Shifa, kamu hari ini ada waktu nggak? Aku mau ngomong sesuatu nih tentang Elsa.
Kulihat sms yang masuk di handphone-ku. Ternyata Alfan yang mengiriku sms tersebut. Dia ingin menemuiku untuk membicarakan sesuatu tentang sahabatku, Elsa.
"Apa jangan-jangan dia mau ngajak serius Elsa tapi dia bingung mau memulai darimana?" tanyaku dalam hati. Akupun mengiyakan ajakan Alfan.
Aku nanti pulang kuliah jam 15.00. Kita bisa ketemuan setelah aku pulang kuliah. Balasku.
Padahal aku sudah punya janji dengan Reno untuk nonton ke bioskop. Tapi aku bisa cancel ajakan Reno itu. Aku akan bilang ke Reno setelah pulang kuliah nanti. Toh ini menyangkut masa depan sahabatku dengan orang yang dia suka.
***********
"Kamu jadi ke bioskop sama Reno?" tanya Elsa memulia pembicaraan.
"Kayaknya enggak deh. Aku tiba-tiba ada acara yang lebih penting," ucapku.
"Sama si duda itu ya?" tanya Nela.
"Bukanlah. Ini kan belum satu bulan sejak dia jemput aku ke kampus. Kalau ketemu si duda itu jatahnya masih minggu depan. Ssstt... Aku mau ketemu sama cowok baru," pungkasku berbisik.
Aku sengaja tidak memberitahu Nela dan Elsa tentang pertemuanku dengan Alfan supaya bisa ngasih kejutan ke Elsa. Lagipula kalau Elsa tahu takutnya malah disangka yang aneh-aneh.
"Cowok baru lagi?! Ya ampun, Shifa, kamu kapan tobatnya sih. Ntar kalau ketahuan gimana coba?" tanya Elsa dengan ekspresi kaget.
"Kalau aku udah nikah aku bakalan berhenti kok pacar-pacaran kayak gini. Tapi kan sekarang aku masih muda masih pengen bebas gandengan sama yang aku suka," ucapku menjelaskan.
"Ya udah sih semua orang punya pandangan hidup masing-masing. Ada yang suka pacaran kayak kamu, Shifa, ada yang takut pacaran sama kayak kamu, Elsa, sedangkan aku sih kalau ada yang nyangkut dihati aku pun juga nggak nolak," ucap Nela menengahi pembicaraanku dengan Elsa.
"Kalian mau pesen apa? Biar hari ini aku yang traktir mumpung nyokab ngasih uang jajan lebih," lanjut Nela.
"Wahh.. aku mau bakso sama es jeruk dong," ucapku sumringah.
"Aku juga bakso deh sama jus melon," kata Elsa.
"Ya udah kalian tunggu sini dulu biar aku pesenin," jelas Nela.
Memang diantara kami bertiga, Nela lah yang paling kaya. Sedangkan aku yang paling biasa saja. Mereka berdua tahu kalau selama ini hanya ibuku saja yang bekerja karena ayahku sudah tiada sejak aku kecil makanya mereka selalu sayang kepadaku dan akupun bersyukur memiliki mereka berdua.
*********
Aku tunggu di masjid dekat kampus kamu ya sekalian aku sholat ashar.
Kulihat sms dari Alfan masuk ke handphone-ku. Aku yang sedang menunggu Reno pun jadi gelisah takut Alfan menunggu terlalu lama.
"Eh tapi kok ketemu di masjid sih?" tanyaku dalam hati.
Laki-laki yang satu ini benar-benar aneh. Walaupun aku bukan kekasihnya tapi bagaimana bisa dia ngajak ketemuan disebuah masjid. Biasanya laki-laki kalau ngajak ketemuan itu di cafe atau taman, tempat yang asyik buat nongkrong.
"Sayang, kamu nunggu lama ya? Maaf tadi dosennya kalau ngasih kuliah kelamaan. Ayo kita pergi sekarang?" ajak Reno. Reno terengah-engah berlari menghampiriku seperti dikejar anjing.
"Maaf, Sayang, hari ini aku nggak bisa soalnya Ibu aku ngajak ke rumah Bibiku. Maafin aku ya," ucapku beralasan.
"Yah.. padahal aku udah terlanjur beli tiket. Apa ke rumah Bibi kamu nggak bisa besok saja ya?" tawar Reno. Terlihat jelas raut wajah Reno yang kecewa.
"Nggak bisa. Aku nggak berani nolak ajakan Ibu. Kita nontonnya lain waktu aja ya?" ujarku.
"Ya udah deh tapi janji ya harus bisa luangin waktu buat kita nonton. Kalau gitu ayo kita pulang, biar aku yang anter," ajak Reno.
"Nggak mau. Aku lagi pengen naik angkot. Aku lagi males naik sepeda badanku lagi nggak enak. Takutnya nanti malah kena masuk angin lagi," ucapku beralasan.
"Kamu kok gitu sih tumben banget nolak ajakan aku pulang bareng. Biasanya kamu nggak pernah gitu loh ke aku," kata Reno.
"Wahh... aku salah ngomong nih. Jangan sampai dia curiga," ucapku dalam hati.
"Bukannya gitu, tapi aku beneran pengen banget naik angkot. Kamu duluan aja ya, aku mau ngambil buku yang ketinggalan dikelas tadi," ucapku beralasan. Akupun segera pergi meninggalkan Reno.
Mas Alfan, aku udah dihalaman masjid nih. Kamu dimana?
Kukirim sms kepada Alfan kalau aku sudah berada di area masjid tapi tidak ada balasan sama sekali. Aku pun terpaksa masuk ke dalam masjid untuk melihat-lihat dimana keberadaan Alfan.
"Mbak, mau sholat ya? Mukenahnya ada didalam lemari, nggak dikunci kok," tegur seorang ibu-ibu ramah.
"Eh.. iya. Ya udah kalau gitu saya permisi dulu ya mau ambil wudhu'," ucapku gugup. Aku pun berjalan ke tempat wudhu' wanita.
Benar-benar aneh rasanya ketika aku sholat karena sudah lama aku tidak memasuki masjid. Bahkan sholat lima waktupun aku tidak pernah melakukannya. Entah apa yang merasukiku hari ini, tiba-tiba saja aku wudhu', sholat, serta berdo'a kepada-Nya.
"Apakah do'a dan sholatku akan diterima?" tanyaku dalam hati. Hatiku benar-benar tenang setelah sholat seperti ada angin sepoi-sepoi didalam hatiku yang membuat hatiku jadi nyaman.
Aku pun keluar dari dalam masjid untuk mencari Alfan. Ternyata dia sedang berbicara dengan seseorang di tempat parkir mobil. Padahal tadi aku cari disitu tidak ada. Mungkin dia juga baru selesai sholat sepertiku.
"Mas.." ucapku pelan.
"Oh iya-iya kamu udah dateng ternyata. Pak, kalau gitu saya duluan ya," ucap Alfan pada teman bicaranya.
"Iya, Pak Dokter, sekali lagi terima kasih banyak ya kalau tidak ada Pak Dokter mungkin anak saya masih sakit tangannya," pamit orang itu sambil pergi menjauh.
"Ayo kita masuk ke mobil," ajak Alfan.
"Kirain kita bakalan ngobrol di masjid," gumamku pelan sambil masuk ke dalam mobil milik Alfan.
"Kamu sudah makan apa belum? Ayo kita mampir restoran seafood. Aku lagi pingin makan kepiting nih," ucap Alfan.
"Kalau makan sih belum tapi aku alergi sama seafood," jelasku.
"Disana nggak hanya ada seafood kok, masih banyak makanan lain. Dijamin deh makanan disana enak-enak banget. Aku udah langganan lama di restoran itu," ucap Alfan.
"Ya udah kalau gitu aku ngikut aja. Mas Alfan itu dokter apa sih?" tanyaku penasaran.
"Kamu belum tahu ya, aku dan Krish itu sama-sama dokter orthopedi makanya aku dan Krish bisa jadi temen deket," jawab Alfan.
"Oh terus tadi salah satu pasien Mas Alfan ya?" tanyaku lagi.
"Iya anaknya pasien aku. Kasihan masih kecil jatuh dari sepeda terus dibawa ke tukang urut. Bukannya sembuh malah tangannya membengkak. Akhirnya sama bapaknya tadi dibawa ke rumah sakit. Setelah di cek tulang tangannya patah dan yang menyebabkan bengkak itu ada urat tangannya yang kena pecahan tulang sehingga menyebabkan darah tidak bisa mengalir sempurna sehingga menyebabkan jari jempolnya bengkak," terang Alfan.
"Jadi biar sembuh apa yang kamu lakuin terhadap pasien itu?" tanyaku serius.
"Ya jalan satu-satunya dioperasi. Sekarang tangannya udah bisa digerakkan setelah operasi dua bulan yang lalu," jawab Alfan.
"Dua bulan?! Lama banget sembuhnya!" seruku kaget.
"Dua bulan sih cepat karena tulang anak kecil masih dalam masa pertumbuhan. Kalau orang dewasa malah bisa sampai satu tahun loh kalau lukanya parah. Makanya kamu harus hati-hati biar nggak ketemu aku sebagai pasien aku," ucap Alfan.
Aku yang mendengar kalimat terakhir dari Alfan entah mengapa rasanya seperti terbang ke langit tinggi.
"Mas Alfan emang mau ngomongin apa sih? Mau ngelamar Elsa, ya?" tanyaku langsung keintinya.
"Nanti aja aku jelasin di restoran sekalian makan," ucap Alfan sambil terus fokus menyetir mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Liska
Semangat thor😊
2020-06-10
0
💞🌜Dewi Kirana
semangat terus thor ceritanya bagus
2020-05-16
1
Indah Nihayati
Mas Alfan bikin meleleh
2020-05-14
1