"Jangan gugup ya. Aku sama Nela tunggu di meja belakang kamu," ucapku menenangkan Elsa.
Dia benar-benar terlihat gugup. Bahkan ketika aku menjemputnya tadi, Elsa memakai baju yang terbalik. Aku pun tertawa terpingkal-pingkal sampai aku menyadari kalau Elsa terlalu gugup dengan pertemuannya. Akhirnya aku membantunya berdandan supaya dia bisa tampil cantik dipertemuan ini. Tapi bukan Elsa namanya kalau dia pakai lipstik dan peralatan make up lainnya. Meskipun dia pandai memakai hijab, tapi dia tidak pernah memakai make up seperti wanita pada umumnya. Dia pun menolak bantuanku mendandaninya. Dia lebih suka tampil apa adanya seperti ini.
"Halo guys, udah jam segini apa si pria tampan itu belum juga datang?" tanya Nela yang baru saja datang.
"Belum, Nel. Mungkin dia kena macet di jalan," jawab Elsa.
"Ayo, Nel, kita duduk di meja sebelah sana saja. Jangan ganggu orang yang mau berduaan. Nanti kamu dianggap obat nyamuk lagi," ajakku.
"Ayo," ucap Nela.
Aku dan Nela memilih duduk tidak jauh dari Elsa. Kami memilih duduk di dekat jendela karena aku suka melihat pemandangan yang berwarna hijau.
"Nela, kamu pesen apa? Aku pingin minum yang seger-seger nih," ucapku membaca daftar menu.
"Minuman yang paling direkomendasiin disini apa, Mbak?" tanya Nela kepada waitress yang berdiri disebelah kami.
"Disini yang paling recommended itu Dalgona Coffe, Mbak. Minuman ini baru disini dan langsung booming," ucap si waitress.
"Ya udah aku pesen itu aja sama nasi goreng yang pedas ya. Terus chicken katsu-nya dua sama kentang goreng juga dua," ucap Nela.
"Banyak banget, Nel. Kamu lapar atau kerasukan?" tanyaku bingung.
"Kita kan mau nungguin orang pacaran, jadi kita harus siapin amunisi dong. Lagian chicken katsu sama kentang gorengnya buat kamu juga," jawab Nela santai.
"Ya udah, Mbak aku minumnya strawberry sparkling juice sama chicken steak. Pakai nasi ya, Mbak, biar kenyang," ucapku.
"Baik, Mbak, silahkan ditunggu," ucap waitress pergi.
"Kamu kerasukan juga ya, Fa, kok pesen steak pakai nasi," ucap Nela menyindir.
"Hehehe... Aku kan ngikut kamu, Nela. Aku tadi lupa nggak makan dulu soalnya buru-buru jemput Elsa," ucapku beralasan.
Aku memang sepulang dari pasar langsung mandi dan pergi untuk menjemput Elsa. Sepeda motor yang biasa dia pakai kemana-mana ternyata bannya bocor. Tentu saja aku langsung pergi kerumahnya sampai-sampai aku lupa kalau aku belum makan siang.
"Eh tuh lihat cowok yang baru masuk itu. Kayaknya itu deh cowok yang namanya Alfan yang mau ketemu sama Elsa," ucap Nela.
Aku pun membalikkan badan untuk melihat cowok yang dimaksud Nela. "Tampan juga tuh cowok," itulah kata pertama yang ada dipikiranku. Ternyata dia juga tidak datang sendirian. Dia bersama satu temannya yang sepertinya seumuran.
"Oh iya yang pakai jaket coklat itu kan. Bener-bener mirip sama yang difoto. Tapi kok temennya ikut duduk bareng sama dia dan Elsa sih. Ganggu aja," tukasku.
"Iya ya kok temennya nggak nyari meja lain. Apa gak risih kalau ketemuan bertiga gitu," ucap Nela menyetujuiku.
"Bentar ya." Aku pun berdiri dan pergi ke meja tempat Elsa, Alfan dan temannya duduk.
"Mas," ucapku menepuk pundaknya.
"Aku temennya Elsa. Kenalin nama aku Shifa. Gimana kalau kamu duduk di meja sebelah sana sama aku dan temenku satunya. Siapa tahu kita bisa berteman akrab," ucapku berani. Kulihat raut wajah Elsa yang gugup seperti melarangku meninggalkan mereka berduaan saja.
"Tapi ... aku mending cari meja sendiri saja kalau gitu," ujar si cowok.
"Ngapain? Nggak perlu sungkan gitu. Ayolah kita bisa mengobrol bareng-bareng daripada sendirian nanti malah bosan," ajakku. Dia pun berdiri mengekoriku.
"Mas, aku pinjem temenmu yang ini ya. Nanti bakalan aku balikin kok. Kalian lanjutin aja kenalannya," ucapku tersenyum.
"Iya silahkan aja nggak apa-apa kok," jawab laki-laki yang duduk di depan Elsa.
Aku pun kembali ke mejaku semula. Aku mempersilahkan si cowok untuk duduk di depanku sedangkan aku sendiri duduk di sebelah Nela.
"Mas namanya siapa? Udah temenan lama ya sama Mas Alfan?" tanyaku memulai percakapan.
"Kenalin namaku Krish, aku rekan kerjanya Pak Alfan. Lebih tepatnya sih dia atasanku," jawab cowok yang ternyata bernama Krish.
"Kenalin juga namaku Nela, kalau temenku ini namanya Shifa. Dan yang sedang bersama Mas Alfan itu namanya Elsa. Kita satu jurusan di kampus," terang Nela.
"Wah pesanan kita udah datang. Makasih ya, Mbak," ucapku. Melihat makanan yang disajikan waitress di depanku membuat cacing-cacing diperutku berbunyi.
"Masnya pesen aja nggak perlu sungkan. Kita disini sama-sama laper makanya pesen makanannya banyak banget. Harap maklum ya," ujarku sedikit tertawa.
"Iya Mas Krish pesen aja disini makanannya enak-enak kok," ucap Nela menyetujui ucapanku.
"Ya udah, Mbak, aku pesen kopi latte aja ya sama onion rings. Udah itu aja," kata Krish kepada waitress.
"Baik Mas silahkan ditunggu."
"Mas Krish kok pesennya cuma itu aja. Kita jadi malu nih udah terlanjur pesen banyak gini," ucap Nela.
Aku menganggukkan kepala sambil memakan steak ayamku. Aku benar-benar lapar sehingga aku melupakan sopan santunku untuk menunggu pesanan Mas Krish datang.
"Enggak apa-apa kalian makan saja aku udah kenyang kok. Beneran deh. Oh iya kita saling follow facebook yuk sama boleh nggak minta nomer whatsapp kalian biar kita terus terhubung," ajak Krish.
"Boleh-boleh. Siapa nama facebook Mas Krish biar aku add pertemanan," ucap Nela sopan.
Akhirnya suasana pun tidak canggung sama sekali. Sesekali aku melihat meja tempat Elsa duduk, aku ingin memastikan kalau Elsa baik-baik saja dan tidak gugup seperti tadi. Aku juga melihat sosok Alfan yang entah kenapa bisa menarik perhatianku.
*****************
"Elsa, gimana pertemuan kamu sama Alfan?" tanya Nela.
"Dia ganteng sih, tutur katanya juga sopan. Aku tiba-tiba merasa jatuh cinta pada pandangan pertama nih," sahut Elsa.
"Ciiieee.. Respon dia bagaimana pas ketemu sama kamu? Apa dia bilang mau ngajakin kamu serius?" tanyaku penasaran.
"Enggak sih dia nggak bilang apa-apa masalah itu. Kita kemaren cuma bicara tentang kesibukan masing-masing. Ternyata dia wakil direktur di Rumah Sakit Harapan Bunda dan temannya yang dia ajak kemaren itu salah satu dokternya," jawab Elsa.
"Wah.. hebat ya. Padahal umurnya masih 30 tahun tapi udah jadi wakil direktur," ucapku kagum.
"Iya hebat banget. Padahal Krish kemaren enggak cerita apa-apa lho tentang pekerjaannya. Isi facebook-nya juga biasa saja kebanyakan foto travelling," jelas Nela.
"Kalian ngomongin apa sih. Aku ikut nimbrung dong," ucap Reno. Tiba-tiba Reno datang merangkul pundakku. Akupun kaget dengan kedatangannya yang tiba-tiba.
"Oh ini kami nyeritain Elsa yang sedang pdkt sama cowok. Kalian mau kencan ya," ujar Nela.
"Iya dong kami mau jalan-jalan ke Taman Indah beli eskrim. Iya kan, Sayang?" tanya Reno.
"Iya deh mumpung dosenku nggak masuk. Ayo kalau mau berangkat sekarang," balasku.
Sebenarnya Reno sama sekali nggak bilang mau ngajak ketemuan sebelumnya jadi aku santai-santai saja menikmati minuman mojitoku.
"Jalan-jalan kok cuma beli eskrim. Sekali-kali beliin perhiasan dong sekalian lamaran," canda Nela.
"Iya biar Shifa enggak gandeng cowok lain mulu," ucap Elsa menimpali.
"Sssttt.. Apaan sih. Ya udahlah ayo kita pergi, Sayang," ucapku sambil menggandeng tangan Reno. Aku ingin segera menjauhi Nela dan Elsa. Takutnya mereka bisa keceplosan kalau bukan cuma Reno saja yang aku pacari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
juju
gugup sampai makai baju kebalik
2020-06-03
1
xanimaze
jejak dulu ya thor, bacanya sambil jalan,
kalau ada waktu mampir juga kenovelku ya, dengan judul Reinkarnasi, dan Battle string, kalau suka boleh divote, like, rate, terimakasih 🙏
2020-05-20
1
Raindse Praintzesa
Aku udah mampir nih kak, cerita kakak juga bagus😆, like + vote siap meluncur
2020-05-19
1