Tante Bocil
Rintik hujan masih menetes membasahi bumi, udara dingin berhembus dan menyergap seluruh tubuhku. Setelan Jas bermerek Italia dan payung hitam yang kugenggam, tampaknya tak bisa melindungiku dari tragisnya tangisan alam ini.
Namun aku tetap berdiri di tempatku, aku tetap menghadap kedepan dengan hormat. Tak ada tangis atau pun rintih kesedihan, yang mengiringi dikebumikannya jenasah kakekku.
Benar, aku sedang berdiri di depan orang-orang yang sedang memproses. Dikebumikannya jenasah mendiang kakekku, ayah dari ibuku.
Ibuku baru saja tiba dari Amerika, setelah 10 tahun akhirnya ia pulang. Kakek pasti lebih berarti bagi ibuku, dari pada aku, yang merupakan putra pertamanya.
Ibuku pergi ke Amerika karena menikah lagi, setelah bercerai dengan ayah kandungku. Aku punya adik perempuan, Namanya Jane. Mungkin saat ini usianya sekitar 15 tahun, namun Jane tak bisa ikut kembali ke sini karena dia harus bersekolah.
Sudah cukup lama, aku tidak pergi ke pemakaman. Aku tak ingat suasana di pemakaman umum, bisa membuatku merasa merinding, gamang dan temaram. Entah kenapa Aku merasa hidupku akan berubah setelah hari ini.
.
.
Sebelum kembali ke Ibu Kota, kami mengunjungi kediaman kakekku.
Aku sama sekali tak mengenal tempat ini, karena kak sekalipun aku mengunjungi tempat ini sebelumnya. Setelah gerbang utama rumah itu dibuka, mataku disuguhi oleh pemandangan taman yang indah. Taman yang amat terawat, itu memiliki beberapa jenis bunga liar yang terlihat seperti rumput aneh. Namun bunga-bunga kecil warna-warni yang mekar, tampak cukup indah.
Manik mataku terus menatap ke segala arah meneliti setiap detail, sampai pandangannku tertuju pada gadis kecil yang berjongkok di dekat bunga-bunga liar.
Gadis berambut coklat sepanjang pinggang, itu menoleh ke arahku. Mungkin derap langkahku mengganggunya, sehingga dia langsung tau keberadaanku yang baru saja masuk ke dalam halaman rumah tua ini.
Ibuku sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah, wanita yang melahirkanku itu biasanya banyak bicara. Namun hari ini dia diam saja, dia tak mengatakan apa pun atau menangis.
Hal itu membuatku khawatir, namun keberadaan gadis kecil di hadapankku. Membuatku menghentikan langkah kakiku. Mata bulatnya yang berbinar, langsung menyita perhatianku.
Aku melihat percikan cahaya kesedihan yang mendalam di dalam manik mata kecil itu, mata indah nan polos itu mulai berair sembab. Kegelisahan dan keputusasaan tersirat jelas dari pancaran matanya. Gadis kecil ini tampak tak memiliki harapan apapun.
Aku mendekatinya, aku berjongkok dihadapannya dan kuraih wajah munggilnya.
"Ayah!" katanya.
"Siapa? Yang kau sebut ayah?" tanyaku kaget.
"Jangan tinggalkan Yomi sendirian!" ujar gadis kecil itu.
Tubuh mungil itu melangkah maju dan memelukku dengan cukup erat, aku masih bingung dengan apa yang baru saja dikatakan gadis yang sekarang berada di dalam pelukanku.
Kenapa dia bisa memanggilku ayah, padahal aku tidak punya pengalaman membuat bayi sebelumnya.
Aku bahkan tidak punya waktu untuk memikirkan tentang pacaran, aku sibuk membuktikan bawa aku tidak bergantung pada keluarga ayahku yang terkenal sangat sukses.
"Ayah jangan mati!" Kata gadis kecil itu.
Dia melepas pelukannya dariku. Sekonyong-konyong, tanpa aba-aba dan tanpa rambu-rambu jemari kecilnya meraih wajahku.
Emuahhhhhhh
Sial dia mencium bibirku. Ciuman pertamaku yang sangat berharga.
"Kenapa kau menciumku!" bentakku pada gadis kecil itu.
"Paman mirip sekali dengan ayahku!" ujar gadis manis itu.
Awalnya aku ingin memarahinya karena menciumku, namun
manik matanya yang berbinar itu. Langsung membuatku seketika luluh lantah, dengan tatapan imutnya. Aku jadi tidak tega.
"Jangan mencium laki-laki dewasa yang baru kau lihat!
"Maksudku Jangan pernah mencium laki-laki dewasa. Kau mengerti???
"Itu bahaya!" nasehatku dengan nada serendah mungkin.
"Kenapa? Apa mencium lelaki dewasa termasuk pelecehan seksual?" tanya gadis kecil didepanku.
Aku tak percaya suara imut itu, mengatakan kata-kata vulgar dengan sangat nyaman.
"Kamu tidak bisa didenda, sih!
"Tapi kau mungkin akan dalam bahaya, jika laki-laki dewasa yang kecium adalah penjahat!" aku mencoba menjelaskan dengan kalimat yang lebih lembut.
"Apa maksud paman. Pedopil?" tanya gadis itu.
Aku hampir terjengkang dari jongkokku, karena mendengar kata durjana itu dari mulut kecil itu. Kuputar kedua bola mataku, sambil memikirkan jawaban yang tepat untuk bocil di depanku.
"Itu kamu tahu!
"Harusnya kau tak sembarangan mencium laki-laki dewasa. Kau tau--kan apa resikonya?" tanyaku.
Namun gadis kecil itu hanya menggeleng pelan, membuatku tambah bingung. Karena harus menjelaskan hal diluar nalar otak kecilnya.
Aku tak menyangka jika menasehati gadis kecil, akan lebih susah daripada menasehati atasan di tempat kerjaku. Yang terkenal keras kepala, killer dan maunya menang sendiri.
Kuhela nafasku panjang-panjang, dan memikirkan cara untuk kabur. Aku tak mau salah bicara di depan gadis kecil ini. Karena jika aku salah bicara sedikit saja, mungkin kata-kata aku bisa merubah arah hidupnya yang masih panjang.
"Sepertinya kita tidak bisa membicarakan itu disini!
"Emmmmmm...Siapa namamu?" aku mengalihkan kan arah pembicaraan kami sebelum kabur.
"Yomi!" kata gadis itu.
"Yomi, canti sekali!" kataku dengan semyum palsu.
Kucubit kedua pipinya yang tembem dengan begitu gemas.
"Yomi Alexzander Fandes!" kata gadis kecil itu.
"Yomi Alexzander Fandes, nama belakangmu mirip nama belakang ibuku!
"Tunggu! Kenapa nama belakangmu, bisa mirip dengan nama belakang ibuku?" tanyaku bingung.
"Kenapa kalian berdua tidak masuk!"
Itu suara ibuku dia berteriak dari balik jendela, ruang depan, rumah kayu kakekku.
Aku menggaruk bagian belakang kepalaku meski tak gatal. Mencoba memutar otakku untuk memikirkan sebuah kemungkinan, yang mungkin terjadi di hiruk- pikuk keluarga ibuku.
Ibuku mempunyai tiga saudara kandung, pamanku menikah dengan seorang wanita dan kedua anaknya lebih tua dariku. Apa bibiku punya anak lagi, namun kenapa Kak Farhan dan Dea tidak menceritakannya padaku.
Lalu kakak ibuku yang kedua, tante Violet kelihatannya wanita itu tidak mungkin memiliki anak seusia gadis ini. Karena aku tahu benar bahwa ia dan suaminya bercerai sekitar 10 tahun yang lalu.
Lalu siapakah anak ini?
Aku memandangi wajah gadis kecil itu, dengan penuh rasa penasaran.
Tak lama seorang pelayan wanita yang cukup tua menghampiri keduanya.
"Ayo Ndoro Yomi semua sudah menunggu!" kata pelayan itu.
Kenapa pelayan itu memanggil Yomi dengan sebutan Ndoro. Keluarga kakekku memang sangat terpandang, nenek buyutku adalah seorang Nyai selir pejabat Belanda. Jadi peninggalan hartanya juga baanyak dan keturunannya hampir semua tampan dan cantik termasuk aku.
Gadis kecil itu digendong oleh pelayan wanita yang sudah cukup tua itu, dan aku mengikuti langkah kaki rentanya memasuki ruang tamu rumah bergaya Jawa kuno milik kakekku.
Semua ornamen di dalam rumah ini kelihatan klasik dan lebih ke arah mistis. Namun yang lebih mengerikan adalah pandangan jijik semua orang, pada gadis kecil bernama Yomi yang sekarang duduk disampingku.
"Kau saja, Mer! yang mengasuhnya!" ujar Paman Jevo.
"Aku tinggal di Amerika! aku tidak bisa!" kata ibuku.
"Aku seorang janda, dan anakku baru saja memberikan cucu padaku!
"Aku harus merawat cucuku! Aku tidak mungkin merawat anak itu!" ujar tante Violet.
"Kalau begitu kita kirim dia ke panti asuhan saja!" kata Paman Jevo.
"Kenapa ayah mempunyai putri setelah usianya sangat tua!
"Menyusahkan saja!" kata ibuku.
Aku pun memandang kearah Yumi yang menunduk sedih.
Jadi gadis kecil ini adalah putri kakekku, dia adalah tanteku.
___________BERSAMBUNG_____________
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN LIKE ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Emak Femes
Keren kali, biasanya panggil nona ini ndoro
kok bisa kepikiran sampek situ yah
2022-01-01
0
Machan
hai tante bocil, gue mau nengok nih.
2021-12-14
1
Lady Meilina (Ig:lady_meilina)
hai kk slm knal y. sdh kutap love💕
2021-12-06
1