Seminggu setelah pertemuan mereka, Finny berniat mengundang Wisnu dan Hafizah untuk datang ke kediaman mereka.
Finny menyiapkan beberapa masakan untuk menjamu kekuarga Wisnu. Dia juga mengirimkan makanan ke Panti Asuhan untuk bisa dinikmati oleh anak-anak di sana.
" Mi, kok banyak banget makanannya?" Dafin yang bertanya.
" Sahabat mami mau datang sayang, nanti kamu ajak anaknya Tante Navya main ya. Dia lucu loh, gemesin, cantik lagi."
" Males ah mi. Anak cewek tuh manja, gak bisa diajak main bola, main PS, bisanya cuma nangis." Ejek Dafin.
"iihh kamu gak boleh gitu sayang, Navya imut loh. Kamu pasti Suka sama dia."
"Males! Aku mau baca komik aja di kamar." Dafin naik ke lantai atas menuju kamarnya.
"dasar Dafin, Sifatnya gak seperti aku dan mas damar. Lebih mirip alhmarhum Mas Indra, Keras kepala dan cuek." Finny bergumam sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah anak nya.
"Tapi, Bagaimana kabar Al ya sekarang. Usianya kan tidak jauh dari Dafin, Kasihan dia hanya tinggal bersama Mama dan Papa. Seandainya saja...." Finny bicara sendiri, tanpa sadar suaminya sudah ada di belakangnya.
"Seandainya apa sayang?"
"ohh, Mas, bikin aku kaget saja"
" Habisnya, kamu ngomong sendiri gitu. Mikirin apa ?" Damar sudah duduk di meja makan.
" Aku kepikiran Mama dan Al, anaknya Mas Indra. Bagaimana kabar mereka ya Mas. Al pasti sedih sekali setelah ditinggal Mama dan Papa nya. Dan Mama pasti berat sekali menerima semua itu sambil harus menguatkan Al."
"Aku paham sayang. Maafkan aku, karena aku kamu harus jauh dari keluargamu."
"Mas, jangan bicara begitu" Finny segera menggenggam tangan suami nya. " Ini bukan salah kamu, akulah yang mengambil keputusan itu dulu. Dan Papa yang tidak bisa menerima kalau kamu anak dari saingan bisnisnya."
" Tidak ada yang salah Mas, Kita hanya sedang emosi saat itu. Aku berdoa, semoga suatu hari aku bisa bertemu dengan Mama dan Papa tanpa ada dendam lagi di hati masing-masing."
"Aamiin.." Mereka saling tersenyum dan menguatkan.
Damar melihat jam ditangannya, sadar bahwa waktu yang sudah mereka tentukan untuk bertemu Wisnu dan Hafizah di rumahnya sudah terlewat setengah jam. " Kok mereka belum sampai ya sayang !?"
"Mungkin terjebak macet Mas, coba aku hubungi Fiza dulu ya." Mengambil Handphone nya di Meja.
Finny mulai menghubungi nomor Hafizah. " Hallo...."
" Selamat siang Nyonya, Kami dari kepolisian." sahutan dari seberang panggilan itu yang membuat Finny menegang.
Dia hanya diam tidak menyahuti, " Sayang kenapa ?" Finny yang tidak menjawab membuat Damar mengambil alih benda pipih itu dari tangan istrinya. " Hallo....!?"
"selamat siang Tuan, Kami dari Kepolisian. Apakah Anda mengenal pemilik nomor handphone ini Tuan?"
" Iya Pak, saya Damar, Temannya." Damar juga penasaran kenapa handphone Hafizah bisa ada ditangan polisi.
"Saya mau melaporkan, Bahwa pemilik Handphone ini telah mengalami kecelakaan di jalan XX di daerah B !"
"Innalillahi... " ucapan Damar membuat Finny membulatkan bola matanya, dia memegang lengan suaminya kuat sembari ingin tahu pasti apa yang terjadi pada sahabatnya.
" Kalau begitu bisakah Anda datang ke Rumah Sakit X untuk membantu kami dalam proses identifikasi !?"
"Baik Pak, saya akan segera ke sana. Dan kalau boleh tahu bagaimana keadaan mereka ?"
"Satu korban laki-laki meninggal dunia, satu wanita kritis dan seorang anak kecil dalam perawatan. Baiklah Tuan, saya tunggu kedatangan Anda secepatnya."
"Baik Pak, Saya akan segera ke sana. Selamat siang" Damar segera memeluk istrinya yang sedang menangis, Dia sudah bisa menebak apa yang terjadi pada sahabat nya. " Kita ke rumah sakit sekarang sayang, Hafizah dan Navya membutuhkan kita."
"Bagaimana keadaan mereka Mas ?"
"Kita akan tau setelah kita sampai di sana."
" Ayo Mas kita ke sana sekarang !"
***
Mereka sudah tiba di rumah sakit dan langsung menuju ke ruang IGD.
" Selamat siang Pak, Saya Damar yang tadi menghubungi nomor ponsel korban."
" Baik Pak, mari ikut kami." mereka bergegas mengikuti langkah Polisi menuju ruang perawatan Hafizah.
Finny mencari-cari keberadaan Hafizah dan Navya. Sementara itu Damar sedang berbicara dengan polisi.
" Fiza.... kenapa bisa begini ??" Tangis Finny tak bisa dibendung sambil mendatangi Hafizah yang sedang terbaring. Dia memeluk tubuh lemah itu sambil tersedu. "Kamu yang kuat ya, kamu harus kuat. Vya butuh kamu Za, anak-anak di Panti juga butuh kamu"
Tiba-tiba tangan lemah itu menggenggam tangan Finny, dan perlahan membuka matanya "Fin...Finny..." Finny kemudian mengurai pelukannya, dan menatap Hafizah sedih.
"Fiza... se..sebentar ya, a..aku panggil Dokter"
tapi tangan itu tidak mau melepaskan genggamannya dan menggeleng pelan.
"Tapi Za..."
"Fin... A..aku ti..tip Navya ya." sekuat tenaga dia ingin bicara dengan Finny sambil menahan sakit di tubuhnya. " To..long jaga Na..vya.. buat aku dan mas Wis..nu."
Finny tak kuasa menahan tangisnya, dia menyentuh genggaman tangan Hafizah, "kamu jangan bicara begitu Fiza, kita akan sama-sama jaga Navya. Kamu juga akan bikin dia bahagia. Kamu harus kuat, biar aku panggil dokter ya."
Hafiza menggeleng dan tersenyum lemah " Gak Fin, aku u..dah gak bisa ber..ta..han. Sam..paikan sa..yang ka..mi untuk put..tri kami Navya. Jan..jii ya Fin."
Finny hanya bisa mengangguk pasrah dengan permintaan Hafizah " Iya Za, aku janji akan jaga Navya. Aku dan mas Damar akan menyayangi Navya. Tapi kamu juga harus bertahan. Sebentar ya aku panggil Dokter."
Senyum itu semakin lemah, "Maka...sih Fin.."
Finny mengangguk cepat, lalu dia berlari memanggil Dokter dan Suaminya. Tapi terlambat...
"Mohon maaf, dengan menyesal kami menyampaikan pasien sudah berpulang. Kami turut berduka ya Pak, Bu.."
"Innalillahi wa innailaihi rojiun.." Damar memeluk Finny yang tak kuasa menahan tangisnya.
" Mas,, Hafizah mas.."
" Sabar sayang, kita harus kuat, kamu harus menguatkan Navya." Damar mengingatkan Finny tentang Navya.
"Astaghfirullah, Navya.. Navya dimana mas ? Aku ingin lihat Navya Mas."
"Iya.. iya sayang.. Ayo kita lihat Navya."
Mereka bergegas menuju ruangan tempat Navya dirawat. Dan saat tiba di sana Navya sedang duduk bersama seorang perawat yang tengah menghiburnya. Beruntung Dia hanya mengalami luka kecil di bagian pelipis dan lengannya. Namun tanpa ia ketahui, dia sudah kehilangan dua orang tempat dia bersandar dan mendapatkan kehangatan.
Finny kemudian berusaha menguasai dirinya, menghapus jejak tangisnya sebelum masuk dna menemui Navya. Menoleh ke arah suaminya, dan Damar pun tersenyum seraya menguatkan istrinya.
"Assalamualaikum.. Navya..." Finny masuk dan memeluk Navya.
" Tante... temannya Ibu kan.." ucapan polos itu berhasil membuat mata Finny berkaca. Namun dia berusaha menahannya.
" Iya sayang.." melepas pelukannya.
" Ayah sama Ibu kemana Tante ?" dia bertanya dengan bingung.
Finny bingung dan dia melihat suaminya, belum menjawab pertanyaan anak berumur 3 tahun itu.
"Vya sayang.. Ayah sama Ibu kamu ada urusan, jadi om sama Tante diminta untuk jemput Navya disini."
" Lama gak perginya ?"
" Belum tau sayang, tapi nanti Vya bobok nya di rumah Tante Finny ya. Nanti om beliin eskrim deh."
" Beneran om !?" Vya berseru senang.
Damar mengangguk sambil tersenyum. Sementara Finny tak mampu berbicara dengan Vya, dia hanya menatap sendu anak dari sahabatnya itu.
" Tante kenapa sedih ? Nanti kita beli eskrim sama-sama ya, biar Tante ga sedih lagi."
" Navya, kamu masih selugu ini saat orangtuamu meninggalkan mu. Ya Allah, kenapa kedua Sahabatku cepat sekali meninggalkanku." Finny berkata dalam hati sambil mengelus kepala Vya.
" Iya sayang. Kita beli eskrim ya sekarang yuk." Damar segera menggendong Vya, lalu mereka membawa Navya pulang ke rumah mereka. Setelahnya Damar meminta anak buahnya mengurus pemakaman Wisnu dan Hafizah.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Amanda Pasha
Semangatt kakak....
2021-12-18
1