Dialah Matahariku

Dialah Matahariku

Ch 1. Foto orang itu...

"Bentar lagi aku jemput. Tiga puluh menit lagi aku sampai di kampusmu,"

ucap seseorang dari balik telepon.

"Iya aku tunggu," jawabku.

Titt.. tiittt... tiiittt...

Teleponku ternyata dimatikan. Aku pun memasukkan handphone-ku ke dalam tas disebelahku. Akhirnya, aku akan segera bertemu dengannya setelah satu bulan tidak bertemu. Dia sangat sibuk karena pekerjaanya sebagai seorang direktur di sebuah perusahaan besar membuatnya jarang menemuiku. Aku pun memaklumi kesibukannya karena selain dia seorang direktur utama, dia juga seorang duda yang harus mengurus anaknya seorang diri.

"Telepon dari Reno ya, Fa? Ciiieee.. yang mau ketemuan nih," goda sahabatku Nela.

"Bukan dari Reno tapi yang satunya," ucapku menimpali.

"Oh si Pak Direktur itu ya. Aku kira kalian sudah putus," kata sahabatku yang satunya, Elsa.

"Belum dong. Kan dia emang sibuk banget makanya ketemu aja satu bulan sekali," ujarku menjelaskan.

"Lagian mana mau Shifa ninggalin si Pak Direktur itu meskipun duda. Kan selama ini walaupun jarang ketemu tapi duit ngalir terus. Iya kan, Fa?" tanya Nela.

Begitulah Nela, sahabatku yang satu ini memang orangnya ceplas-ceplos. Apa yang ada dipikirannya langsung dia ucapkan tanpa basa-basi. Sedangkan si Elsa, dia orang yang pendiam, ramah dan santai. Kalau aku orangnya juga santai seperti Elsa, tapi aku bukan orang yang pendiam. Aku suka menjalin kasih dengan beberapa laki-laki. Selain bisa mendapatkan cinta yang selama kecilku tak pernah kurasakan, aku juga mendapatkan uang yang bisa aku gunakan untuk kebutuhanku tanpa merepotkan ibu. Kami bertiga bertemu di kampus ini saat sama-sama sedang melakukan pendaftaran mahasiswa baru dan langsung klop banget.

"Iya dong kamu tahu aja apa yang aku

pikirkan," ucapku santai.

"Memangnya kamu nggak takut ketahuan sama Reno? Nanti kalau Reno tahu gimana?" tanya Elsa.

"Ya nggak gimana-gimana. Toh selama ini aku juga sering kan gonta-ganti pacar. Kalau dia tahu ya tinggal putusin aja beres," jelasku sambil menyeruput jus alpukat kesukaanku.

"Duh.. kalau aku jadi kamu pasti aku bakalan bingung deh. Oh iya, kalau orang di foto ini bagaimana menurutmu?" tanya Elsa sambil menunjukkan foto seorang laki-laki dari handphone-nya.

Aku dan Nela melihat dengan seksama foto tersebut. Foto itu memperlihatkan seorang laki-laki tersenyum menghadap ke kamera. Dibelakangnya terlihat banyak bunga-bunga bertebaran seperti di area taman.

"Ganteng juga. Siapa nih, pacarmu ya? Kok aku gak dikasih tahu sih," tanya Nela.

"Bukan. Aku dikenalin sama Linda tetangga aku yang sering ke rumah itu loh. Dia bilang laki-laki di foto ini mau mencari istri. Dan aku tertarik dengan fotonya," ucap Elsa.

"Kok sama fotonya? Apa kalian belum pernah ketemu? Mending ketemuan dulu deh supaya tahu dia aslinya gimana. Kenalan dulu aja, kalau cocok nanti bisa dilanjutin ke jenjang lebih serius kalau kamu emang suka sama dia," saranku.

"Kita rencananya mau ketemu hari minggu. Tapi dia nggak mau kalau ketemuan cuma berdua. Dia maunya aku bawa teman. Kalian mau nggak nemenin aku?" tanya Elsa.

"Kenapa dia gak mau ketemu berdua? Ribet amat mau ketemu aja. Bukannya nanti kalau mereka pacaran juga yang menjalani cuma mereka berdua? Kenapa harus melibatkan orang lain?" tanyaku dalam hati. Kupandangi foto tadi sambil memikirkan kebingunganku dengan orang di foto tersebut.

"Ya udah kalau gitu besok kita temani. Tapi kita berdua duduknya agak jauhan ya, biar nggak dikira ganggu kalian. Iya kan, Shifa?" tanya Nela.

"Iya-iya terserah deh aku ikut aja asal jangan pagi-pagi ya. Besok aku udah janji mau bantuin Ibuku jualan di pasar. Memang jam berapa sih?" tanyaku.

Belum juga Elsa menjawab, handphone ditasku berbunyi. Kubuka tasku dan kulihat pacarku si direktur sudah menelepon. Mungkin dia sudah sampai di depan kampusku.

"Udah dulu ya ini dia udah datang. Kita lanjut di whatsapp aja ya. Bye," ucapku terburu-buru.

Aku tidak mau dia menungguku terlalu lama karena aku tahu dia memiliki temperamen yang buruk. Aku takut kalau sampai aku kelamaan datang, dia akan langsung pulang tanpa mengucapkan apa-apa.

"Ya udah, sana samperin," jawab Nela yang disusul dengan anggukan Elsa.

Aku pun pergi berjalan ke depan kampus untuk menghampirinya. Kulihat handphone-ku masih berbunyi. Ketika aku mau mengangkat telepon darinya tiba-tiba ada Reno dan teman-temannya berjalan kearahku.

"Kamu mau kemana, Shifa? Aku baru saja mau nyusul kalian ke kantin," sapa Reno.

"Oh aku buru-buru mau pulang nih. Soalnya Ibu udah nyariin," jawabku gugup.

"Ciiiieeee.. Kita duluan aja yuk," ucap satu teman Reno. Teman-teman Reno pergi meninggalkan kami berdua.

"Itu Ibu kamu ya yang telepon kok gak kamu angkat dulu?" tanya Reno.

"Eh iya ini mau aku angkat. Aku duluan ya," jawabku gemetar. Aku pun berjalan melewati Reno untuk segera menemui kekasihku yang satunya. Tapi tiba-tiba tanganku dipegang seseorang.

"Ayo, aku anterin biar kamu cepet pulangnya," ajak Reno.

"Duhh.. Gimana nih? Aku sedang buru-buru tapi malah bertemu dengan kekasihku yang satu lagi," ucapku dalam hati.

"Nggak usah, aku udah pesen ojek online. Nanti aku hubungi ya, kalau aku udah sampai rumah," ucapku sambil melepaskan tangan Reno.

Aku pun buru-buru pergi dari tempat itu meninggalkan Reno dengan setengah berlari. Kulihat Reno masih tetap berdiri sambil terus melihatku.

"Kali ini maafin aku ya. Kita udah sering bertemu. Sekarang giliran aku menemui kekasihku yang satunya lagi," ucapku dalam hati.

Aku menghampiri Dito, kekasihku yang tengah menungguku sedari tadi. Dia memperlihatkan wajah yang kurang suka melihatku berjalan ke arahnya.

"Kenapa teleponku tidak diangkat? Katanya jam kuliahmu udah habis dari tadi," tanyanya.

"Iya tadi aku lupa mau angkat teleponnya. Maaf ya kamu pasti kelamaan nungguin aku," jelasku.

"Ya sudah ayo masuk mobil. Kita ngobrol di dalam mobil saja," ucap Dito.

Aku pun memasuki mobilnya yang sangat mewah. Aku tidak akan pernah bisa memiliki mobil mewah seperti ini. Bagaimana dia bisa begitu kaya dan memiliki segalanya? Sedangkan aku untuk makan saja harus menunggu ibu jualan di pasar.

"Kita pergi ke tempat yang biasa saja ya. Di belakang mobil ada hadiah untuk kamu. Nanti kita juga mampir ke mall untuk beli barang yang kamu mau," terangnya sambil fokus menyetir mobil.

"Iya," ucapku menimpali.

Dia memang seorang laki-laki yang kaya. Pergi ke mall merupakan sesuatu hal yang biasa untuknya. Meskipun dia berumur empat puluh tahunan tapi dia tidak pernah pelit terhadapku. Dia selalu memberi hadiah ketika bertemu, mengirimiku uang setiap minggunya dan selalu membelikan apa yang aku mau meskipun aku tahu itu semua tidak gratis.

Terpopuler

Comments

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

up up up.... 🎉🎉🎉

ijin promo thor 🍿🍿🍿


jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE",

kisah cinta beda agama 🍿🍿🍿


jgn lupa tinggalkan like and comment ya 🍿❤️❤️❤️

2020-10-16

0

im Sugar

im Sugar

keren ka ceritanya jan lupa folback yaa

2020-09-04

1

W.Willyandarin

W.Willyandarin

Keren thor cerita nya 👍👍👍

Jangan lupa mampir di cerita saya yang berjudul Cinta abdinegara di tunggu feedback nya 🤗🤗🤗

Terimakasih 🙏🙏🙏

2020-08-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!