Aku yang sedang menikmati sarapanku tiba-tiba dikejutkan dengan kedatangan Elsa dan Nela. Aku memang sengaja ke kantin kampus pagi-pagi mumpung masih belum banyak mahasiswa yang datang kesini.
"Kok udah dateng pagi-pagi gini. Mau jadi mahasiswa teladan ya biar dapet nilai bagus," kata Nela menyindir.
"Enggak lah ngapain juga. Aku laper tiba-tiba aku pengen makan tahu telor makanya aku pergi aja ke kantin pagi-pagi biar nggak antri. Lagian ibu aku enggak masak dia baru aja pulang dari pasar," jelasku.
"Oh gitu, ya udah aku juga mau pesen makan juga kayak kamu biar kuat ngadepin dosen nanti. Kamu mau pesan apa, Elsa?" tanya Nela kepada Elsa. Elsa yang sedari tadi sibuk dengan handphone-nya tidak menjawab pertanyaan Nela.
"El, kok kamu diem sih. Jangan fokus sama handphone terus dong," protes Nela.
"Eh iya.. aku pesen es teh aja deh barusan aku udah sarapan," ucap Elsa sambil terus fokus mengetik sesuatu di handphone-nya. Nela pun pergi untuk memesan makanan yang dia inginkan.
"Kamu sedang sms sama siapa, Elsa? Kok sibuk ngelihatin handphone mulu dari tadi," tanyaku penasaran.
"Ini, Fa, aku lagi ngelihatin facebook-nya Alfan. Aku kepo banget sama keseharian dia. Aku pingin tahu apa yang dia suka, apa hobi dia, dan apa yang dia cari dari seorang cewek," jelas Elsa.
"Kamu beneran suka ya sama dia?" tanyaku heran.
"Kan aku udah bilang kalau aku jatuh cinta pada pandangan pertama. Aku harus bisa dapetin hatinya apapun caranya," ucap Elsa serius. Aku tidak pernah melihat Elsa seserius ini. Dia benar-benar berbeda setelah berkenalan dengan Alfan.
"Fa, menurutmu gimana dengan Krish? Ganteng nggak?" tanya Nela tiba-tiba.
"Ganteng sih, mana ada dokter yang nggak ganteng. Alfan juga orangnya ganteng. Bahkan aku bingung seumuran mereka kenapa belum menikah padahal punya wajah ganteng, karir sukses dan pasti gajinya juga nggak main-main."
"Makanya itu sekarang mereka mau nyari calon istri, dan aku bakalan dapetin Alfan."
"Kalau Krish buat aku ya, Fa. Kan kamu udah punya dua cowok."
"Iya-iya terserah kalian saja. Yang penting kalau salah satu diantara kalian ada yang sukses, jangan lupa traktirannya ya," ucapku.
"Siap bos!" seru Nela dan Elsa bersamaan.
**********
Karena hujan turun dengan sangat deras, aku pun mampir ke supermarket dekat kampus. Nela dan Elsa sudah pulang duluan naik taksi karena hari juga sudah mulai gelap. Aku yang sedang mencari-cari mie instant favoritku di rak bahan makanan, tiba-tiba dikejutkan dengan sentuhan dipundakku. Aku yang kaget pun berbalik arah untuk melihat siapa yang ada dibelakangku.
"Kamu temennya Elsa kan ya?" tanyanya.
"Eh iya aku temennya Elsa. Mas ini Mas Alfan kan? Yang minggu kemaren ketemuan di cafe itu?"
"Iya bener. Lagi belanja apa nih? Kampus kalian deket dari sini kan?"
"Iya, Mas Alfan, aku lagi pengen banget makan mie makanya aku mampir kesini sebentar. Kalo Mas sendiri lagi nyari apa?"
"Aku lagi nyari kebutuhan dapur. Nih Mama aku yang nyuruh," ucap Alfan sambil menyodorkan kertas berisi daftar belanjaan.
"Masih banyak ya, Mas? Mau aku bantuin nggak?" tawarku.
"Boleh-boleh, makasih ya. Oh iya kamu namanya siapa? Apa kamu yang namanya Nela?" tanya Alfan.
"Bukan, Mas, aku namanya Shifa, kalau Nela itu temenku yang satunya. Yang rambutnya dicat merah itu loh," terangku. Aku dan Alfan pun mulai sibuk mencari barang-barang yang dipesan.
"Mas Alfan udah lama ya kerja di Rumah Sakit Harapan Bunda?" tanyaku sambil mengambil kecap asin.
"Sekitar 10 tahunanlah. Lulus SMA aku udah kerja disana jadi perawat sambil kuliah. Lulus kuliah kedokteran aku mencoba jadi dokter di rumah sakit itu. Dan baru satu tahun ini aku diangkat jadi wakil direktur," ucap Alfan.
"Wah.. cepet banget ya. Maksud aku dalam sepuluh tahun sudah jadi dokter dan wakil direktur di rumah sakit," seruku kagum.
"Ya begitulah. Direktur di rumah sakit bilang kalau wakilnya harus yang muda biar rumah sakitnya lebih fresh aja. Kalau kamu gimana kuliahnya? Terus rencana kamu setelah lulus kuliah mau kerja dimana?" tanya Alfan.
"Entahlah aku belum memikirkan sampai situ. Bagiku yang penting dapat bayaran, aku bakal terima pekerjaan apapun itu. Lagian suatu saat kalau aku sudah menikah, aku tetep saja ending-nya jadi ibu rumah tangga walaupun aku kuliah tinggi dan punya jabatan tinggi," jawabku.
"Loh kok kamu mikirnya gitu. Meskipun kamu wanita yang ending-nya jadi ibu rumah tangga tapi kamu harus punya cita-cita yang tinggi. Apalagi zaman sekarang, wanita dan laki-laki itu sama nggak ada bedanya. Jadi ibu rumah tangga itu memang wajib setelah menikah, tapi bisa jadi ibu rumah tangga yang memiliki pekerjaan dengan jabatan yang tinggi itu suatu pilihan. Kamu harus semangat mengejar apa yang kamu inginkan," terangnya panjang lebar.
Wahh.. aku sempat speechless mendengarnya. Baru kali ini aku diceramahi oleh seseorang. Bahkan ibuku saja membiarkanku menjalani hidup semauku. Sedangkan laki-laki didekatku ini menceramahiku tentang pemikiranku yang selama ini kuanggap benar. Pantas saja dia bisa jadi wakil direktur diusianya yang masih lajang. Entah kenapa aku setuju dengan apa yang dia ucapkan padahal selama ini aku tidak pernah memikirkan masa depanku. Pikirku nanti setelah lulus kuliah aku akan menikahi pria kaya raya dan hidup bahagia.
"Gitu ya, apa selama ini Mas Alfan sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan? Ayo kita ke kasir, semua yang di daftar belanjaan udah kita ambil," ucapku.
"Kalau masalah karir sih iya dong pasti aku sudah bisa menikmati apa yang selama ini aku perjuangkan. Tapi kalau masalah wanita, itu agak sulit. Karena selama ini aku fokus dengan karir dan kuliahku, aku jadi susah ngedapetin wanita yang mau jadi istriku," terang Alfan.
Entah kenapa aku merasa ada angin bersemilir dihatiku. Ucapannya benar-benar menghipnotisku walaupun aku berusaha menepis perasaan aneh ini.
"Makanya aku nggak mau terlalu fokus dengan masa depanku takutnya aku malah jadi perawan tua nanti," ucapku asal.
"Semua totalnya Rp 287.000 Mbak. Ada yang mau ditambah lagi?" tanya mbak kasir memotong pembicaraanku dengan Alfan.
"Nggak usah, Mbak, itu aja. Bentar ya aku ambil uang dulu," ucapku merogoh tasku.
"Punya Mbak ini satuin saja sama belanjaanku, biar aku saja yang bayar," ucap Alfan ke mbak kasir.
Aku pun memandanginya tanpa mengucap apapun. "Belanjaan ini pasti nggak gratis. Apa aku harus memberikan tubuhku kepada dia juga?" tanyaku dalam hati. Selama ini memang setiap laki-laki yang membelikanku barang, pasti ujung-ujungnya menikmati tubuhku juga.
"Shifa, pulangnya aku anterin aja sebagai imbalan bantuin aku tadi," ucap Alfan.
"Nggak usah, Mas, aku nyari taksi aja," tolakku sopan.
"Nggak apa-apa kok lagian hujannya masih deras nanti kamu kehujanan loh," ajak Alfan.
"Ya udah," aku pun mengekori Alfan yang berjalan menuju mobilnya. Entah kenapa sedari tadi hujannya benar-benar tidak mau berhenti. Aku sebenarnya merasa tidak enak dengan Elsa, bagaimana kalau dia tahu aku sedang bersama orang yang dia sukai? Aku merasa seperti sedang selingkuh dengan kekasih sahabatku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Liska
Aku mampir lagi bawa like ya thor 😊
2020-06-10
0
Ariadne Marinka
manpir thor aku bawa like
2020-05-30
1
Drakes
sudahku like and komen ya, mampir juga ya ke karyaku, kutunggu terimakasih.😊🙈👆👆👆
2020-05-30
1