Histeris

Tiba tiba.....

" Tidak... Tidak... aku mau bersama mas Davi. Aku harus mencarinya... Ya aku harus mencarinya sekarang juga." Ucap Alfi.

Alfi turun dari ranjang dan mencabut selang infus yang menancap di tangannya. Ia berlari menuju pintu keluar, Mama Elin yang panik dengan apa yang di lakukan Alfi langsung menahan Alfi sebelum Alfi sampai pintu.

" Tenanglah sayang... Mama mohon tenanglah... Jangan seperti ini sayang... Mama sangat sedih melihatmu seperti ini." Ucap Mama Elin mencoba menahan Alfi dengan memeluknya dari belakang.

" Tidak Ma... Aku harus mencari Mas Davi, aku tidak mau kehilangannya Ma, aku mencintai Mas Davi... Aku tidak bisa hidup tanpa dia Ma.. Ku mohon lepaskan aku." Ucap Alfi.

" Jangan sayang... Mama mohon tenangkan dirimu, jangan sampai kamu stres karna kejadian ini sayang... Tenanglah!" Ujar Mama Elin.

" Bagaimana aku bisa tenang Ma... Aku kehilangan Mas Davi... Aku harus menarinya Ma, aku akan membawa Mas Davi pulang bersamaku Ma." Teriak Alfi membuat Mama Elin semakin panik.

" Dokter..... Suster..." Teriak Mama Elin.

Alfi terus meronta mencoba kabur dari sana, sekuat tenaga Mama Elin menahannya.

" Lepaskan aku Ma lepas... aku harus mencari Mas Davi, Aku harus meminta penjelasan darinya dan menagih janjinya." Alfi kembali berteriak.

" Mas Daviiiii... Kamu dimana Mas? Jangan tinggalkan aku Mas.... Haaaaaa." Alfi menjerit histeris.

" Mas Daviiiiiii." Alfi kembali berteriak.

" Dokter.... suster.... tolong saya, cepatlah kemari Dok." Mama Elin berteriak memanggil dokter untuk yang kedua kali.

Tak berselang lama seorang dokter dan suster berlari mendekati mereka. Melihat Alfi yang terus berteriak histeris sambil meronta ronta dari pelukan seorang wanita paruh baya, Sang dokter memberi kode kepada suster untuk menyuntikkan obat penenang kepada Alfi. Suster segera mengeluarkan suntikan yang sudah di beri obat dari saku jasnya.

" Lepas... Lepaskan aku! Aku mau bertemu Mas Davi...." Berontak Alfi.

" Aku mau bertemu Mas Davi.... Aku mau bertemu Mas Davi... Aku mau bertemu suamiku Dok... Lepaskan aku... Ku mohon... Mas Davi..." Teriakan Alfi semakin keras.

" Ku mohon lepaskan aku." Kali ini suara Alfi melemah bersamaan dengan tubuhnya yang merosot kelantai setelah suster berhasil memberikannya obat penenang. Beruntung sang Dokter segera menangkap tubuhnya.

" Tolong bantu mengangkatnya ke tempat tidur Dok." Pinta Mama Elin.

" Baiklah Nyonya." Sahut Dokter.

Dokter Alex mengangkat tubuh Alfi dan membaringkannya di tempat tidur. Dokter Alex terkesima dengan kecantikan alami yang di pancarkan oleh wajah Alfi. Tanpa sadar Ia terus memandang wajah nan cantik, hidung sedikit mancung, bibir tipis berwarna merah muda membuat pikiran Dokter Alex traveling kemana mana, secara Dokter Alex terkenal playboy. Mama Elin menyadari kalau Dokter di hadapannya ini sedang mengagumi menantunya.

" Ehm.... Ehm." Deheman Mama Elin menyadarkan Dokter Alex dari lamunannya. Ia merutuki kebodohannya yang sempat mengagumi pasiennya sendiri. Apalagi di depan mertuanya.

Dokter Alex memilih undur diri untuk menghindari kecanggungan yang Ia rasakan saat ini. Sebelum pergi Ia menjelaskan tentang keadaan Alfi.

" Pasien mengalami tekanan mental sehingga membuatnya depresi, itulah yang menyebabkan pasien histeris karna pasien tidak kuat dengan tekanan batin yang Ia rasakan, saya sarankan buatlah pasien sedikit melupakan masalahnya untuk sementara ini Nyonya, buatlah Ia sedikit tenang agar kejadian seperti ini tidak terulang kembali, karna kejadian seperti ini bisa membahayakan psikis pasien, kalau begitu Saya permisi." Ucap Dokter Alex sambil berlalu.

" Baik dok terima kasih." Ucap Mama Elin

" Sama sama Nyonya." Jawab Dokter Alex.

Setelah kepergian Dokter Alex, suster kembali memasang selang infus di tangan Alfi. Dengan telaten Ia mengelap darah yang keluar saat tadi Alfi mencabutnya dengan paksa.

" Sudah selesai Nyonya, kalau ada apa apa silahkan panggil kami." Ucap Suster.

" Baik Sus." Sahut Mama Elin.

" Kalau bwgitu Saya permisi Nyonya, semiga Nona Alfia segera pulih." Ucap suster sebelum undur diri.

" Amin terima kasih Sus." Ucap Mama Elin.

Setelah kepergian suster, Mama Elin berdiri di depan ranjang Alfi. Ia menyeka sisa air mata menantunya. Disibaknya anak rambut yang menutupi wajah Alfi.

" Sabar dan kuatlah sayang demi Mama, semua akan berlalu dengan mudah jika kau mengikhlaskan semuanya, Mama berharap kau akan .enemukan kebahagianmu suatu saat nanti walaupun itu tidak bersama Davi." Ucap mama Elin.

🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹🌹

Malam harinya....

Di dalam sebuah bangunan berlantai dua, yang terlihat sederhana tetapi mewah di dalamnya. Terlihat Sakti sedang berjalan memasuki rumahnya.

" Assalamu'alaikum." Ucap Sakti berjalan memasuki rumahnya.

" Wa'alaikumsallam, Den Sakti baru pulang." Jawab Bi Imah yang baru keluar dari dapur.

" Iya Bi saya baru pulang karna kemarin ada sesuatu yang harus saya urus, makanya saya nggak bisa segera pulang, maaf ya Bi udah merepotkan Bi Imah." Jelas Sakti.

Bagaimana bisa pulang? Setelah kejadian tabrakan itu, Ia harus mondar mandir mengurus prosesi pemakaman Davi. Belum lagi harus berurusan dengan polisi. Tapi untunglah semua sudah terealisasikan dengan finally jalan perdamaian.

Mama Elin sebagai orang tua Davi, tidak memperkarakan kasus ini ke ranah hukum. Ia menerima kepergian putranya dengan ikhlas. Ia menyakini bahwa semua ini takdir yang sudah di gariskan oleh Tuhan untuk putranya.

Sakti juga sudah meminta maaf secara pribadi kepada Mama Elin dan memberitahu kepada Mama Elin tentang janji yang Ia buat di depan Davi sebelum Davi menghembuskan nafas terakhirnya. Mama Elin mendukung keputusan Sakti untuk menikahi Alfi dan membuatnya bahagia.

Mama Elin berharap dengan Sakti menikahi Alfi, bisa membuat Alfi melupakan kesedihannya dan bangun dari keterpurukannya. Teringat dengan wanita itu yang tak lain adalah Alfi, Sakti senyam senyum sendiri membuat Bi Imah heran.

" Ah wanita itu.... bahkan aku belum sempat menjenguknya, apalagi meminta maaf padanya.... aku berharap dia mau memaafkanku ...ah sudahlah besok aku akan menemuinya, yang penting sekarang aku harus menemui Mama dulu." Ujar Sakti dalam hati.

"Den." Panggil Bi Imah setelah melihat majikannya ini justru melamun.

" Eh... iya Bi... Oh ya Mama di mana ya Bi?" Tanya Sakti sedikit gugup, Ia malu ketahuan sedang memikirkan sesuatu sambil senyum senyum sendiri seperti orang gila.

" Ada dikamarnya Den, sepertinya sedang istirahat." Jawab Bi Imah.

" Baiklah aku keatas dulu ya Bi, terima kasih udah jagain Mama." Ucap Sakti menaiki tangga menuju kamarnya. Ia akan membersihkan diri dulu sebelum menemui mamanya.

Kemarin sesudah kecelakaan, Sakti menghubungi Bi Imah untuk menanyakan keadaan Mamanya. Bi Imah memberitahu kalau Mamanya baik baik saja dan sudah di tangani oleh dokter. Sakti merasa lega saat itu, Ia memberitahukan bahwa Ia tidak bisa pulang kepada bi Imah karna ada urusan mendadak. Ia meminta Bi Imah untuk menyampaikan alasannya kepada Mamanya.

Setelah beberapa menit berlalu, kini Sakti sudah berpakaian rapi dan wangi dengan memakai celana jeans selutut dan kaos casual berwarna putih menambah kadar ketampanannya.

Setelah menyisir rambutnya, Sakti berjalan menuju kamar mamanya.

Tok tok tok.....

To Be Continue......

Jangan lupa like dam komentnya besti....

Miss U All...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!