Chapter 3

Anika memasang tudung hoddienya, kakinya melangkah meninggalkan rumah sakit permata dengan tangan dimasukkan ke saku celana, matanya menatap kosong jalanan yang kini dipenuhi kendaraan berlalu lalang.

"Cih...sang drama ulung." decaknya disertai senyum miring.

Tangannya mengambil uang 10 ribu yang ada disaku celananya, lagi-lagi senyum miring tercetak pada ujung bibirnya.

"Stupid."

Ia menghentikan langkahnya saat tiba-tiba netranya menangkap sosok anak kecil dengan pakaian lusuh memunguti dos yang kini berserakan.

"Hey adik ganteng." panggilnya lembut.

Untuk beberapa saat Anika menatap iba anak kecil yang kini menatapnya bingung, bisa diperkirakan umurnya masih sekitaran lima tahun, ia tersenyum miris, anak sekecil ini sudah dipermainkan oleh takdir.

"Iya kak?"

Lamunan Anika buyar, kepalanya menggeleng kemudian menatap anak itu dengan senyum lembut, tangannya mencubit pipi anak itu gemas, baju lusuhnya tak membuat kadar keimutan dari anak itu menghilang.

"Uhg...gantengnya, mama kamu mana?"

Anak itu cemberut, tangannya mengelus pipinya yang terlihat memerah. Ia meringis merutuki perbuatannya.

"Mama Axel kerja."

"Kerja? dimana?" ia jongkok tepat dihadapan anak itu dengan tangan menopang dagu.

Axel dengan polosnya menunjuk bangunan yang tak jauh dari posisi mereka "Axel gak tau, tapi setiap hari mama jalan kesana, katanya mama cari uang gak jauh dari sana tinggal jalan terus-terus abis itu sampe."

Anika mengangguk paham "kenapa Axel gak ikut?"

"Gak boleh, bahaya. Kata mama disana banyak kendaraan nanti Axel ketabrak, kalau Axel sakit siapa yang bantu mama cari dos." Axel mengangkat dos yang ada ditangannya dengan wajah polos "jadi Axel disuruh tunggu disini."

Anika tersenyum lebar "kamu udah makan belum?"

Axel menggeleng pelan, kepalanya menunduk memandangi kakinya yang tak beralas apapun.

Anika tersenyum miris "Kakak ada sesuatu buat Axel, tapi Axel harus terima ya."

Setelah mendapat anggukan pelan dari anak kecil didepannya, akhirnya Anika mengeluarkan beberapa lembar uang 100 ribu dari saku hoddienya.

"Ini buat Axel?"

Raut bahagia tak bisa membohongi wajah lugu dari anak didepannya, tangannya mengelus pucuk kepala Axel dengan senyum tipis pada bibirnya.

"Iya."

Anika tersentak saat tiba-tiba Axel memeluknya, detik berikutnya senyum lebar terpatri pada bibir tipisnya, tangannya ikut membalas pelukan anak kecil itu sambil sesekali mengelus kepalanya pelan.

"Kakak baik banget sama Axel, makasih kakak cantik." celotehnya dengan wajah berseri.

"Eh iya, ada yang ketinggalan." tangan Anika beralih pada saku celananya, tangannya menyerahkan uang 10 ribu pada Axel.

"Tadi nyangkut." kekeh Anika.

Axel tersenyum lebar, tangan kecilnya menggenggam erat uang yang kini ia dapat "mama pasti seneng, hari ini Axel sama mama bisa makan enak." cicitnya polos.

Anika tersenyum tipis, pandangannya mengedar pada jalanan yang cukup sepi, hanya pejalan kaki yang nampak karena posisinya saat ini berada pada gang sempit.

"Itu mama Axel bukan?" tunjuknya pada wanita paruh baya yang mendorong gerobak dengan beberapa sampah diatasnya.

"Iya itu mama Axel." sahutnya riang "MAMAAAA." teriaknya dengan suara cempreng, tangannya melambai menatap senang wanita paruh baya yang juga tersenyum kearah mereka.

"Kalau gitu kakak pergi dulu ya." pamit Anika.

"Kakak gak mau ketemu mama Axel?"

Anika tersenyum tipis "kakak buru-buru, kakak pamit ya." setelah mendapat anggukan pelan akhirnya ia berjalan meninggalkan tempat itu.

Bibir Anika tersenyum manis saat sayup-sayup masih mendengar celotehan riang dari anak imut yang baru ia temui.

"Mama tadi Axel ketemu orang baik loh, Axel juga dikasih uang."

"Axel gak minta kan? mama udah bilang jangan minta-minta sayang, kita bukan pengemis mama masih bisa kerja walaupun cuma mungut sampah."

"Axel gak minta kok mah, kakak itu yang ngasih Axel katanya buat makan." Cicitnya pelan.

Wanita paruh baya itu menatap anaknya lembut "yaudah kalau gitu, tapi Axel udah bilang makasih kan?"

"Udah kok mah." jawabnya kembali riang "kakak baik itu juga cantik mah, Axel suka sama kakak tadi."

Wanita paruh baya itu tergelak, tawa pelan keluar dari mulutnya mendengar ucapan polos dari anak semata wayangnya.

"Harusnya semesta bisa lebih adil, membuat bahagia orang yang benar-benar pantas daripada menambah polusi pada orang yang gak tau diri." decak Anika dengan pandangan kosong menatap jalanan yang dilalui.

...***...

Seorang pengusaha sukses tampak melepaskan kacamata hitamnya yang masih bertengger manis pada hidung mancungnya, matanya menatap jalanan yang kini sedang ia lalui.

setelah 11 tahun menjalani hidup dinegara orang, akhirnya ia menginjakkan kakinya pada tanah kelahirannya, jujur ia tak pernah berfikir untuk kembali kesini, tapi ia juga tak bisa membiarkan adiknya tinggal sendiri di Indonesia.

"Kita mau kemana tuan?"

"Ke mansion yang sudah saya beli."

"Baik tuan Adelard."

Pemilik nama Adelard tampak menghela nafas kasar "bocah itu benar-benar membuatku pusing, selama aku belum berhasil membujuknya ikut denganku ke Amerika, mungkin aku akan mengambil alih cabang perusahaan yang ada di Indonesia." ucapnya pelan.

"Apa tuan mengatakan sesuatu." tanya Daren, asisten pribadi Adelard yang sudah sangat lama mengabdikan dirinya pada sang atasan.

"Perhatikan saja jalanan Daren." tegas Adelard dengan suara dingin.

"Ah...i-iya."

...***...

"Pergi dari rumah sakit tanpa seizin kakak, bahkan melepaskan infus dengan kasar, kamu tau gak ulah kamu itu bikin perawat rumah sakit heboh, udah kakak bilangkan! duduk yang anteng jangan kemana-mana, bukannya nurut malah kabur, nakal banget sih." omel Abian.

Anika meringis, kepalanya menunduk malu, bisa-bisanya ia mendapatkan omelan ditempat ramai seperti ini, rasanya ia ingin menghilang saat ini juga karena sudah menjadi tontonan gratis dari beberapa orang.

"Kak Abian kok bisa disini?" tanya Anika mengalihkan pembicaraan.

"Ya bagus dong, kalau kakak gak disini kakak gak bakal ketemu kamu." jawabnya ngegas.

Anika mencebikkan bibirnya "iya-iya Anika salah, maaf...janji deh gak lagi-lagi."

Abian menghela nafas pelan, tubuhnya ia dudukkan disamping gadis yang sudah ia anggap seperti adik sendiri "yaudah, yang penting kamu baik-baik aja."

Senyum lebar terpatri pada bibir Anika "karena Anika salah jadi hari ini kak Abian traktir Anika." serunya seenaknya.

"Loh..loh...kok gitu sih." protes Abian.

"ya...karena gitu, bukan gini. Kak Abian traktir Anika ya? horeeee makasih kakak ganteng, MANG KETOPRAKNYA DUAAAA." teriaknya cempreng.

"OKE NENG."

Abian melongo, tak habis fikir dengan jalan fikiran gadis pendek disampingnya. Mau marah? tapi tidak tega, ia hanya mampu meratapi nasib menghadapi tingkah ajaib dari gadis remaja itu.

.

.

.

.

Bersambung.

Akhirnya selesai juga~jangan lupa tinggalkan jejak, usahakan memberi komentar yang positif bukan menjatuhkan author.

Instagram: siswantiputri3

See you

^^^18-NOVEMBER-2021^^^

Terpopuler

Comments

Ria Andari

Ria Andari

teka teki

2021-12-17

2

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!