“apa kamu takut untuk berjanji pada pria tua seperti ku Arya” lanjut pak Sarman, ‘bapak ini apa-apaan, baru juga ketemu sudah minta kayak gini’ batin Arya.
“bapak bisa telfon saya, saya akan senang hati memenuhi permintaan bapak” ucap Arya tersenyum, ia tak mau mengecewakan orang tua yang tengah terbaring lemah dihadapannya.
‘orang ini tidak akan minta macam-macam kan?’ batinnya,
“makasih nak, aku tahu, janji orang sepertimu pasti bisa dipegang” ucap pak Sarman yang merubah wajah seriusnya menjadi tersenyum.
“saya bukan tipe orang yang suka ingkar janji pak, saya tunggu bapak menelfon saya, tapi sekarang saya harus pamit sebelum barang yang saya tinggal hilang” ia kemudian berjalan pergi meninggalkan pak Sarman, sebelum Arya menarik gagang pintunya, terdengar suara serak pak Sarman kembali berbicara kepadanya.
“Terima kasih banyak Arya, kamu telah ikhlas membantu orang tua ini lagi” ucap pak Sarman, Arya menoleh ke arah pak Sarman dengan menganggukkan kepalanya, ia kemudian sejenak tersenyum dan pergi dengan wajah keheranan.
‘Dimana aku bertemu bapak itu sebelumnya’ batin Arya lagi.
Arya mungkin sudah lupa dengan pak Sarman, karena peristiwa pertama dan kedua mereka bertemu berjarak sekitar hampir 3 tahun. Tapi pak Sarman tidak akan pernah lupa pada Arya karena kebaikan anak muda itu, selain itu pak Sarman juga merasa Arya mirip seseorang yang pernah ia kenal di masa lalu, hal yang baru ia sadari ketika mencoba mengingat wajah Arya di dalam ingatannya.
FB end
Pak Sarman mengusap air mata yang mulai keluar dari pelupuk matanya, ia kemudian menghirup nafas panjang.
‘Mila pasti akan menjadi perempuan beruntung jika bisa menikah dengan Arya, dan cucuku akan mewarisi sikap baik anak itu’ batin pak Sarman yang mengingat lagi pertemuannya dengan Arya.
Sejak pertemuan dengan Arya di Cilacap, pak Sarman selalu teringat kepada Arya setiap kali ia harus dibawa ke rumah sakit karena penyakit di paru-parunya. Pak Sarman adalah seorang perokok berat, dan sekarang ia harus sering keluar masuk rumah sakit. Ia merasa beruntung dapat kembali bertemu dengan Arya, dan berniat menjadikan Arya sebagai pendamping cucunya yang belum menikah yaitu Mila.
Sore telah menjelang, pak Sarman masih melamun menantikan kedatangan Mila untuk menemuinya.
“yah, kenapa melamun, kenapa ayah tidak istirahat” ucap bu Saniah yang merupakan anak pak Sarman yang juga ibunya Mila.
Ia telah menemani pak Sarman dari pagi, bahkan ia juga telah setia menemani ayahnya yang sering bolak balik masuk rumah sakit.
“Mana Mila, koq belum datang juga?” tanya pak Sarman dengan suara datar yang masih terdengar sesak.
“lagi di jalan yah, tadi Vanessa bilang baru berangkat dari rumah bersama Mila, ayah istirahat saja dulu, nanti kalau mereka sampai aku bangunin” ucap bu Saniah yang duduk di kursi di samping ranjang pak Sarman.
“Saniah, bantu beri penjelasan pada Mila, kau tidak berfikir aku akan memilih pria yang tidak baikkan pada Mila” ucap pak Sarman pada anak perempuannya itu.
“yah, aku tahu ayah tidak mungkin memilih pria yang tidak baik, Cuma aku ingin agar ayah memberi kesempatan pada Mila untuk memilih yang sesuai dengan keinginannya.” ucap bu Saniah yang mulai mengusap wajah tua ayahnya.
“jangan paksa aku untuk menuruti keinginan Mila seperti aku menuruti keinginanmu dulu, memilih laki-laki seperti Tito, kalian hanya berfikir pilihan kalian yang baik, tapi lihat dirimu sekarang, kalau bukan karena permintaanmu, aku tak akan mau melihat wajah Tito lagi”
“aku tak ingin apa yang menimpamu juga terjadi pada Mila, aku yang menjaganya dari kecil dengan ibumu, aku tahu mana yang terbaik untuknya,” lanjut pak Sarman.
“ayah istirahatlah dulu, jangan terlalu banyak bicara, nanti nafas ayah bisa sesak lagi” ucap bu Saniah yang mulai berkaca-kaca mengingat masa lalunya dengan suaminya.
Setelah hampir 30 menit pak Sarman dan bu Saniah tak berbicara lagi, Hingga akhirnya terdengar ketukan dari arah pintu ruang rawat tersebut.
“assalamualaikum kakek,” ucap perempuan Mila pada pak Sarman.
“walaikumussalam” jawab ucap pak Sarman tersenyum pada Mila yang telah masuk ke dalam kamarnya.
“maaf ya kek, Mila datangnya sorean, tadi habis dari sekolah Mila bersih-bersih rumah dulu sama kak Vanessa” ucap Mila dengan manja pada kakeknya itu, ia kemudian langsung duduk di tepi ranjang kakeknya dan kemudian mencium tangan pak Sarman.
“nggak apa-apa sayang, kakek hanya ingin mendengar jawabanmu atas permintaan kakek kemarin, makanya kakek minta ibumu untuk menyuruhmu kesini hari ini” ucap pak Sarman tak ingin berlama-lama, ia sudah tidak sabar lagi ingin mendengar jawaban bersedia dari Mila.
“ihh kek, kan kakek baru minta kemarin malam, Mila masih mempertimbangkannya kek” ucap Mila dengan manja pada kakeknya.
Perempuan cantik yang berpipi tirus, berkulit putih, dengan tinggi semampai itu tampak gusar pada permintaan kakeknya. Jilbab lebarnya yang sudah biasa ia gunakan sejak kuliah menambah kecantikannya. Wajah cantiknya telah banyak menarik banyak laki-laki yang telah datang ke rumah untuk melamarnya, namun ia tolak demi menunggu seorang pria yang telah berjanji akan segera
datang menemui orang tuanya.
Hatinya benar-benar kalut ketika kakek yang ia sayangi memintanya untuk menikah dengan laki-laki pilihan kakeknya.
FB
“Mil, kakek punya satu permintaan untukmu, dan kakek sangat ingin sekali kamu mau memenuhinya” ucap pak Sarman dengan senyum manis pada cucunya yang telah ia rawat dengan kasih sayang dari kecil.
“koq kakek bicara kayak gini sih, kakek biasanya kalau minta langsung bilang, koq sekarang malah minta kayak ini dulu” ucap Mila yang dengan suara manjanya berbicara dengan kakeknya.
Semua orang yang ada di ruangan itu melihat ke arah pak Sarman dengan keheranan, tidak biasanya pak Sarman mengutarakan keinginan dengan cara demikian.
Bu Saniah dan Vanessa seperti merasa ada yang aneh dengan permintaan pak Sarman malam itu. Hanya Mila yang masih tampak polos dengan apa yang diutarakan kakeknya.
“Mil, usia kamu kan udah 26, udah usia yang matang untuk menikah sekarang untukmu, maukah kamu menikah dengan seseorang yang kakek pilih?” tanya pak Sarman sembari mengelus punggung tangan kanan Mila,
Deg, jantung Mila berdetak lebih cepat dari biasanya, nafasnya tidak beraturan tersentak kaget dengan apa yang ia dengar. Mila tak percaya sama sekali kakeknya akan meminta sesuatu yang tidak pernah sama sekali terlintas dalam pikirannya. Semua orang yang ada di ruangan itu tampak terkejut dengan kata-kata pak Sarman.
FB end
“Mil, jangan pikir ini ancaman kakek, kakek hanya ingin melihatmu menikah sebelum kakek pergi, kakek ingin kamu mendapatkan pendamping yang terbaik” ucap pak Sarman menyambung kalimatnya.
Mila masih diam duduk di tepi ranjang kakeknya, matanya nanar tak tahu harus menjawab apa. Ia telah lama menginginkan pria yang ia cintai akan menjadi pendampingnya di pelaminan, menjadi imam sholat di tengah malam dan sekarang semuanya tengah dipertaruhkan di depan kakeknya.
“yah, biarkanlah Mila berpikir dulu, ini adalah keputusan berat bagi hidupnya, biarkan dia menyiapkan dirinya dan mentalnya untuk memilih” bela bu Saniah yang melihat wajah ceria Mila mulai berubah.
Pak Sarman menghela nafas panjang, “kau ingin membunuhku nak, menyuruhku menunggu dan menunggu lagi” ucap Pak Sarman dengan nada lemasnya, sesekali suaranya terdengar hilang karena ia belum bisa bernafas secara normal.
“kek, Mila punya pilihan sendiri, orangnya baik, sholeh, ia laki-laki yang sempurna menjadi imam Mila kek, Mila akan perkenalkan dia pada kakek, dan akan segera menikah seperti keinginan kakek” ucap Mila berharap kakeknya mau memberinya kesempatan untuk memperkenalkan pilihannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Seno Wicaksono
lnjut smga gergetan cerita slajutny
2022-05-17
0
Marlina Ebet
klaus kta janë dakord dhe te0pat apa hark dlakukan
2022-03-12
0