Chapter 4 | Bianca?

Arsen menekan klakson mobilnya, Pak Mamat, satpam rumahnya itu segera membukakan gerbang. Setelah memarkirkan ranger rover-nya di garasi, Arsen melangkah masuk ke dalam rumah.

Begitu pintu utama terbuka, Arsen di sambut dengan senyuman lebar Mamanya. "Akhirnya kamu pulang, Sen," ucap Karin seraya memeluk putra bungsunya.

"Ayo, masuk. Mama kangen ngobrol sama kamu," lanjut Karin sembari menarik pelan lengan putra bungsunya. Sedangkan Arsen mendengus pelan, perasaannya tidak enak. Pasti Mamanya akan mengajaknya mengobrol perihal perjodohan.

Karin mengajak putranya duduk di salah satu kursi di beranda belakang yang menghadap tepat ke arah taman tulip kesayangannya. Karin dan Arsen diam menikmati pemandangan bunga tulip yang masih basah terkena guyuran hujan siang tadi. Serta aroma petrichor memenuhi Indra penciuman keduanya.

Karin menghela napas panjang, lalu tersenyum menatap putranya. "Udah lama, ya." Arsen kontan menatap sang Mama dengan alis bertaut tidak mengerti.

"Udah lama nggak duduk berdua disini," lanjut Karin masih dengan menatap Arsen. "Kamu selalu sibuk sama mahasiswa kamu. Jarang pulang ke rumah nengokin Mama."

Arsen mendengus. "Baru minggu kemarin Arsen pulang, Ma." Arsen sudah biasa dengan Mamanya yang selalu bersikap lebay. Padahal baru Minggu kemarin dirinya menginap di rumah.

"Ya menurut Mama itu lama," sahut Karin kesal. "Kenapa sih kamu harus tinggal di apartemen, Sen? Rumah jadi sepi, semenjak Rendra menikah. Di tambah lagi kamu sekarang tinggal di apartemen, jadi tambah sepi. Apa lagi Papa kamu sibuk sama kantor."

"Kalau Arsen di rumah, Mama bakalan jodohin Arsen terus - terusan," terang Arsen mengeluarkan unek - uneknya.

"Ya gimana lagi, kamu nggak nikah - nikah. Mama kan jadi khawatir." Karin menatap Arsen. Detik selanjutnya kedua mata wanita paruh baya itu melebar. "Arsen, jangan bilang sama Mama kalau kamu belok."

Arsen mengacak pelan rambutnya dengan tangan kanan. Ia tidak habis pikir dengan Mamanya itu. Bagaimana bisa Mamanya berpikir jika dirinya gay? Yang benar saja, Arsen seratus persen normal.

"Arsen normal, Ma. Astaga...," erang Arsen sedikit kesal.

"Terus, kenapa Mama nggak pernah liat kamu jalan sama perempuan?" cecar Karin tidak mau kalah.

"Arsen masih belum mau dekat sama perempuan, Ma. Arsen masih mau bebas," alibi Arsen tanpa menatap sang Mama. Nyatanya, dirinya masih trauma dan gagal move on dari Seina. "Lagian lebih baik telat menikah dari pada salah pilih pendamping kan, Ma."

Karin menghela napas panjang. "Mama tau. Tapi sebentar lagi kamu mau kepala tiga, Mama nggak mau kamu menikah di usia kepala tiga."

"Mama nggak akan berhenti jodohin kamu sampai kamu berhasil bawa pacar ke hadapan Mama," putus Karin tegas tidak ingin di bantah. "Sebentar lagi ulang tahun Mama, kamu harus bawa pacar. Kalau enggak, kamu wajib terima perempuan pilihan Mama."

Arsen menyenderkan tubuhnya ke sandaran kursi dengan lemas. Bagaimana bisa ia mencari pacar dalam kurun waktu yang terbilang singkat? Ia meraup wajahnya kasar, kemudian beranjak dari sofa. "Arsen bakalan bawa pacar kehadapan Mama," ucapnya menyanggupi setelah itu berjalan masuk ke dalam rumah. Arsen butuh mandi air dingin untuk menjernihkan pikirannya yang kalut.

***

"Arsen!"

Knock... knock....

Arsen yang sedang mengoreksi soal kuis mahasiswanya, kini menghentikan kegiatannya. Suara Mamanya serta gedoran pintu itu sukses membuatnya mengalihkan atensinya ke arah pintu bercat cokelat. Ia berjalan mendekati pintu lalu membukanya perlahan.

"Kenapa, Ma?" tanya Arsen, ia menatap Mamanya yang saat ini memandangnya dari atas hingga bawah.

"Ganti baju kamu," titah wanita paruh baya itu kepada Arsen. Sedangkan pria itu mengernyit tidak mengerti.

"Emangnya mau kemana, Ma?" Arsen berdecak pelan, ia masih memiliki pekerjaan yang belum selesai.

"Makan malam. Cepat gantin baju, Amanda udah nunggu di bawah," jawab Karin.

Amanda? Siapa Amanda? Kedua alis tebal Arsen bertaut bingung.

"Cepat ganti baju," titah Karin kemudian mendorong tubuh putranya untuk masuk ke dalam walk in closet.

Arsen menatap pantulan dirinya di cermin, pasti perempuan itu yang mau Mamanya jodohkan kepadanya. Arsen menghela napas panjang, ia harus cepat mencari pacar bohongan agar Mamanya itu berhenti menjodohkannya.

Setelah rapi, Arsen berjalan menuruni tangga. Di ruang makan sudah ada Mama serta perempuan bernama Amanda. Arsen tidak mendapati Papanya disana, pasti pria paruh baya itu sedang mengurus proyek baru di Bali. Dengan langkah berat, Arsen mendekati sang Mama. Ia mengambil tempat duduk berseberangan dengan Amanda, dirinya sangat risih kala perempuan itu menatapnya dengan tatapan memuja.

"Amanda, ini anak Tante namanya Arsen. Dia ini dosen di Universitas Jingga," terang Karin dengan senyuman lebar.

Amanda mengangguk, lalu tersenyum malu-malu. Tangan kanannya terulur, namun Arsen tidak membalasnya. Karin menatap putranya dengan delikan mata, namun Arsen tak kunjung merespon uluran tangan Amanda.

Menyadari jika tidak ada balasan, Amanda menurunkan tangannya perlahan. Senyum lebarnya kini lenyap, berubah menjadi senyuman kecut. Sedangkan Arsen menatap wanita di depannya datar tanpa ekspresi.

"Kak Arsen mau makanan yang mana? Biar Amanda yang ambilkan," tawar Amanda berusaha mendekati Arsen.

Arsen menatap jengah ke arah Amanda. "Tidak perlu, saya bisa ambil sendiri." Ia bisa melihat raut lesu wanita di depannya. Tetapi Arsen memilih masa bodo, ini memang salah satu caranya untuk membuat wanita menjauhinya.

Karin yang tidak tahan dengan sikap dingin putranya, wanita paruh baya itu mulai membuka suara. "Arsen," desisnya tajam. Arsen menaikkan sebelah alisnya, menatap sang Mama dengan penuh tanya.

Karin menghela napas panjang, "Amanda, maafkan anak Tante, ya." Tangannya memegang punggung tangan Amanda.

Amanda tersenyum. "Nggak apa - apa, Tante."

Ketiganya makan dalam diam. Amanda berkali - kali mencuri pandang ke arah Arsen, ia tidak memungkiri jika pria di depannya sangat tampan dan cukup kaya, mengingat setelah ini Arsen akan menggantikan posisi Zafran Megantara.

Bagaimana Amanda bisa tahu? Amanda pernah membaca salah satu majalah bisnis yang mengatakan jika Arsen akan menggantikan sang Ayah mengurus perusahaan keluarga. Amanda tidak akan melepaskan Arsen, ia akan melakukan apa pun untuk mendapatkan pria itu.

"Sen, Mama minta tolong antarkan Amanda pulang, ya," pinta Karin dengan menatap Arsen yang sedang meminum jus jeruknya.

"Ma, Arsen masih harus koreksi—"

"Mama nggak menerima penolakan," tegas Karin. Arsen mendengus, namun tak urung mengikuti perintah Mamanya.

***

Di sepanjang perjalanan tidak ada pembicaraan. Arsen memilih fokus dengan jalanan, sedangkan Amanda berusaha mencari topik pembicaraan. "Kak Arsen, wekeend besok jalan, yuk."

Arsen melirik sekilas ke arah Amanda. "Saya tidak bisa."

"Gimana kalau Senin?" tanya Amanda, ia tidak menyerah. Amanda masih berusaha untuk mengajak Arsen.

"Saya tidak tertarik dengan kamu dan perjodohan ini. Jadi berhenti merayu atau mendekati saya," ujar Arsen tegas.

Baru kali ini Amanda di tolak, harga dirinya sebagai wanita tercabik - cabik. Tetapi Amanda berusaha untuk tersenyum, ia tidak akan menyerah mendekati Arsen.

Tak berselang lama, Range Rover milik Arsen berhenti di depan rumah mewah kediaman Amanda. "Kakak nggak mampir dulu?" tanya Amanda. Sedangkan Arsen menggeleng.

Amanda manggut - manggut. "Kalau gitu Amanda turun. Makasih untuk undangan makan malamnya."

Arsen diam tidak menanggapi. Setelah Amanda keluar dari mobilnya, ia langsung tancap gas meninggalkan kediaman Amanda. Sebelum pulang ke rumah, ia ingin mencari angin sebentar. Melihat taman kota di seberang, Arsen memarkirkan mobilnya. Sudah lama dirinya tidak mengunjungi taman kota.

Taman kota malam itu sangat ramai, padahal jam sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Arsen mengedarkan pandangannya, hingga kedua mata tajamnya itu jatuh memandang perempuan mungil yang sangat familiar. Entah dorongan dari mana, kakinya melangkah mendekati perempuan itu. Di bawah cahaya lampu taman, ia bisa melihat wajah perempuan yang menunjukkan raut sendu.

Tangannya terulur menepuk bahu perempuan itu pelan. "Bianca?"

Terpopuler

Comments

Dedeck AZza

Dedeck AZza

Bianca ??

2020-10-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!