'Gadis yang aneh. Kalau bisa, kenapa dari pagi belum dapat ikan juga?' batin Raditya.
Tidak bisa dipungkiri, Nindiya telah belajar ilmu tersebut dengan baik. Jangankan untuk menangkap ikan, untuk melawan pendekar hebat sekalipun, ia tidak akan kesulitan.
"Heihhh? ayo jawab! siapa yang lebih bodoh?!" dengan nada mengejek, Nindiya berhasil menciutkan nyali Raditya.
Bukan Raditya namanya jika ia harus kalah dengan seorang gadis cantik, yang tidak cocok jika memiliki kemampuan tersebut. Tetapi ia sudah kalah telak oleh gadis tersebut.
"Kau yang bodoh. Kalau bisa menangkap ikan begitu, kenapa dari pagi belum dapat ikan hah?!" entah bertanya entah menegaskan, bahwa Nindiya itu bodoh.
"Heiy kamu bodoh! Siapa yang lagi cari ikan!" Nindiya berjalan mendekati Raditya dan melempar ikannya ke arah asal.
"Lalu ... apa? memancing ikan pakai koin. Dan koin emas itu lebih berharga daripada ikan-ikan yang bisa kau dapat?!" dengan pernyataannya, setidaknya ia telah membuat Nindiya tidak lebih pintar darinya.
"Siapa yang lagi mancing ikan?!" ucapnya mengelak dengan pernyataan Raditya yang salah.
"Kamu!" serunya sambil menunjuk Nindiya.
"Aku nggak mancing ikan ...."
"Lalu apa?!"
"Saya lagi mancing suami ..."
"APA?!! Hahahaha ... ternyata selain bodoh, kamu ini juga gila!" kini sudah cukup menurut Raditya. Ia telah menemukan jawabannya.
Raditya sudah merasa ini sangat lucu. Entah lelucon atau apapun itu, yang jelas, Nindiya adalah gadis yang cantik, juga lucu. Terlepas dari kebodohan di otaknya yang mungkin tidak ada toleransi lagi.
"Kamu yang bodoh. Kamu yang gila." Dengan kesalnya, Nindiya tidak terima dianggap bodoh dan gila. Memangnya siapa dia? Beraninya mengatainya gila?
Nindiya melesat dan berniat menyerang Raditya dengan pukulannya. Karena itu, Raditya tidak sempat menghindar. Ia tidak menyangka, akan diserang secepat itu. Raditya secara refleks melompat, mencoba menghindari serangan Nindiya. Hanya saja, Nindiya kehilangan kendali tubuhnya. Ia malah menabrak tubuh Raditya. Mereka tersungkur ke tanah berumput. Dengan posisi Nindiya berada di atas Raditya.
Ketika itu, kedua rekan Raditya melihatnya. Mereka tidak menyangka, sahabat baiknya, secepat itu bisa berduaan dengan seorang gadis. Memang ketampanan Raditya akan menjadi rebutan para wanita.
"Heiy ... ditinggal sebentar, sudah melakukan itu," tanpa sadar, Indera melihatnya, dan ia mengeluarkan apa yang ada di pikirannya.
"Udah-udah. Biarin mereka. Kita jangan ganggu. Biarkan mereka, tetapi kita hanya bisa melihatnya saja." balas Bayu, walaupun ia merasa iri dengan Raditya yang dengan mudah mendapatkan seorang gadis, bahkan jika mau, ia bisa mendapatkan banyak wanita cantik.
"Hahaha ...!" tawa kedua pemuda tersebut, terdengar sampai ke telinga Raditya dan Nindiya.
Raditya yang sadar akan khayalannya yang terlalu tinggi, membuatnya tersadar. Mengapa ia harus berpelukan dengan gadis gila dan bodoh seperti Nindiya? Mungkinkah ia juga bodoh karena kecantikannya?
"Aahhh ...!" Nindiya memukul Raditya dan berdiri dengan gugupnya.
"Gadis gila! sudah menindih, memukul juga!" Raditya menahan sakit di pipinya karena pukulan Nindiya tepat mendarat di pipinya.
"Ooh ... jiwa kejombloanku meronta!" ucap Indera karena ia juga iri terhadap Raditya.
"Harusnya aku yang disana. Harusnya aku yang dipeluknya. Bukan Raditya. Nasib tampang pas-pasan." Bayu pun mengeluarkan unek-uneknya di samping Indera.
Mereka melihat Raditya dan Nindiya yang berbuat demikian, tidak ingin mengganggu, tetapi mereka sudah terlihat oleh Raditya dan Nindiya, jadi mereka tidak mungkin akan menonton saja dari jauh.
"Maaf kami mengganggu?" tanya Bayu, setelah mereka selesai bertengkar.
"Sial! Mengapa kalian berdua?!" Raditya menunjuk kedua rekannya. Ia merasa malu karena ketahuan berpelukan dengan Nindiya, walau itu hanyalah kecelakaan.
Sementara itu, Nindiya yang merasa malu, berlari meninggalkan tempat tersebut. Tak terasa air matanya tidak bisa dibendung lagi. Ini pertama kalinya merasakan perasaan aneh. Mungkinkah karena pertama kalinya bertemu dengan lawan jenis? tetapi ia tidak menyangka, kejadian seperti ini akan menimpanya.
"Perempuan itu memang gila!" Raditya memukul pohon di sebelahnya.
Dedaunan, ranting dan buah mangga pun jatuh karena pukulan Raditya yang keras. Karena emosi, ia tidak sengaja memukul pohon mangga yang tingginya mencapai lima belas meter itu.
"Aduh!" ia memegangi kepalanya akibat kejatuhan ranting-ranting kering tersebut.
Sementara kedua temannya mengambil mangga mangga yang jatuh. Mereka tersenyum senang, karena dari tadi mereka mencari buah-buahan di sekitar hutan, tetapi ia tidak menemukannya.
"Iya benar. Perempuan itu gila. Dan kamu juga gila. Kamu tergila-gila kepadanya. Dia juga tergila gila kepadamu. Dan," Bayu menengok ke arah Indera untuk melanjutkan ucapannya.
"Kalian juga menggila bersama ...." lanjut Indera.
"Hahaha ..." mereka berdua pun tertawa. Menertawakan Raditya yang tergila gila karena wanita.
"Diam kalian!!" karena kesal, ia melempar beberapa mangga ke arah kedua sahabatnya.
"Makasih." dan ditangkap dengan baik oleh keduanya.
"Indra, Bayu ... apa kalian pikir itu lucu?!"
"Lucu. Hahaha!" Bayu sampai menahan perutnya yang nyeri karena tawanya yang berlebihan.
"Hahaha!!!" Indera pun sampai tidak bisa berkata-kata, karena melihat ekspresi Raditya yang terlihat emosi.
Tanpa sadar, Indra melihat sebuah pancingan. Ia merasa aneh, karena ia melihat koin emas di ujung pancingan itu. Dan yang membuat aneh lagi, ia melihat ikan-ikan berbaris dengan rapinya. Terlihat tubuh ikan ikan itu seperti tertembus oleh koin di ujungnya. Benang itu menembus ikan ikan itu.
"Ini? Apa maksudnya semua ini? Kok bisa yah? Apa ini perbuatanmu, Raditya?" tanya Indera sambil mengangkat pancingan tersebut.
Raditya menyadarinya. Ia mendekat kearah Indra. Dilihatnya lagi ikan-ikan itu. Ia mengingat apa yang Nindiya lakukan terhadap ikan ikan tersebut. Ia memang terlihat lugu dan bodoh, tetapi ini merupakan bakat yang tidak dimiliki Raditya.
"Ini perbuatan gadis bodoh itu. Sepertinya tidak bisa diremehkan. Ia sekali lempar, dapat menangkap ikan sebanyak ini." ucap Raditya yang saat ini belum percaya begitu saja. Karena untuk memanah sekalipun, akan sangat sulit. Tetapi ini hanya dengan benang dan koin saja.
"Apa? kau sungguh?" Indra tidak percaya begitu saja. Tetapi ia tidak pernah melihat Raditya melakukan hal sedemikian.
"Kau tidak percaya?" tanya Raditya, walaupun ia merasa malu, tetapi inilah kebenarannya. Ia kalah oleh Nindiya dalam hal ini.
Mendengar hal tersebut, Bayu pun tertarik, dan melihat ikan-ikan tersebut. Ia kemudian mengambilnya dari tangan Indera.
"Ini ..." Bayu mengangkat ikan-ikan tersebut, dengan raut muka penuh dengan tanda tanya.
"Apa?" setelah melihat ekspresi temannya, Indera mencoba bertanya pada Bayu. Mungkin pemuda tersebut mengetahui sesuatu.
"Ini ikannya banyak sekali. Jadi,"
"Kau betul. Sepertinya gadis itu ...," perkataan Raditya terhenti ketika Bayu memotongnya.
"Bukan. Ini banyak sekali. Bagaimana kita menghabiskannya?"
"Pletak!" satu jitakan mendarat di kepala Bayu.
"Aduhh! kamu gila ya!" umpat Bayu kepada tersangka yang menjitak kepalanya.
"Kamu yang gila." Jawab Raditya,
"Sudah sudah. Sebaiknya kita cepat olah ikannya. Aku sudah lapar." Indera menengahi mereka, karena memang mereka belum mengisi perut mereka dengan makanan dari pagi tadi.
Setelahnya, mereka segera menyelesaikannya. Dengan membagi tugas masing masing untuk mengolah bahan makanan yang mereka dapatkan.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Heavenly Dreamer
ngopi dulu
2020-10-19
1
🅡enαtα___
ikannya berbaris mau upacara, upacara mendapatkan suami.. suami yang seperti author 🤭🤭🤭
2020-10-10
3
@elang_raihan.Nr☕+🚬🐅🗡🐫🍌
Seruuu
2020-08-06
1