Kesedihan Mila

“Mil, kakek tidak mau tawar menawar, jika kamu mau dengan pilihan kakek, maka tetaplah disini temani kakek, jika kamu mau dengan pilihanmu itu, maka pergilah, kakek tak akan memaksamu, kakek ikhlas jika tidak akan bertemu denganmu lagi disisa hidup kakek yang hanya sebentar lagi” ucap pak Sarman yang sesekali menghirup nafas panjang karena dadanya yang terasa sesak.

Mila mencoba menahan air matanya yang terasa ingin segera keluar karena permintaan kakeknya sungguh membuatnya tertekan, ia sama sekali tak ingin dipaksa menikah. Ia masih ingin berdampingan di pelaminan dengan orang pilihannya, diimami sholat malam dengan orang pilihannya dan berbahagia bersama dengan orang pilihannya itu. Namun kakenya tidak mau sama sekali bertemu dengan laki-laki pilihannya tersebut.

“yah, jangan terlalu memaksa Mila yah, coba dengarkan juga pilihan hati Mila” ucap bu Saniah berharap agar pak Sarman tidak bersikap demikian pada anaknya.

“Mil, pikirkanlah dulu, kakek harap besok kamu sudah punya jawabannya.” ucap pak Sarman  dengan melepas nafas panjang karena rasa kecewanya.

“baik kek” ucap Mila dengan suara gemetar. ia menahan air matanya agar tidak menetes dari matanya yang sudah berkaca-kaca.

Suasana menjadi hening, Pak Sarman lebih memilih diam hingga ia tertidur malam, ia tidak mampu menahan kekecewaannya pada Mila hari itu.

*

Mentari pagi telah menyapa bumi dengan sinar hangatnya, angin sejuk dipagi hari juga telah memberikan rasa pada manusia yang ia sentuh dengan kesejukkannya, namun ada seorang gadis yang hanya bisa terdiam membisu melihat mentari hangat dan merasakan kesejukkan angin pada pagi hari itu.

“Mil, pagi-pagi koq udah bengong

gitu” ucap Vanessa pada adik iparnya yang tampak murung di teras samping rumah.

Mila sejenak melirik kakak iparnya yang sedang membawakan segelas susu untuknya. Ia kemudian kembali menatap panjang halaman rumah yang bersatu dengan area parkir rumahnya.

“hei, kakak ngomong koq dicuekin sih” ucap Vanessa yang telah menaruh susu untuk Mila yang hanya duduk bersila di teras tersebut.

“nggak papa koq kak, hanya kepikiran keinginan kakek saja” ucap Mila lesu,

Vanessa terbayang pada keinginan kakeknya yang berharap agar Mila mau menikah dengan laki-laki pilihannya.

“Sayang, jangan duduk di lantai kayak gini, kamu kan bisa duduk di teras depan, atau di dalam, nggak enak dilihat orang dari luar” ucap Vanessa mencoba meminta Mila agar pindah dari posisi duduknya. Ia tidak mau orang-orang yang melintasi pagar melihat wajah murung Mila yang nanti bisa menjadi gosip bagi para ibu-ibu tetangga.

“nggak papa kak, aku lagi pengen menghabiskan waktu disini saja hari ini” ucap Mila yang masih menunjukkan wajah lesunya.

Vanessa melihat Mila dengan rasa prihatin ‘tidak seharusnya kakek memaksa Mila kayak gini, apalagi anak sepolos Mila ini gampang sekali berubah-rubah perasaannya’ batin Vanessa

“sayang, kakek kan hanya meminta, berarti kamu juga bisa menolaknya kan?, kamu hanya perlu memberi alasan yang bisa kakek terima jika kamu ingin menolaknya.” ucap m Vanessa sembari merapikan jilbab Mila yang tampak kusut di bagian punggungnya.

Mila memang terbiasa menggunakan jilbab panjang, baik itu ketika ia hanya di dalam rumah maupun ketika ia pergi keluar rumah.

“tapi kakek mengancam Mila kak, kalau Mila nggak mau, Mila nggak boleh lagi menemui kakek selamanya” ucap Mila dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Hatinya terasa sesak mengingat kembali suasana ketika kakeknya mengucapkan hal tersebut kemarin sore.

Vanessa melihat mata Mila yang berkaca-kaca seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar, ‘apa benar kakek mengancam Mila seperti itu,'  batin Vanessa, ia tidak tahu apa saja pembicaraan Mila dan kakeknya kemarin, karena kemarin ia memang tidak menemani Mila ke rumah sakit seperti biasanya.

Sejenak Vanessa teringat pada hubungannya dengan Irman, abangnya Mila, dulu Irman juga dijodohkan oleh pak Sarman, namun Irman dengan berani menolak permintaan kakeknya itu, bahkan Irman menolaknya di depan keluarga perempuan yang dijodohkan dengan Irman. Dan saat itu Irman dengan lantang memilih Vanessa di depan kakeknya.

“kak, Mila harus gimana sekarang, Mila saja nggak tahu seperti apa laki-laki pilihan kakek itu, masa tiba-tiba langsung nikah, Mila nggak mau seperti ini kak” ucap Mila dengan suara gemetar, air matanya mulai menitik dari matanya yang telah berkaca-kaca itu.

Vanessa lalu menarik kepala Mila ke bahunya, ia kemudian mengusap lembut kepala yang ditutupi jilbab berwarna hitam itu.

“udah Mil, kamu tenangkan diri dulu, kalau kamu tidak tenang, kamu tidak akan bisa berpikir dengan baik” ucap Vanessa, ia lalu menyodorkan air susu yang telah ia buat untuk Mila.

Namun Mila hanya menggeleng, ia memperlihatkan wajah tidak ingin menyentuh apa yang telah di buat oleh Vanessa.

Irman yang telah selesai bersiap-siap untuk pergi bekerja baru saja keluar dari kamarnya dan langsung berjalan ke arah ruang makan, ia mendapati ruang makan yang kosong.

Pikirannya mulai bingung ‘kemana Vanessa dan Mila’ batinnya yang mulai melihat ke seluruh sisi ruangan.

Pandangannya lalu berhenti pada sisi teras samping rumah di dekat mobilnya sedang terparkir.

“kenapa kalian duduk di situ?” tanya Irman dengan nada heran. Ia melihat Vanessa yang sedang mengusap kepala Mila.

Vanessa lalu memalingkan wajahnya pada Irman, ia lalu menggangkat telunjukknya ke arah mulut untuk memberi isyarat diam pada Irman. Melihat isyarat Vanessa, Irman malah tambah penasaran.

“ada apa ini?” ucap Irman pada Vanessa, namun Vanessa hanya diam menggerutu kesal karena Irman tak menghiraukan isyarat yang ia berikan.

Irman lalu mendapati adiknya Mila yang tengah bersedih dengan mata yang telah berkaca-kaca.

“nanti ku jelaskan bang, Mila butuh waktu untuk menenangkan dirinya dulu” ucap Vanessa menahan Irman agar tidak memperkeruh keadaan hati Mila.

Irman kemudian diam, ia tak ingin lagi memperpanjang masalah, Ia lebih memilih bersabar menunggu Vanessa menjelaskan apa masalah yang di alami Mila. ‘ada apa dengan Mila, apa ada masalah’ batin Irman.

Irman sejenak melepas nafas panjang, ia memang jarang sekali pulang ke rumah, sehingga ia tidak banyak tahu masalah yang terjadi di rumah itu.

Vanessa lalu membimbing Mila untuk bangkit, ia menemani Mila menuju kamarnya. Setelah Mila masuk ke kamar, Vanessa sedikit berbicara pelan kepada Mila,

“istirahatlah dulu Mil, ringankan dulu pikiranmu, nanti kita cari jalan keluarnya sama-sama” ucap Vanessa yang dijawab anggukan oleh Mila, Mila lalu menutup pintu kamarnya dan menguncinya dari dalam.

“ada masalah apa dengan Mila?” ucap Irman yang bertanya pada Vanessa setelah pintu kamar Mila tertutup, Ia berharap agar Vanessa tidak menyembunyikan apapun darinya.

“Kakek ingin menjodohkan Mila dengan seseorang, ia merasa tertekan sekarang” ucap Vanessa yang menyiapkan nasi goreng untuk suaminya pada sebuah piring. Irman membelalak kaget mendengar itu semua.

“orang tua itu, masih saja bersikap seolah dia yang paling benar, nggak ibu, nggak aku, sekarang Mila juga dijodohkannya” ucap Irman menahan marahnya, ia kemudian meminum kopi yang telah tersedia di meja makannya.

“jika Mila menolak, kakek tidak mau lagi bertemu dengannya” ucap Vanessa gusar.

Irman yang sedang meminum kopi tersedak mendengar ucapan Vanessa, ia menatap Vanessa dengan wajah khawatir. Ia tahu bahwa pak Sarman tak pernah seperti itu sebelumnya pada Mila, apa lagi sampai mengancam seperti itu.

“kenapa? kakek tidak seriuskan dengan ancamannya?” ucap Vanessa sembari menaruh piring nasi goreng di hadapan Irman.

“bukannya aku pernah cerita padamu kenapa ayah dan ibu tidak tinggal dirumah ini, dan juga gimana aku dulu di perusahaan” ucap Irman yang bicara dengan nada bimbangnya.

“lalu gimana sekarang, kasihan Mila, ia benar-benar tertekan saat ini” ucap Vanessa yang tak kalah gusar dari suaminya itu.

“nanti aku akan coba bicara dengan kakek, Mila tidak usah ke sekolah hari ini, bawa ia ke rumah sakit malam nanti setelah aku menelfonmu, aku takut ia akan melakukan kesalahan yang sama dengan ibu nanti” ucap Irman gusar.

Irman segera menghabiskan sarapannya untuk segera ke pergi bekerja, sementara Vanessa harus bersiap di rumah untuk membantu Mila mencari jalan keluar dari beban berat yang membuat Mila tidak tertekan dengan situasi yang ia hadapi saat ini.

*

 Vanessa sedang mengendarai mobil menuju rumah sakit, di sampingnya duduk Mila yang menyandarkan kepalanya di sandaran kursi mobilnya. Sesekali Mila menghirup nafas panjang agar ia dapat tenang untuk menghadapi apa yang akan terjadi dengan dirinya.

“Mil, tenanglah, semuanya akan baik-baik saja” ucap Vanessa menenangkan Mila.

“aku pasrah kak,” ucap Mila singkat, ia kemudian menghirup nafas panjang.

Mobil tersebut berjalan dengan kecepatan sedang memecah jalanan kota yang mulai basah karena rintik hujan sudah mulai turun menghempas ke bumi.

Sementara itu, di ruang rawatnya, Pak Sarman mulai gelisah karena Mila belum juga datang. Ia menatap Irman dan bu Saniah yang ada di ruangan itu seolah bertanya dimana Mila?.

Pak Sarman kemudian mengambil ponselnya yang berada di atas meja kecil di samping ranjangnya, ia ingin segera menelfon Mila untuk memintanya segera datang.

Ketika ia menekan tools mencari kontak di ponselnya itu, muncullah nama Arya di urutan paling atas, karena memang Arya adalah satu-satunya kontak berawalan abjad A di ponselnya itu. Pikiran pak Sarman kembali melayang pada Arya menolongnya saat kecelakaan. Yaitu saat dimana Arya memberikan nomornya pada pak Sarman dan berjanji memenuhi apapun keinginan pak Sarman.

Pak Sarman kemudian memegang dadanya, hatinya sangat ingin sekali melihat Arya, melihat wajah tulus Arya, untuk itulah ia ingin Arya menikah dengan Mila, selain agar memiliki ikatan keluarga dengan Arya, tetapi juga untuk memiliki keturunan yang berasal dari Arya.

Bagi pak Sarman, Arya adalah orang yang paling tulus yang pernah ia temui, Mau membantunya tanpa pamrih, bahkan Arya yang membayar uang rumah sakitnya yang cukup besar, dan lebih luar biasa lagi, Arya melakukannya disaat usianya masih sangat muda dimana orang seusianya lebih suka untuk berhuru hara. Dan satu alasan lainnya, dimana ia merasa Arya mirip seseorang yang pernah ia kenal di masa lalu.

Pak Sarman tersentak kaget dari lamunannya ketika terdengar ketokan pintu, yang diiringi ucapan salam yang menghadirkan wajah Vanessa dan Mila disana.

Terpopuler

Comments

ina fr

ina fr

pak sarman feeling mu memang hebat👍

2020-06-29

2

lihat semua
Episodes
1 Ketulusan Arya
2 Permintaan Kakek (1)
3 Permintaan kakek (2)
4 Kesedihan Mila
5 Pilihan Mila 1
6 Pilihan Mila 2
7 Pertemuan (1)
8 Pertemuan (2)
9 Pertemuan (3)
10 Pasrah
11 Kebebasan Yang Hilang
12 Kebebasan yang hilang (2)
13 Kebebasan yang hilang (3)
14 Kita Perjuangkan Cinta Kita Sama-sama
15 Gagal ke Semeru
16 Antara Arya dan Arnes
17 Sah
18 Kesepakatan
19 Bukan Suami
20 Dukung aku Kak
21 Cipta Rakarsa
22 Merasa dijebak
23 Aku Istrinya
24 Itu Hadiah Dariku
25 Tentang Hati Yang Murni
26 Hanya Untukmu
27 Mempertebal Rasa Sabar
28 Seharusnya Jujur
29 Siapa Yang Lebih Tua
30 Biarlah Diriku yang Dulu Terkubur
31 Cerita Masa Lalu
32 Lamaran Tomy
33 Aku Mencintainya
34 Apa Aku Salah
35 Apa Dia Mencintaiku?
36 Aku Istrinya
37 Rita
38 Rita 2
39 Membuka Hati untuk Arya
40 Pulanglah, Aku menunggumu
41 Cuma Mau Semalam
42 Belum Juga Kembali
43 Arya Sudah Menikah?
44 Akhirnya Kembali
45 Suami Impian
46 Untuk Menyelesaikan Semuanya
47 Semuanya Memang Harus Berakhir
48 Harus Menjelaskan
49 Tak Ingin Berpisah
50 Takut Kehilangan
51 Memulai Semuanya dari Awal
52 Genggaman Erat
53 Menguji Mila
54 Pisah Sementara
55 Merasa Direndahkan
56 Kenapa Harus Membenci
57 Apa Dia Salah?
58 Dia Bakalan Pulang
59 Terlalu Naif
60 Sedikit Saja Untuk Mengerti
61 Psikopat?
62 Setia dan Hanya Mencintainya
63 Bukankah Dia Bilang Setia?
64 Untuk Menjaga Kehormatan Sahabat
65 Kembali Terulang
66 Jangan Pergi Dari Sisi Mila
67 "Usir Dia"
68 Menunggu Lagi
69 Ada Apa Dengan Tomy?
70 Akhir Dari Semuanya
71 Pengumuman
72 Menjemput Masa Lalu 1
73 Menjemput Masa Lalu 2
74 Pengumuman
75 New
Episodes

Updated 75 Episodes

1
Ketulusan Arya
2
Permintaan Kakek (1)
3
Permintaan kakek (2)
4
Kesedihan Mila
5
Pilihan Mila 1
6
Pilihan Mila 2
7
Pertemuan (1)
8
Pertemuan (2)
9
Pertemuan (3)
10
Pasrah
11
Kebebasan Yang Hilang
12
Kebebasan yang hilang (2)
13
Kebebasan yang hilang (3)
14
Kita Perjuangkan Cinta Kita Sama-sama
15
Gagal ke Semeru
16
Antara Arya dan Arnes
17
Sah
18
Kesepakatan
19
Bukan Suami
20
Dukung aku Kak
21
Cipta Rakarsa
22
Merasa dijebak
23
Aku Istrinya
24
Itu Hadiah Dariku
25
Tentang Hati Yang Murni
26
Hanya Untukmu
27
Mempertebal Rasa Sabar
28
Seharusnya Jujur
29
Siapa Yang Lebih Tua
30
Biarlah Diriku yang Dulu Terkubur
31
Cerita Masa Lalu
32
Lamaran Tomy
33
Aku Mencintainya
34
Apa Aku Salah
35
Apa Dia Mencintaiku?
36
Aku Istrinya
37
Rita
38
Rita 2
39
Membuka Hati untuk Arya
40
Pulanglah, Aku menunggumu
41
Cuma Mau Semalam
42
Belum Juga Kembali
43
Arya Sudah Menikah?
44
Akhirnya Kembali
45
Suami Impian
46
Untuk Menyelesaikan Semuanya
47
Semuanya Memang Harus Berakhir
48
Harus Menjelaskan
49
Tak Ingin Berpisah
50
Takut Kehilangan
51
Memulai Semuanya dari Awal
52
Genggaman Erat
53
Menguji Mila
54
Pisah Sementara
55
Merasa Direndahkan
56
Kenapa Harus Membenci
57
Apa Dia Salah?
58
Dia Bakalan Pulang
59
Terlalu Naif
60
Sedikit Saja Untuk Mengerti
61
Psikopat?
62
Setia dan Hanya Mencintainya
63
Bukankah Dia Bilang Setia?
64
Untuk Menjaga Kehormatan Sahabat
65
Kembali Terulang
66
Jangan Pergi Dari Sisi Mila
67
"Usir Dia"
68
Menunggu Lagi
69
Ada Apa Dengan Tomy?
70
Akhir Dari Semuanya
71
Pengumuman
72
Menjemput Masa Lalu 1
73
Menjemput Masa Lalu 2
74
Pengumuman
75
New

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!