McDonald

Pagi-pagi buta aku mengendarai mobilku untuk pulang. Tanpa terasa, malam ini aku tak memejamkan mataku sama sekali. Tentu saja rasa lelah mengerogoti setiap jengkal tubuhku.

Kulirik gadis kecil disebelahku, ekspresinya masih datar dan tidak ada perasaan bersalah yang tersirat di pandangan ataupun raut mukanya.

Memang apa yang kuharapkan dari sosok Bocil di sebelahku itu, kata terima kasih, maaf, bocah itu tidak mungkin mengatakannya.

Tanteku yang tak pernah akan kupanggil, dengan sebutan itu. Hanya memandang lurus ke depan dengan pandangan yang angkuh. Bagaimana bisa gadis yang baru berusia sembilan tahun terlihat seangkuh itu.

"Apa kau lapar?" tanyaku.

Yomi menghela nafasnya sebelum menjawab pertanyaanku, gadis mungil itu merasa kesal padaku. Memang Apa yang membuatnya kesal.

"Seharian kemarin aku tidak makan!" kata Yomi.

Kata-katanya tegas, namun suara imutnya tidak akan hilang karena perkataan yang lugas itu.

"Kenapa kamu nggak bilang sama aku? Aku--kan bisa masak untukmu?!" kataku.

Mbak Suster di UGD tadi bilang, yang membuat Yomi demam adalah dehidrasi. Aku baru ingat kalau aku tidak memberinya minum seteguk pun, setelah membawanya pergi dari rumah kakek.

Aku tidak mungkin sengaja mencelakai tanteku yang masih bocil itu. Aku tidak tahu, dia bahkan tidak ngomong kalau dia merasa haus atau lapar. Jadi jangan salahkan aku, tentang kejadian ini.

Aku nggak punya pengalaman mengurus siapapun, bahkan aku merasa keteteran saat mengurus diriku sendiri.

"Apa aku boleh meminta hal seperti itu padamu?" tanya Yomi.

Ini wajah imut itu memandang ke arahku, masih dengan tatapan yang datar.

"Tentu saja boleh!

"Kau harus mengatakan apa yang kau rasakan, dan apa yang kau inginkan kepadaku! "Agar kita bisa hidup bersama dengan damai!" jelasku.

"Benarkah?" tanyanya.

"Meski aku tidak akan bisa memenuhi semua permintaanmu, namun aku akan berusaha!" kataku.

Tiba-tiba suasana di dalam mobilku menjadi sunyi sepi, bebarengan dengan laju mobilku yang dihadang oleh lampu merah.

Aku menoleh kearah Yomi, gadis kecil itu masih menoleh ke arahku ternyata. Namun kini matanya sangat berbinar, melihat hal itu bulu kudukku jadi merinding.

Pandangannya persis seperti Niko sahabatku, ketika ingin meminjam uang. Atau pandangan Mbok Sri kepadaku, sebelum dia mengomel dengan kecepatan cahaya. Dua hal yang paling kubenci di dunia ini, selain cerita horor.

"Jangan memandangku seperti itu! Kau membuatku takut Yomi!" ujarku.

"Aku ingin makan burger!" kata Yomi.

Nah kan apa yang kubilang, firasatku tidak pernah meleset. Setiap kali seorang manusia memandangmu dengan tatapan iba yang mengenaskan, dia pasti ingin meminta sesuatu darimu.

"Siapa yang jual burger di pagi buta seperti ini?" tanyaku.

Meski aku tinggal di Jakarta namun aku tinggal di pinggirnya, pinggir sekali, pokoknya pinggir lah. Jadi tidak ada Mcdonald yang bukanya 24jam, di daerah tempat tinggalku ini.

"Sesampainya di rumah aku akan memasakkan nasi goreng yang sangat enak!

"Kau belum pernah makan nasi goreng buatan ku--kan. Kau pasti akan ketagihan!" kataku PD sekali.

Meskipun aku takut dengan cerita horor, tapi aku punya kelebihan yang bisa menutupi kelemahanku itu. Aku bisa memasak, aku sangat ahli dalam melakukan hal itu. Kalian boleh tepuk tangan untukku, karena kehebatanku yang satu itu.

Karena itulah aku bercita-cita, mempunyai seorang wanita yang tidak takut dengan apapun. Tidak bisa masak tidak papa, tidak bisa nyuci tidak papa. Yang ngurus rumah biar aku, asal kalau mati listrik dia bisa mengurusnya.

"Aku hanya pengen makan burger saat ini," ujar Yomi dengan suara yang sangat lemas.

Aku tahu itu sebuah trik, Dia baru saja disuntik vitamin dan habis infus satu botol. Tidak mungkin dia langsung lemas, lunglai seperti mau mati.

"Aku harus nyetir setengah jam, untuk sampai di McDonald yang buka pagi subuh seperti ini.

"Lalu aku harus menyetir setengah jam lagi untuk pulang.

"Yomi, pagi ini aku harus kerja! Dari kemarin aku bahkan tidak memejamkan mataku untuk istirahat.

"Apa kamu nggak kasihan padaku?" tanyaku.

Kepala kecil itu hanya menggeleng pelan, sambil mempertahankan tatapan penuh iba yang mematikan.

"Kenapa anak kecil nggak pernah punya hati nurani?" tanyaku kesal.

Hiksss Hiksss

Suara isakan keluar dari bibir mungil Yomi. Inilah klimaksnya, aku tidak mungkin bisa menolak permintaan gadis kecil yang menangis.

"OK! Aku akan memyetir ke McDonald sekarang, dan membelikanmu burger! 

"Apa kau senang? Kau bahagia? Kau puas?" tanyaku dengan nada yang kesal tapi kutahan.

Titik didih lava di dalam otakku sudah ingin meledak, namun aku tidak boleh berteriak apalagi mengumpat di depan anak kecil. Selain tidak bagus untuk psikologinya, hal itu juga tidak bagus untuk psikologiku.

Sabar Irland, sabar, ini hanya cobaan.

Bisa ditebak setelah aku mengatakan hal itu, Yomi dengan sangat bahagia tersenyum di atas penderitaanku.

Apa aku harus menderita seumur hidupku, agar orang-orang disekitarku bisa bahagia.

Hidupku tiba-tiba menjadi melodrama, tanpa ada kisah romansa di dalamnya. Mengenaskan.

.

.

Wajah manis yang mungil Yomi, terus tersenyum di sepanjang perjalanan menuju McDonald.

"Apa Ini pertama kalinya kamu akan makan burger?" tanyaku.

"Tidak! Ini yang kedua!" kata Yomi dengan nada yang sangat bersemangat.

"Kakekku nggak pernah ngebeliin kamu burger?" tanyaku.

"Ayahku sakit sudah lama, jadi dia tidak boleh makan makanan sembarangan!" kata Yomi.

"Yang sakit kan ayahmu? Kenapa kamu enggak boleh makan juga?" tanyaku.

"Keluarga harus seperti itu, saling berbagi di saat susah maupun senang!" kata bocil itu.

"Ayahmu yang bilang begitu, ke kamu? Dia pasti cuma pengen hemat aja!" ujarku.

"Enggak, ayah selalu memberikan apa yang kuinginkan kok! Tapi saat aku bisa makan, dan ayah nggak makan.

"Hatiku terasa sakit!" kata Yomi.

Ucapan Yomi membuat buat hatiku tersentak. Aku tidak ingat, pernah merasakan perasaan seperti itu.

Yang selama ini kurasakan pada adik tiriku adalah rasa iri dengki. Karena kasih sayang yang diberikan oleh ayahku, kepada kami berdua sangatlah berbeda bobot.

Perbandingannya sangat jauh, hingga aku tidak mau membahasnya. Karena jika aku membahasnya yang ada mentalku akan jatuh tersungkur.

Kau ada tapi tidak pernah dibutuhkan.

Kau ada tapi tidak pernah dilihat.

Kau ada tapi seperti tidak ada.

Mungkin itulah gambaran buramnya.

"Sarapan burger setiap hari, boleh juga!" kataku.

Tekanan perasaanku bisa langsung naik, hanya dengan perkataan Tante Bocil di sebelahku. Tapi jujur kuakui perkataannya memang menyinggungku. Aku tersinggung karena sepanjang hidupku aku tidak memiliki perasaan seperti itu.

Perasaan terhadap keluarga yang harus berbagi kesenangan ataupun kesedihan. Selama ini aku selalu memendam perasaan-perasaan seperti itu. Memendamnya dalam-dalam dan menguburnya agar orang lain tidak tahu bahwa aku kesepian.

"Ternyata tempatnya sangat jauh ya?" tanya Yomi. Suara imutnya memecah lamunan dalamku.

"Aku sudah bilang, perlu waktu setengah jam untuk sampai di McDonald!" kataku.

"Kalau begitu jangan makan burger setiap hari!" kata Yomi.

"Apa kau kasihan, karena aku harus menyetir lama?" tanyaku keGRan.

Kampret Tante Bocilku itu menggeleng pelan, padahal aku sudah terbawa suasana.

"Lalu apa?" tanyaku.

"Bukankah kau bilang harus kerja? Jika tidak kerja, mau makan apa?" ujar Yomi.

Aku semakin bingung bagaimana cara kakekku membesarkan Putri terakhirnya ini. Bocah sembilan tahun yang kupikir hanya tahu caranya bermain boneka, ternyata mempunyai pengetahuan hidup juga.

"Jika untuk urusan makan! Kau tidak perlu khawatir.

"Aku masih sangat sehat dan bisa bekerja!" kataku.

Gadis seusianya harusnya tidak mengkhawatirkan hal-hal semacam itu.

___________BERSAMBUNG_____________

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN LIKE ❤❤❤

Terpopuler

Comments

Esa Aurelia

Esa Aurelia

pinggirnya dimana Irland, pinggir kali atau pinggir jurang 😅

Tua amat bocil, tapi emang ada sih thor umur masih piyik tapi omongannya ngalah-ngalahin jubir 😂

2021-12-04

2

Penulis Jelata

Penulis Jelata

Kalo dr dialognya yg sok tuek itu, gw rasa ni bocil kesurupan roh

2021-11-21

1

Aini

Aini

ini persis kaya laki gue. tantenya, malah kaya adeknya.

2021-11-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!