Chapter 2

"Lo masih ada hutang penjalasan sama gue, lo sebenarnya dari mana aja sih?" tanya Rey, raut wajahnya menampakkan ketegasan dengan harapan gadis didepannya bisa berkata jujur.

"Kepo lo markonah."

"ckck, gue gak lagi bercanda." kesal Rey dengan tatapan tajam menghunus pada bola mata amber pada gadis cantik didepannya.

"Lah...emang siapa yang bercanda?" tanyanya dengan pandangan menatap Emma mencari pembelaan.

"Terserah lo lah." pasrah Rey.

Emma yang sejak tadi diam kini menghela nafas pelan, matanya menatap Rey dan Anika yang saat ini duduk pada sofa tak jauh darinya. Kepalanya ia pijit menghadapi perdebatan dari dua sahabatnya itu.

Mereka benar-benar akan saling mencakar jika dipertemukan, tapi juga saling merindukan jika salah satu tak menampakkan batang hidungnya.

"Udah lah Rey, Kita gak berhak maksa Anika cerita, kita ini sahabatnya kita hanya perlu memberinya dukungan untuk apapun itu, ada saatnya pasti dia cerita." nasehat Emma.

"Nah denger tuh, lo emang the best deh." sahut Anika dengan wajah terharu.

"Ckk tapi----"

"Rey." matanya mengisyaratkan pembicaraan ini harus dihentikan, ia tak ingin memaksa Anika bercerita, apalagi melihat wajah sahabatnya yang tak ingin membahas masalah ini lebih lanjut.

"Iya-iya."

Anika bangkit dari duduknya, tangannya mengambil buah apel yang sudah terkupas, rasa manis menghampiri lehernya saat potongan apel berhasil masuk melewati tenggorokannya.

"Lagipula...gak baik ikut campur masalah orang, semakin sedikit yang lo tau semakin damai hidup lo nanti."

Rey mengernyit matanya menatap Emma meminta penjelasan, biasanya gadis itu pasti tau arah pembicaraan Anika tapi yang ia lihat malah tatapan penuh tanya yang gadis itu tunjukkan padanya.

"Kalian berdua gak usah kepo, kepo cuma berlaku sama orang yang mampu." jelasnya.

"Lama-lama ucapan lo gak nyambung tau gak." sahut Rey dengan kepala menggeleng pelan.

"Oh iya, pas gue gak datang sekolah lo catatin materi buat gue kan?" tanya Anika tiba-tiba, matanya menatap wajah Rey dengan pandangan penuh harap.

Pemuda itu mendengus sebal "gini nih kalau punya sahabat kek dugong, untung gue anak ganteng kayak raya dan baik hati, mana tega gue liat lo ketinggalan materi."

"Bagus, pembantu emang harus nurut sama majikannya. Tambah suka deh." senyum polos dengan wajah tak berdosa menatap Rey yang kini cuma bisa misu-misu sendiri.

"Kalau gitu aku pinjam buku kamu ya."

Rey dan Anika saling pandang, alis mereka mengernyit bersamaan "buat apa?" tanya Rey angkat suara.

"Buat nulis materi aku yang ketinggalan." jawabnya lugu. Tangannya menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Gak perlu, berkat sahabat ganteng lo ini semua materi dibuku lo selama lo dirumah sakit udah selesai." Rey menepuk dadanya bangga.

"Kamu catatin aku juga?" tanyanya lagi.

Rey mengangguk tapi detik berikutnya kepalanya menggeleng, Anika yang melihat tingkah pemuda disampingnya memberikan tabokan sepenuh hati.

JTAK.

"Lo apa-apaansih, lo ada dendam kesumat sama gue?" sewot Rey kesal sendiri.

"Makanya jawab yang bener."

Ternyata memang terbukti, perempuan selalu benar bahkan tak ada jalan pintas buat ngalahin perempuan berdebat dengan pria, kalau pun mereka salah! maka kembali lagi kepoin pertama, yang bunyinya perempuan selalu benar, mereka memang tak ingin disalahkan.

"Gini Anika cantik, manis, imut, pendek, kasar, bawel, serem kek setan---"

JTAK.

"Lo udah bosen hidup ya?" tanya Anika tajam setelah memberikan tabokan gratis pada pemuda laknat disampingnya.

"Sabar Anika sabar, kasian juga Rey ditabok, pasti udah benjol." sahut Emma sambil terkekeh pelan.

Rey mengelus kepalanya pelan, wajahnya memasang ekspresi memelas, merasa terzolimi sejak tadi "Istri kedua memang pengertian, disaat istri pertama melakukan KDRT ke suami istri kedua siap membela." ucapnya terharu.

Anika bangkit dari duduknya, lengan bajunya ia gulung sampai siku dengan pose mengambil ancang-ancang ingin membanting Rey, pemuda itu benar-benar membuatnya kesal setengah mati.

"Istighfar Dinda istighfar....kanda janji tak akan berulah lagi." insting bertahan hidup Rey tiba-tiba muncul, ia bangkit dari duduknya dengan tangan mengelus punggung Anika pelan, tangannya menuntun gadis itu untuk kembali duduk agar mengurungkan niatnya melakukan tindakan kriminal pada laki-laki lemah sepertinya.

"Gini maksud gue, catatan Emma udah selesai sampai titik darah kepentokan, berarti udah selesai sampai akhir. Tapi bukan gue yang catatin tapi si Sri, makanya gue tadi ngangguk trus geleng lagi." jelas Rey tanpa ada kata dilebih-lebihkan dan juga dikurangi.

Emma mengangguk paham, berbeda dengan Anika yang masih mempertahankan raut kesal.

"Kalau gitu titip makasih buat Sri dari aku, kalau bukan dia pasti aku ketinggalan materi."

"Gak perlu, gue udah bilang makasih beserta bunganya. Tiket gratis buat nonton konser boy band Korea karena udah catatin materi buat lo." jelas Rey.

Lagi-lagi Emma ber 'oh' ria "makasih kalau gitu Rey, kalian berdua emang sahabat terbaik aku."

"Didunia ini memang harus ada yang namanya umpan balik, sama-sama untung, jadi gak perlu segitunya bilang makasih." sahut Anika santai.

Perubahan atmosfer diruangan ini tiba-tiba terasa, tak ada lagi pembicaraan dari mereka bertiga, Anika yang menikmati keheningannya sedangkan Rey dan Emma memproses setiap perkataan gadis itu.

Mereka berdua saling pandang, hanya satu yang ada difikiran Rey dan Emma "Anika kenapa?" batin mereka dengan raut sedih.

Anika bangkit dari duduknya, pergerakannya masih diperhatikan oleh Rey dan Emma hingga ia menunjukkan raut bingung "Kalian kenapa sih? kek orang kebelet berak tau gak." ejeknya dengan tawa menggelegar.

Rey dan Emma tertawa hambar, sedikit kikuk dengan perubahan Anika. Untuk beberapa detik mereka berfikir gadis itu sedikit berubah, tapi melihat ucapan tak difilter gadis itu membuat mereka kembali senang, gadis itu baik-baik saja tak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Lo kan anak ganteng kaya raya, lo gak mau berbelas kasih sama gue gitu? gue lapar mau makan tapi gak bawa uang." celoteh Anika dengan wajah cemberut, tangannya disodorkan kedepan wajah Rey berharap pemuda itu bermurah hati dan memberinya sedikit uang.

"Kasian amat hidup lo, untung gue suami yang baik, kasih nafkah sama lo, bisa jadi apa lo kalau gak ada gue."

"Bisa jadi anak tunggal kayak raya." ngegas Anika, tangannya merampas uang yang baru saja dikeluarkan pemuda itu "ngasih uang 10 ribu aja gayanya selangit, kek ngasih harta warisan aja, malah ngimpi jadi suami gue lagi...prettttt." ejeknya kemudian melenggang pergi.

Emma tertawa puas, melihat Rey dinistakan menjadi kesenangan tersendiri baginya.

"Sabar Rey sabar, orang ganteng banyak cobaannya."

.

.

.

.

Bersambung

Jangan lupa tinggalkan jejak, jangan jadi pembaca gelap, tekan like dan tinggalkan komen gak akan buat jari patah.

See you....

^^^18-NOVEMBER-2021^^^

Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!