Aku keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan sehelai handuk di pinggangku. Memang setiap hari aku selalu seperti ini, setelah mandi.
Namun kali ini saat aku mau keluar dari kamar mandi, aku celingak-celinguk dulu seperti maling. Aku harus memastikan Yomi tidak berada di sekitar kamarku.
"Kemana bocah gila tadi?!" gerutuku.
Bagaimana bisa bocil itu masuk kedalam kamar mandi, yang didalamnya ada orangnya. Apa yang salah aku, karena tidak mengunci pintu kamar mandi.
Aku segera jalan cepat ke arah lemari pakaianku, aku mengambil pakaian sehari-hari yang biasa kukenakan. Namun saat akan mengenakannya aku kembali berpikir.
Gimana kalau bocil laknat itu masuk ke kamarku tanpa permisi lagi dan melihat aku telanjang. Aku tak menyangka ini akan sangat merepotkan. Aku bahkan tidak bisa berganti baju dengan bebas, di kamarku sendiri. Aku harus berganti baju di kamar mandi dan kupastikan pintunya telah kukunci.
Celana Boxer hitam dan t-shirt lengan pendek berwarna senada telah kukenakan. Aku berjalan gontai keluar dari dalam kamarku, aku harus mencari keberadaan Yomi.
Gadis kecil itu berdiri di ruang tamuku, dia memandang ke arah luar melalui jendela yang tirainya belum kututup. Aku tahu gadis kecil itu masih merasakan kesedihan, baru tadi pagi ayahnya pergi meninggalkannya untuk selamanya.
"Apa yang kamu lihat?" tanyaku.
"Ayahku!" katanya.
"Jangan nakutin gitu deh bocil!" ujarku.
Aku pun berjalan menuju dapur, untuk membuat kopi aku baru sadar bahwa aku masih punya pekerjaan yang harus kukerjakan.
"Aku bilang pada ayah!
"Kalau aku ikut dengan orang yang baik, jadi dia tidak perlu khawatir!" kata gadis itu, tanpa rasa dosa.
Ya aku ini memang lelaki jantan dan sangat perkasa, namun jika dihadapkan dengan urusan gaib. Aku angkat tangan, angkat kaki, angkat segala macam--lah. Pokoknya aku nggak bisa denger cerita horor apapun.
"Aku bilang jangan nakutin!" tegasku.
"Tapi ayah tidak mau pergi, dia mau di sini!" kata bocil laknat itu.
Apa dia tidak mengerti kode yang kuberikan, atau dia memang sengaja membuatku ketakutan.
"Jika kamu nggak diam, maka kuantar kamu ke desa itu lagi.
"Atau kujual saja kau, biar dibawa ke luar negeri dijadiin TKW!" ancamku.
"Kamu akan dipenjara, karena menjual anak kecil yang masih di bawah umur!" bocil itu tak mau kalah.
"Kau boleh tinggal di sini! Melakukan apapun yang kau suka.
"Tapi kau tidak boleh mengatakan hal-hal horor apapun! Mengerti!" pungkasku.
Rasanya percuma saja, bicara dengan bocil ini. Ocehanku hanya mengurus tenagaku, dia sama sekali tidak mengerti apa yang kumaksud.
"Aku tidak pernah tidur sendirian!" kata suara mungil yang imut itu.
Akhirnya dia menoleh ke arahku yang berada di dapur. Benar rumahku hanya ada dua ruangan, yang satu adalah ruangan tidur dan juga kamar mandi. Lalu satunya ini adalah ruang tamu dan dapur yang menjadi satu.
Aku membeli rumah ini dengan hasil kerja kerasku selama ini. Menjadi tukang edit video youtuber-youtuber, yang tak lain adalah teman-temanku sendiri.
"Lalu kamu minta aku, untuk menemanimu tidur? Aku masih punya pekerjaan!" aku langsung menolak permintaannya.
Skor kita satu sama bocil!!!
"Kalau begitu aku akan begadang semalaman! Lagian besok aku tidak perlu sekolah--kan!" kata Yomi.
Aku tidak menyangka jika seorang imut itu, bisa mengeluarkan argumen-argumen yang sangat luar biasa.
Apa yang kakekku ajarkan padanya???
Baguslah kalau dia cerdas, paling tidak dia tidak memerlukan bantuanku saat mengerjakan PR jika dia sekolah nanti.
Benar yomi perlu sekolah, tapi dimana aku akan menyekolahkannya apa di sekitar sini ada sekolahan SD. Aku harus menyiapkan surat pindah dan juga beberapa dokumen. Agar bocil ini bisa meneruskan pendidikannya di sini.
Itu bisa kuurus nanti, alasan aku membawa Yomi ke sini secepat ini adalah karena rumah yang ditempati oleh kakekku selama hidup. Sudah dijual olehnya, jadi tidak ada tempat tinggal lagi untuk Yomi.
Kakekku berusia 80 tahun saat meninggal, dia pasti sudah tidak punya pendapatan lagi. Namun kakek harus menjaga Yomi, aku tidak menyalahkannya karena kakek menjual properti satu-satunya miliknya.
Gadis kecil itu berjalan ke arahku dengan tatapan yang cuek.
"Aku harus minum susu sebelum tidur!" caranya berbicara benar-benar, seperti seorang putri kaisar dari kahyangan yang turun ngangkut di pohon rambutan.
"Bukankah kau berencana untuk begadang, menemaniku bekerja?" tanyaku.
2-1 akhirnya dia diam.
Yomi termakan oleh omongannya sendiri, dipikirnya aku tidak bisa membalikkan ucapannya.
.
.
Seperti biasa aku mengerjakan pekerjaanku, di meja ruang tamu dengan bergaya lesehan. Meski ada sofa tapi aku lebih nyaman melakukannya dengan cara seperti ini. Saking sibuknya, aku tidak melihat Yomi yang dari tadi berada di sofa menungguku.
Saat aku menoleh ke belakang, gadis kecil itu sudah tertidur lelap. Karena pekerjaanku sudah selesai. Kubereskan semua kertas, laptop dan segala macam alat-alat tulisku.
Ternyata tanpa sadar jarum jam sudah menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Aku segera membawa Yomi kembali ke dalam kamarku. Namun saat aku ingin mengangkat tubuhnya, tak sengaja aku memegang lengannya. Aku merasakan suhu yang tidak biasa di tubuh gadis kecil itu.
"Dia deman?" tanyaku lirih.
Kuraba keningnya dan kecocokan suhunya dengan suhu tubuhku.
"Dia benar-benar demam! Gimana ini?" Aku benar-benar panik.
Tanpa berpikir panjang, aku langsung masuk ke kamarku dan kuambil kunci mobil dan dompetku. Kubopong tubuh munggil Yomi, aku harus segera membawa gadis kecil ini ke rumah sakit.
Jarak rumah sakit dengan perumahan yang kutinggali hanya sekitar 10 menit, dengan perjalanan mengunakan mobil. Dan sesampainya aku di sana aku langsung menuju ruang UGD.
Untung hari itu UGD di rumah sakit itu tak begitu dipadati oleh pasien. Jadi Yomi bisa langsung ditanggani oleh seorang perawat.
Aku terus di samping ranjang rawat Yomi, jantungku tak bisa berhenti berdetak cepat. Bahkan aku bisa melihat kedua tangganku gemetar. Aku benar-benar merasa sangat ketakutan,tanpa kusadari aku tak berganti baju. Aku hanya mengenakan Boxer dan t-shirt pendek yang kukenakan setelah mandi tadi.
"Giman, Sus. Keadaannya?" tanyaku dengan suara maskulin yang agak bergetar.
Untuk pertama kalinya aku tidak peduli dengan penampilanku, malah peduli pada keadaan seseorang orang yang entah siapa aku tidak tahu.
Pasti aku hanya merasa bersalah, karena dia demam saat bersama denganku. Meski banyak yang bilang aku adalah pria yang baik, namun sensor hati nurani yang kumiliki tidaklah setajam yang kalian kira.
Aku hanya akan menolong orang-orang yang meminta tolong padaku, atau orang-orang yang mengenalku saja. Lalu mengabaikan orang lain yang kesusahan tanpa merasa bersalah. Itulah diriku.
Namun entah kenapa hari ini, aku sangat khawatir kepada Yomi yang mengalami demam.
"Emmmmm!" Suster muda Itu tampak memperhatikanku, dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Gimana Suster keadaannya?" tanyaku dengan nada penuh tekanan.
Ini Suster nggak tahu, apa? Aku lagi khawatir dan sangat ingin tahu keadaan Yomi saat ini.
Namun manik mata Suster itu, masih saja menelisik dan mencari fakta di dalam wajah dan juga tubuhku. Akhirnya aku tahu apa yang dicari oleh Suster itu.
"Keponakanku!" kataku sambil kutunjuk tubuh Yomi yang masih terbaling lemas di ranjang rawatnya.
"Tentu saja gadis kecil keponakan anda! Anda terlalu muda untuk mempunyai anak!" kata Suster itu dengan tertawa terkekeh.
Berani-beraninya Mbak Suster ini, tertawa diatas penderitaan yang kuderita.
"Gimana keadaan Yomi?!" tanyaku sekali lagi, namun kali ini dengan nada yang sangat penuh penekanan.
___________BERSAMBUNG_____________
JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN LIKE ❤❤❤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 33 Episodes
Comments
Machan
yaelah cok, elu mau segala macem diangkat. apa elu kuli bangunan
2021-12-14
1
Esa Aurelia
beraninya suster menderita diatas penderitaan 🤔...
eh, gimana sih thor 😪
2021-12-04
2
Penulis Jelata
Itu susternya minta disosor, Land😪
2021-11-20
1