Tok tok tok
Sakti mengetuk pintu kamar Mamanya.
" Masuk." Sahut Mama Cintia dari dalam.
Ceklek....
Sakti membuka pintu setelah ada sahutan dari dalam. Di lihatnya Mama Cintia sedang duduk bersandar pada headboard ranjang menatap kearahnya.
" Assalamu'alaikum Ma." Ucap Sakti berjalan mendekati Mamanya lalu Ia mencium tangan Mamanya dengan takzim.
" Wa'alaikumsallam sayang." Sahut Mama Cintia mengusap kepala putranya.
" Gimana keadaannya Ma? Apa Mama merasa lebih baik? Kalau tidak kita kerumah sakit saja Ma." Ujar sakti setelah duduk di samping Mamanya. Ia menatap Mamanya yang sedikit pucat sambil menggenggam tangan Mama Cintia.
" Sudah lebih baik boy, kamu tidak usah khawatir dan Mama tidak perlu pergi ke Rumah Sakit sayang, Mama bosan jika harus bolak balik ke Rumah Sakit kalau hasilnya akan sama saja, hanya seperti ini dari dulu." Ujar Mama Cintia.
" Jangan ngomong begitu donk Ma, Mama pasti akan sehat kembali, kita hanya tinggal menunggu waktu saja Ma." Ucap Sakti.
"Apa yang membuatmu tidak bisa pulang semalam?" Tanya Mama Cintia. Ia tahu kalau Sakti tidak pulang semalaman dan baru pulang malam ini.
" Aku ada kepentingan yang sangat penting dan harus segera di selesaikan Ma jadi aku tidak bisa pulang dengan cepat, maafin aku ya Ma yang tidak becus menjaga Mama, Mama sering aku tinggal tinggal ke luar Kota sendirian, bahkan sampai sekarang aku belum bisa menjadi anak yang berbakti buat Mama." Sesal Sakti.
" No problem boy jangan terlalu di pikirkan, itu akan membuatmu semakin stres, kamu sudah pusing memikirkan pekerjaanmu di tambah mikirin keadaan Mama yang sakit sakitan, lagian kan di rumah ada Bi Imah yang menjaga Mama." Sahut Mama Cintia membuat Sakti semakin merasa bersalah. Sakti beringsut menghadap ke arah Mamanya.
" Ma... Sebenarnya ada yang ingin Sakti sampaikan sama Mama, tapi Sakti khawatir kesehatan Mama akan terganggu dan akan drop lagi karna kaget mendengar ucapan Sakti." Ucap Sakti. Ia memang khawatir akan keadaan Mamanya karna Mamanya baru saja drop, tapi Ia harus segera meminta restu Mamanya agar Ia bisa secepatnya mendekati Alfi untuk menikahinya. Ia tidak akan melangkah sebelum menerima restu dari sang Mama tercinta.
" Katakan saja boy! Jangan khawatir Mama sudah baik baik saja kok, Mama kuat mendengarnya." Ucap Mama Cintia penasaran karna sepertinya sakti ingin berbicara serius.
" Ma... Sakti tertarik pada wanita dan berniat untuk menjadikannya Istri Sakti Ma." Ucap Sakti menggenggam tangan Mamanya.
Mendengar pernyataan Sakti Mama Cintia mengerutkan keningnya, apa Ia tidak salah dengar? Selama ini Ia menyuruh sakti untuk segera menikah tapi Sakti selalu menolaknya.
Tapi hari ini Ia meminta restu darinya? Mama Cintia tersenyum bahagia, akhirnya akan ada yang mengurus Sakti suatu hari nanti.
" Lalu?" Tanya Mama menatap Sakti.
" Aku ingin meminta restu dari Mama agar pendekatan dengannya berjalan lancar tanpa hambatan sampai ke pelaminan Ma." Ujar Sakti. Ia tersenyum membayangkan wajah Alfi yang begitu manis, walau saat itu wajahnya di penuhi air mata kesedihan karna di tinggalkan suaminya.
" Siapapun itu Mama merestuinya Boy." Sahut Mama Cintia.
Bukan tanpa alasan Mama Cintia langsung memberikan restu kepada Sakti tanpa tahu siapa calon menantunya, Ia melihat ada binar bahagia di wajah Sakti membuat Mama Cintia yakin kalau gadis itu sudah mencuri hati putranya.
" Ngomong ngomong siapa namanya? Siapa wanita yang membuat anak Mama jatuh hati hm?" Sambung Mama. Sakti tersenyum malu malu dan itu dapat dilihat mamanya.
" Namanya Alfi Ma... Alfia Madan.. Seorang gadis yatim piatu." Ujar Sakti membuat Mama mengangguk anggukan kepalanya.
" Tapi... e ...satu hal yang Mama belum tahu... kalau dia....dia... " Ucap Sakti menggantung.
" Dia apa apa boy?" Tanya Mama.
" Emmm dia... Dia seorang...." Sakti menggantung ucapannya.
" Iya dia apa? Katakan saja Mama tidak pa pa sayang." Ujar Mama Cintia.
" Dia seorang janda Ma." Ucap Sakti memejamkan matanya saat mengatakan itu.
" Hah??? Janda boy?... Kamu menyukai seorang janda? Kenapa harus seorang janda? Apa kamu tidak mampu mendapatkan yang gadis?" Tanya Mama beruntun, Ia terkejut mendengar pernyataan putranya.
" Mending janda rasa perawan daripada ngaku gadis tapi sudah bolong Ma." Gumam Sakti tapi masih bisa di dengar mamanya.
" Apa maksudmu? Apa dia masih perawan?Janda cerai gitu maksudmu? Atau janda di tinggal mati? Atau bagaimana hah?" Selidik Mama.
" Bukan apa apa Ma, tenanglah! Dia janda di tinggal mati suaminya, padahal dia belum lama menikah Ma, aku merasa kasihan padanya dan aku ingin melindunginya." Ucapan Sakti membuat Mama Cintia semakin curiga. Ia menatap putranya dengan tatapan menyelidik.
" Apa kamu berbuat sesuatu kepadanya? Apa yang kamu lakukan padanya sehingga kamu harus menikahinya? Apa kamu membunuh suaminya? Atau kamu yang membuat mereka celaka?" Tanya Mama Cintia menatap curiga ke arah Sakti.
" Eh.... tidak tidak Ma, bukan begitu Ma." Kilah Sakti sedikit gugup.
" Kamu tidak menyembunyikan sesuatu dari Mama kan Boy?" Selidik Mama.
Sakti salah tingkah tapi Ia harus segera menguasai dirinya. Ia tidak mungkin menceritakan yang sebenarnya kepada Mamanya, Ia khawatir Mamanya anfal lagi.
" Tidak ada Ma.. kami memang belum lama bertemu, tapi kami saling menerima satu sama lain saat pertama bertemu Ma... Dia juga merasa tidak punya siapa siapa hanya ibu mertuanya saja jadi dia menerima Sakti sebagai calon suaminya lagian Sakti benar benar jatuh hati padanya Ma." Ucap Sakti jujur.
" Kamu tidak mau mempertimbangkan perasaan Diana yang selalu mengejar cintamu Boy?" Tanya Mama Cintia.
" Aku tidak pernah tertarik padanya Ma, dia hanya partner kerja saja tidak lebih bagiku, dan satu hal lagi kalau aku tidak mencintainya sama sekali." Tegas Sakti, karna memang Ia tidak ada perasaan apa apa dengan Diana.
" Baiklah Mama setuju boy, Mama merestui hubunganmu dengan Alfia, segera bawa dia kemari Mama ingin bertemu dengannya." Ucap Mama.
" Atau kalau tidak kita yang kesana langsung melamarnya." Sambung Mama begitu antusias.
" Pelan pelan aja Ma jangan terburu buru, biarkan kami jalani seperti air mengalir, nanti dia akan kaget kalau tiba tiba kita melamarnya." Dalih Sakti.
" Baiklah jika itu mau kamu, lakukan apa yang menurutmu baik untuk hubungan kalian, Mama selalu mendukungmu." Sahut Mama.
"Makasih Ma." Sakti memeluk Mamanya. Hatinya merasa lega, semoga dengan restu ibunya, Ia bisa meluluhkan Alfi untuk menjadi istrinya.
" Tapi satu pesan Mama boy." Mama melepas pelukannya dan menatap kearah sakti.
" Suatu hari nanti, semarah apapun dirimu, jangan pernah kau ungkit statusnya karna ini pilihanmu sendiri, jangan sampai kamu melukai hatinya karna jika sampai kau melukainya, sama saja kau melukai hati Mama." Ujar Mama Cintia.
" Aku berjanji Ma tidak akan pernah mengungkit statusnya, doakan agar hubungan kami lancar hingga pelaminan." Ujar Sakti,
Tanpa Ia sadari Sekarang Sakti banyak memikul janji. Ia berharap Alfi bisa bekerja sama dengannya, agar Ia bisa menepati janji janji yang Ia ucapkan dengan mudah.
" Doa Mama selalu menyertaimu Boy." Sahut Mama Cintia.
" Apa kamu mau memaafkanku Al... Atau kau akan selamanya membenciku... Aku berjanji akan selalu menbahagiakan dirimu, Perlu kamu tahu bahwa aku mencintaimu." Gumam Sakti dalam hati.
TBC...
Maafin author ya kalau ceritanya tidak menarik, dan banyak typo karna author masih dalam tahap belajar.. makasih... ditunggu like dan komennya ya*..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
ulala
jatuh cinta nya fast respond bgt ya Thor kaya mbak2 olshop 😁
2022-11-13
1