"Kenapa sih Mami sama Papi harus bawa dia pulang ke sini ?" Dafin menolak tegas keberadaan Navya di rumahnya.
Mereka bertiga berbicara di kamar Dafin, sementara Navya sedang tertidur di kamar tamu bersama asisten rumah tangga yang diminta Finny untuk menjaganya.
"Tapi sayang, Vya sudah tidak punya siapa-siapa lagi Nak. Orang tuanya baru saja meninggal. Kasihan Navya sendirian." Bujuk sang Ibu pada anak nya.
"Dia bisa tinggal di Panti kan, dulu juga dia tinggal di sana. Kenapa harus di bawa pulang ke rumah ini !?"
"Dafin, kami sudah berjanji pada orang tuanya untuk menjaga dan merawat Navya. Kamu juga akan punya teman di rumah nantinya." Kali ini papa Damar yang bicara.
" Aku ga perlu teman!" Tegas nya. " Anak Panti pulak." Pelan Dafin menyebutkan kata itu, tapi Finny bisa mendengar nya.
"Sayang, dulu memang Navya tinggal di Panti Asuhan bersama ayah dan ibunya yang merawat anak-anak yang tidak beruntung lainnya. Bukan Navya tidak bisa tinggal di sana lagi, tapi ini sudah janji mami pada Tante Hafizah. Agar mami menjaga Navya. Mami mohon kamu mau ya terima Navya di rumah kita."
"Navya anak yang manis kok Fin, dia g akan nyusahin kamu." Damar menimpali. " Lagipula kalau Vya kembali ke sana, dia akan teringat terus dengan almarhum kedua orangtuanya. Gak baik untuk Navya."
"Kenapa sih, papi dan mami peduli banget sama anak itu ?" Masih tidak terima dengan keputusan Finny dan Damar.
Finny mendekati sang anak dan duduk di hadapan Putra kesayangan nya itu "Dafin, sayang.. Dafin tau kan, mami dari dulu ingin sekali memiliki adik untuk kamu. Apalagi kalau dia perempuan. Tapi kamu juga pernah dengar kan kalau dokter bilang, mami sulit untuk bisa punya bayi lagi. Sekarang sahabat mami menitipkan putri cantiknya untuk mami, mungkin ini adalah satu hadiah dari Allah untuk kita. Mami bisa memiliki anak perempuan. Kami mau kan liat mami bahagia?"
Menatap manik mata sang Ibu yang berkaca-kaca, Dafin merasakan Maminya meminta dengan tulus. "Ya udah, terserah mami aja. Yang pasti aku ga suka kalo dia gangguin aku ya!"
Damar dan Finny saling melempar senyum, mereka yakin Dafin kesayangan mereka juga punya hati yang tulus. "Papi dan mami janji, Vya gak akan ngerepotin kamu sayang." Ucap damar sambil mengacak rambut anak nya.
" Oke."
"Besok mami dan papi akan mengurus pemakaman orang tua Vya, dan sekalian menentukan kepengurusan Panti yang baru. Kamu mau ikut sayang ?"
" Terserah Papi aja."
"Makasih ya sayang." Sang ibu mencium kening Dafin.
" Hmmm..." Masih dalam mode cuek.
***
Rumah Panti Asuhan dijadikan tempat persemayaman terakhir bagi Wisnu dan Finny, dimana mereka menghabiskan separuh hidup mereka merawat anak-anak yang kurang beruntung dengan limpahan kasih sayang. Dan saat ini bahkan anak mereka malah menjadi salah satu dari anak-anak yang tidak beruntung itu. Tapi semua adalah takdir, ini adalah jalan yang sudah digariskan oleh Sang Maha untuk mereka semua.
Navya duduk dipangkuan Finny, menatap dua orang yang terbaring kaku tanpa bisa tersenyum memeluknya lagi. Finny berusaha kuat untuk tidak meluapkan kesedihannya. "Tante ?" panggilnya sambil mendongakkan kepalanya menatap Finny.
"Ya sayang...?"
"Allah sayang banget ya sama Ibu dan Ayah ?"
Kata Ibu, orang yang bobok nya ditutupin kain begitu dia dipanggil sana Allah. Karena Allah sayang." Ucap bibir polos itu.
" Iya sayang, Allah sayang banget sama Ayah dan Ibu Navya. Kan mereka berdua orang-orang yang sangat baik." seraya mengelus rambut panjang gadis kecil itu dengan sayang.
"Tapi kenapa Vya gak diajakin? Apa Allah gak sayang sama aku?"
"Astaghfirullah..bagaimana aku bisa menahan air mataku"
Finny tersenyum tapi tak bisa membendung cairan bening itu lolos dari matanya. Buru-buru ia mengusapnya dan langsung memeluk Navya
"Navya, Allah sayang sama semua orang. Allah juga sayang sama Navya, karena walaupun Ayah dan Ibu Vya udah gak sama kamu lagi, tapi Vya kan masih punya Tante Finny, Om Damar dan Kak Dafin yang sayang juga sama Vya."
" Jadi aku punya kakak ganteng ya Tante?"
Finny mengangguk.
" Dan Allah juga sayang sama Tante, karena udah dipertemukan sama putri kecil yang cantik seperti kamu. Kamu mau kan jadi anak Tante juga ?"
" Mau Tante."
"Kalau gitu, mulai sekarang panggil Tante Mami, Om damar Papi dan itu Kak Dafin." Menunjuk anak laki-laki yang duduk disebelah Damar.
" Iya Tante...Mami..."
Finny kemudian memeluk Navya. Sambil menatap Jenazah Sahabatnya.
" Fiza, Mas Wisnu, Kalian bisa pergi dengan tenang. Terimakasih sudah menitipkan anak yang manis seperti ini padaku. Aku janji akan menjaga Navya seperti anakku sendiri. Aku akan buat dia mendapatkan kebahagiaannya."
***
Setelah pemakaman selesai dan menyerahkan kepengurusan Panti pada beberapa orang di Panti yang dulu juga membantu Hafizah dan Wisnu, mereka berempat kembali ke kediaman Damar dan Finny. Damar berjanji akan menjadi donatur tetap dan juga akan menawarkan ke beberapa rekan bisnis nya untuk menjadi donatur tetap Panti Asuhan itu.
" Sayang, kita makan dulu ya." Ajak Finny pada Navya dan Dafin.
"Dafin makan dikamar aja mi, Bik Ana nanti bawain makanan ku ke kamar ya!"
"Baik Mas."
Dafin bejalan menuju kamarnya di lantai atas. Pandangan Nayva mengikuti langkah Dafin menaiki tangga.
"Vya, ayo nak. Kita makan." Finny menuntun Navya ke meja makan, diikuti oleh Damar.
Dan mereka makan bersama, Finny menyuapi Navya dengan telaten. " Vya makanan kesukaan kamu apa sayang ? Nanti biar mami masakin, atau kamu boleh minta bin Ana masakin apapun yang kamu mau."
"Iya Nak, jangan malu-malu ya. Kamu sekarang anak Papi dan Mami. Jadi kamu bilang aja apapun yang kamu mau." Damar menimpali.
"Kalau udah makannya, Kita ke kamar kamu ya. Mami dan Papi udah siapin kamar buat kamu. Kamu pasti suka. Trus kamu mandi biar makin cantik anak mami."
Finny membawa Navya menaiki tangga menuju lantai atas, kamar nya terletak tepat di sebelah kamar Dafin. "Ini kamar kak Dafin, dan ini kamar kamu sayang." Begitu pintu kamar itu terbuka, Navya berbinar melihat desain kamar khas anak perempuan, dinding kamar itu didominasi merah muda dan biru dengan salah satu sisinya bergambar tokoh animasi Princes yang umumnya disukai anak perempuan. Serta tempat tidur juga beberapa furnitur dengan tema senada.
" Waaahhh cantik Tantee...."
" Eiitsss,, salah dong panggil nya.. "
"Iya mami... " Navya memeluk Finny.
" Kamu suka ?"
" Suka banget... "
" Yaudah kamu mandi dulu ya. Biar mami temenin."
Setelah memandikan Navya, mereka keluar dari kamar bertepatan dengan Dafin yang baru saja menutup pintu kamarnya.
Dafin melihat Navya dengan tatapan tanpa ekspresi. Navya langsung menunduk, sejak bertemu pertama kali Dafin tidak pernah ingin bicara padanya bahkan pada pertemuan pertama mereka Dafin selalu memandangnya sinis.
" Kamu mau kemana sayang ?" Finny bertanya pada anaknya.
"Dafin mau main basket." Dia menjawab sambil berjalan ingin menuruni tangga.
" Sayang, ajak Vya ya." Dafin menghentikan langkah nya. "Mami mau mandi sebentar. Papi juga masih ada kerjaan di ruang baca."
Menghela nafasnya berat, Dafin berbalik dan menatap maminya, " emank dia bisa main basket?"
" Ya gak harus ikut main juga sayang, Vya bisa duduk di gazebo, lihat kamu main basket sambil nungguin Mami."
" Ya udah.." Dia berjalan kembali menuruti anak tangga menuju halaman di samping rumahnya.
" Vya kamu ikut Kak Dafin ya.." Tapi Navya ragu. "gak apa-apa sayang, Kak Dafin itu baik kok."
Akhirnya Vya mengikuti Dafin menuju halaman.
" Kamu duduk aja di sana, jangan berbuat yang aneh-aneh dan merepotkan ku " Dafin menunjuk ke arah sebuah Gazebo nyaman di sebelah kolam.
Vya mengangguk tanpa berani menatap Dafin.
Finny dan Damar yang diam-diam mengamati mereka tersenyum. "semoga Navya betah ya Mas tingg di sini dan suatu hari Dafin bisa menerima Vya sepenuhnya."
"Insyaallah bisa sayang. Dafin hanya belum siap dengan kehadiran Vya, Lama kelamaaan nanti dia juga akan Terbiasa dan menyayanginya.
"Aamiin"
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments