidur dan permainan ini hanya ada di kamar Ella," ungkapku.
"Baiklah kalau itu keinginanmu, kami bertiga akan tidur dikamarmu juga malam ini," ucap Halbert seraya mengelus kepalaku.
-To be continued
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
...
jeritan hati seorang istri udah ganti judul. jadi jeritan hati seorang balita ㅋㅋㅋㅋㅋㅋ
2021-03-30
3
mareta cahya
"tidur bergilir" gw jdi ambigu hiks
2020-10-01
20
chococheese
mauuu dong punya kakak kek gitu🤣
2020-09-30
11