Mila dan Vanessa telah melangkah masuk ke ruang rawat pak Sarman, Irman dan bu Saniah yang ada di ruangan itu menatap ke arah Mila.
Mila berusaha tegar dengan apa yang akan terjadi nanti. Mila melangkah dengan santai, ia mencoba untuk menenangkan dirinya agar tidak mengecewakan kakek yang telah membesarkannya dari kecil.
Sementara itu pak Sarman menatap Mila dengan mata penuh harap. Hatinya yang begitu takut jika Mila tidak akan datang menemuinya malam itu telah sedikit terobati dengan kehadiran Mila yang datang mengenakan gamis merah dengan jilbab putih. Dibelakangnya berjalan Vanessa yang menggunakan kemeja berwarna merah campuran motif kotak-kotak yang juga berwarna putih. Vanessa memang belum mengenakan Jilbab seperti Mila, namun wajahnya putih bersih berseri tetap menarik bagi siapapun yang melihatnya.
Irman memperhatikan Mila dan juga Vanessa, ia menghirup nafas panjang dan bersiap-siap jika harus berdebat panjang dengan kakek yang telah membesarkannya. Ia sadar, ibunya tak akan mau berdebat panjang dengan pak Sarman karena apa yang pernah mereka alami.
‘Semoga kakek tak akan memaksakan kehendaknya pada Mila, Mila sudah sangat tertekan sepertinya’ batin Irman melihat panjang wajah Mila.
Mila telah mendekat pada kakeknya, ia tak lagi menghiraukan orang lain yang juga berada di ruangan itu. Matanya hanya tertuju pada mata kakeknya yang melihatnya dengan penuh harap. Bahkan tanpa ia sadari air matanya telah menetes.
Mila telah berhadapan dengan kakeknya dengan sangat dekat, tangannya mengusap lembut wajah kakeknya,
“maaf kek, Mila datang agak telat” ucapnya lembut pada pak Sarman.
Pak Sarman diam tak menjawab, ia menyapu air mata yang sudah berlinang di mata Mila, Pak Sarman sendiri pun sadar, bahwa ini merupakan satu hal yang berat bagi Mila, tapi entah mengapa ia begitu yakin bahwa Mila akan merasakan kebahagiaan jika telah menikah dengan Arya. Ada sebuah keyakinan yang telah tumbuh pada Arya dari dua kali pertemuan mereka.
“kakek tak perlu khawatir lagi dengan Mila, Mila akan mengikuti semua keinginan kakek”
ucap Mila mantap dan tegas, walaupun hatinya teriris sakit ketika mengucapkannya, air matanya kembali menetes.
Mila mencoba menahan perih di hati yang ia rasakan ‘bang Arnes, semoga semuanya Allah lancarkan’ batinnya.
Semua orang yang ada di ruangan itu tersentak kaget, tidak percaya dengan ucapan
Mila,, hanya Vanessa yang tampak sedikit tenang, ia menghirup nafas panjang sembari memejamkan matanya, ‘semoga saja semuanya berjalan seperti yang direncanakan’ batinnya.
Irman melihat apa yang dilakukan Vanessa ‘ada apa ini? kenapa Mila seperti ini, bukankah tadi pagi ia masih bersedih tidak mau menerima permintaan kakek ini, apa mungkin perasaannya dapat berubah secepat ini?’ batin Irman. Sementara bu Saniah hanya bisa meneteskan air mata, ia benar-benar tidak sanggup melihat putrinya yang harus menahan perih di hatinya.
“Makasih banyak sayang, terima kasih banyak” ucap pak Sarman sembari mencium tangan Mila yang sedari tadi mengusap wajahnya.
“tapi kek, Setelah ini dan selanjutnya Mila akan menggunakan ini” ucap Mila, ia mengeluarkan cadar yang telah ia pegang.
Pak Sarman melihat apa yang dikeluarkan Mila, ‘sepertinya Mila tidak benar-benar ikhlas menerima ini semua’ batin pak Sarman. Mila kemudian memakai cadar di depan kakeknya dan juga semua orang yang ada disana.
‘apa yang direncanakan Mila?, apa dia pikir laki-laki itu akan menolaknya karena cadar
itu?, tapi aku telah memegang janji Arya janji, yang pasti ia tepati’ batin pak Sarman menghirup nafas panjang dari alat bantu pernafasannya.
Pak Sarman menarik tangan Mila, ia mendekap kepala Mila dan memeluknya ke dalam pangkuannya, “lakukan apa yang ini kamu lakukan Mil, kakek tidak akan meminta
apa pun selain ini” ucap Pak Sarman lembut.
Mila menahan air matanya di dalam pangkuan pak Sarman, hatinya benar-benar berharap agar laki-laki pilihan kakeknya menolak pernikahan ini karena cadar yang ia
pakai.
Sementara Irman melihat Mila dengan wajah yang gusar ‘jangan memikirkan yang tidak-tidak Mil, jangan buat masalah dengan hidupmu’ batinnya
Mila dan Vanessa telah kembali ke dalam mobil untuk kembali pulang ke rumah setelah
bertemu pak Sarman di rumah sakit.
“Mil, kakak harap kamu tidak salah langkah” ucap Vanessa khawatir dengan keputusan adik iparnya itu.
“maksud kakak?” ucap Mila datar, ia melihat ke arah Vanessa dengan perasaan yang mulai gusar.
“bisa saja laki-laki itu tidak mempersalahkan cadar yang kamu pakai, dan pernikahan akan tetap berjalan seperti keinginan kakek” urai Vanessa.
Mila menghirup nafas panjang “ini rencana Mila dan bang Arnes kak, lagian kakak kan tahu sendiri banyak orang yang antipati dengan cadar sekarang, dan sedikit yang mau menerima perempuan bercadar” jawab Mila pasti, ia mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa rencana yang sedang ia jalankan akan berjalan sebagaimana mestinya.
“lalu bagaimana kalau laki-laki itu adalah bagian yang sedikit itu?” ucap Vanessa datar.
Mila terdiam, ia sama sekali tidak berpikir sejauh itu, yang ada dalam pikirannya adalah laki-laki itu pasti akan menolaknya karena cadar yang ia pakai.
Mila dan Vanessa telah sampai di rumah dengan mobilnya, di ikuti mobil Irman yang berjalan di belakang mereka. Vanessa menghirup nafas panjang melihat Mila yang segera keluar dari mobil kemudian melangkah cepat ke dalam rumah ‘bahkan dia
tidak yakin dengan rencana yang dibuatnya’ batin Vanessa yang tampak gusar di wajahnya.
Mila langsung keluar dari mobil membuka pintu rumah untuk segera menuju kamarnya.
Irman yang melihat Mila melangkah cepat segera menyusulnya, “Mila, tunggu,, tunggu
Mil” teriak Irman yang membuat Mila berhenti tepat di depan pintu kamarnya.
“kenapa bang?” ucap Mila kesal dengan teriakan abangnya ‘bisa nggak sih kalau manggil orang itu tidak usah berteriak’
“apa rencana kamu? kenapa kamu tiba-tiba mau menerima permintaan kakek?” tanya Irman tegas.
Mila hanya diam, ia tak mau memberi tahu Irman rencana yang sedang ia jalankan ‘apa pedulimu bang?, dari dulu kamu memang tidak pernah peduli sama aku, Cuma kakek yang peduli denganku’ umpat Mila dalam hatinya kesal.
“apa kamu pikir cadar itu akan menyelamatkanmu?, kamu tidak lihat tadi kakek santai saja melihat menggunakan cadar itu, itu artinya cadarmu takkan mampu menolongmu” ucap Irman dengan nada emosi, ia benar-benar kecewa dengan adiknya yang mengambil tindakan gegabah yang bisa menghancurkan kehidupan adiknya itu.
Mila yang sebelumnya percaya diri dengan apa yang ia lakukan mulai goyah apa lagi setelah mengingat ucapan Vanessa di dalam mobil tadi, perasaan takut mulai merasuki
hatinya, ‘apa aku salah mengambil keputusan?, bukankah perempuan bercadar saat ini isunya keras sekali dengan terorisme, bukankah itu berarti laki-laki itu akan menolakku mentah-mentah? atau ia akan menerimaku tanpa peduli dengan cadar ini’ batin Mila benar-benar dilanda ketakutan.
“jika kamu mau menolak keinginan kakek, aku sudah siap mendebat kakek tadi, apapun resiko yang harus aku tanggung, bahkan aku siap menjamin Arnes dengan diriku di depan kakek, kamu dari dulu selalu gegabah mengambil keputusan, seolah-olah aku tidak peduli denganmu” marah Irman tak bisa ia tahan, ia merasa telah gagal menyelamatkan Mila dari kehidupan yang tidak Mila inginkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Astuti Tuti
iya kenapa ceritanya di ulang-ulang terus ya thor
2020-06-10
2