Ch 2. Bertemu dengan Dito

"Makasih sayang servisan kamu benar-benar nikmat. Punya kamu itu emang ngegigit banget beda dari yang lain," ucap Dito sambil membelai rambutku.

"Iya dong aku kan selalu ngerawat punya aku biar kalau ketemu, kamunya bisa puas," pungkasku.

"Andaikan saja kita bisa ketemu tiap hari. Pasti aku bakalan bahagia banget punya kekasih yang pandai diranjang kayak kamu gini," kata Dito.

"Tapi kalau ketemu tiap hari takutnya kamu bosen lagi sama aku. By the way, aku kenalin dong sama anak kamu. Aku kan juga pengen lebih dekat sama keluarga kamu," pintaku sambil menatap wajahnya.

Entahlah, apa aku punya kelainan atau bagaimana. Kenapa aku biasa saja ketika aku menatap wajahnya tidak ada rasa risih sama sekali. Padahal usia kami terpaut dua puluh tahunan. Mungkin dia seumuran dengan ayahku.

"Nanti ya, kalau ada waktu aku bakal kenalin kamu sama anakku. Kamu kan tahu sendiri kalau aku jarang ada waktu. Anakku juga sibuk terus karena dia udah kelas tiga SMP," jawabnya mengecup bibirku.

"Ayo kita lanjut ronde yang kedua. Kamu yang di atas ya," lanjutnya. Tangannya yang semula membelai rambutku sekarang berpindah membelai bagian intimku.

"Bentar dong, Sayang. Aku kan capek," ucapku sambil mendesah pelan. Aku benar-benar menikmati setiap sentuhannya. Dia selalu tahu bagaimana caranya supaya aku menikmati setiap sentuhannya.

Ya beginilah aku. Setiap aku bertemu dengan Dito, aku selalu diajak ke sebuah hotel sebelum pergi jalan-jalan. Aku pun memakluminya karena kita juga jarang bertemu. Aku sudah biasa melakukan hubungan terlarang ini semenjak keperawananku direnggut mantan pacar pertamaku. Pikirku sekalian saja aku jatuh ke lubang buaya, toh keperawananku tidak bisa kembali lagi.

Aku mengenal Dito lebih lama dibanding dengan Reno. Aku menjalin hubungan dengannya sudah lebih dari satu tahun lamanya. Sedangkan dengan Reno, kami baru pacaran sekitar lima bulan yang lalu. Dito dan Reno sama-sama sudah menikmati tubuhku, hanya saja Dito tidak pelit dengan uang. Dia selalu memberi uang jajan yang menurutku lebih dari cukup untuk membiayai kehidupanku sehari-hari. Reno juga baik, hanya saja dia sering mentraktirku makan seperti yang dilakukan pasangan muda lainnya. Reno tidak pernah memberiku uang atau mengajakku berbelanja.

Tentu saja hubunganku dengan mereka tidak ada yang serius. Apalagi dengan Dito, aku lebih seperti "baby sugar"nya. Aku sebenarnya ingin serius dengannya. Toh dia kaya meskipun umurnya tidak muda lagi. Tapi aku tidak pernah diajak kerumahnya apalagi dikenalkan dengan anaknya.

*************

"Mampir dulu yuk nanti aku buatin kopi," ajakku.

"Nggak usah. Nggak enak aku sama Ibu kamu kalau malam-malam bertamu. Aku bukain bagasinya ya, kamu ambil sendiri belanjaan kamu," ucap Dito.

"Ya udah kalau gitu aku ambil dulu ya," ucapku membuka pintu mobil.

Aku pun berjalan ke belakang mobil. Kubuka pintu bagasi dan kuambil beberapa tas benjaanku. Tak lupa kututup lagi pintu bagasinya.

"Makasih ya buat hadiahnya. Nanti hubungi aku kalau sudah sampai rumah," ucapku bahagia.

"Ya udah aku pergi dulu ya," ucapnya pamit.

Setelah mobil milik Dito pergi, aku pun berjalan memasuki rumahku. Kucari ibu yang ternyata dia sedang sibuk dengan mixernya. Pantas saja dia tidak keluar ketika aku diantar Dito pulang. Mungkin ibu tidak tahu kalau aku sudah pulang.

"Assalamu'alaikum, Bu, aku sudah pulang," ucapku sambil menengadahkan tanganku untuk bersalaman dengan ibu.

"Wa'alaikum, Shifa, kok kamu baru pulang sih. Ibu kira kamu nggak bakal pulang malem," ucap ibu sambil mematikan mixernya.

"Ini baju buat Ibu. Tadi aku sekalian mampir beli beberapa buku di mall. Ibu kan tahu kalau mata kuliahku makin hari makin bikin pusing," ucapku beralasan.

"Kamu dapat uang darimana, Fa, buat beli baju ini. Itu juga kenapa belanjaan kamu banyak banget? Mending kalau kamu punya uang ditabung deh daripada beli-beli kayak gini," ucap ibu menceramahiku.

"Padahal aku cuma bawa tiga tas belanjaan. Sementara lima tas lainnya aku taruh di depan pintu rumah supaya Ibu tidak tahu. Kalau tahu bisa-bisa Ibu curiga lagi," ucapku dalam hati.

"Ini tadi temenku kok yang belanjain. Aku mana mungkin belanja sebanyak ini, kan keuntungan jualan online shop juga gak banyak, Bu. Aku tadi menang tebak-tebakan skor sepakbola makanya temenku mentraktir beliin aku baju," ujarku beralasan.

"Bu, aku lapar nih. Hari ini Ibu masak apa?" tanyaku sambil berusaha mengalihkan perhatiannya.

"Ya udah jangan lupa bilang makasih ke temen kamu. Dia udah belanjain kamu banyak barang. Ibu hari ini masak pepes ikan kesukaan kamu. Kamu mandi dulu sana kalau mau makan terus nanti bantuin Ibu bikin kue. Hari ini Ibu banyak pesenan kue dari Bu RT. Dia mau ngadain acara ulang tahun anaknya besok pagi," jelas ibu.

"Siap Ibuku yang cantik. Aku pergi ke kamar dulu ya mau naruh tasku. Oh iya, Bu, besok siang aku mau diajak Elsa sama Nela ke perpustakaan," ucapku sambil berlari menjauhi Ibuku. Aku pun mengambil belanjaanku tadi dan masuk ke kamar. Tak lupa pintu kamar aku kunci. Kubuka satu persatu tas belanjaan yang dibelikan Dito.

"Wahh.. ternyata ini kalung. Bagus banget hadiah dari Dito. Pasti ini mahal banget," ucapku terbelalak melihat kalung yang begitu cantik.

Kringg.. krinngg...

Handphone-ku yang berbunyi mengalihkan perhatianku. Kubaca sms yang ternyata dari Elsa.

Besok kita ketemuan di Cafe Dhelice jam 1 siang. Kamu jangan lupa ya, Fa. Aku takut sendirian.

Siap tenang aja. Aku sudah ijin kok sama Ibuku dan dia ngebolehin. Balasku.

Mungkin sekarang Elsa gugup karena besok dia mau bertemu dengan laki-laki bernama Alfan. Hanya dia saja yang sampai saat ini pacaran cuma satu kali. Itu pun sudah lama sekali. Dia benar-benar gadis yang berbeda. Dia mungkin cocok dengan laki-laki itu karena sepertinya laki-laki dalam foto itu kelihatan agamis dan pendiam.

Kringgg.. Kringg...

Handphone-ku berbunyi lagi. Kali ini Reno meleponku.

"Halo," jawabku pelan. Pasti aku bakalan diceramahi karena handphone dari tadi aku mode silent dan kulihat dia berulang kali meneleponku.

"Kamu darimana aja kok dari tadi nggak diangkat teleponku?" tanyanya emosi.

"Aku habis bantuin Ibu nih. Ini aja belum kelar pesenannya banyak banget soalnya," jawabku beralasan.

"Oh kirain kemana. Ya sudah kalau gitu kamu lanjutin dulu bikin kuenya. Jangan sampai kelelahan ya, Sayangku," ucap Reno.

"Iya-iya bawel. Jangan telepon dulu ya aku mau istirahat kalau sudah selesai bantuin Ibu. Besok saja kalau mau hubungi aku!" seruku.

"Ya udah deh selamat malam sayangku yang paling cantik," ucap Reno yang kemudian teleponnya dimatikan.

Reno benar-benar sangat menyebalkan. Sekali sms tidak dibalas, dia akan terus menerus menghubungiku. Apa mungkin dia tahu hubunganku dengan Dito? Ah mana mungkin dia tahu, aku kan jarang ketemu sama Dito. Aku sebenarnya ingin putus dengan Reno karena selama ini dia tidak pernah membelikanku apa-apa seperti Dito, tapi bagaimana aku mengatakannya? Akan canggung jadinya karena aku dengannya masih satu kampus.

Terpopuler

Comments

♡ⱭℕǤℰⱠ♡ᵛᵅ Hiatus🖤

♡ⱭℕǤℰⱠ♡ᵛᵅ Hiatus🖤

haloo kak, aku bawa rate5 + like yah🙏
mampir juga yuk di ceritaku
jangan lupa komen+like+rate
kalau suka vote dan fav yaa😍
saling support🤗

2020-07-20

0

Liska

Liska

Ceritanya keren thor

2020-06-02

1

Ariadne Marinka

Ariadne Marinka

wah menarik thor, 😊

2020-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!