Chapter 1

Anika memejamkan matanya, rasa lelah pada tubuhnya akhirnya bisa ia istirahatkan, tangannya terangkat menatap infus yang kini menempel pada punggung tangannya.

Ternyata masih ada orang baik yang mau memberinya tumpangan kerumah sakit, semesta masih berbaik hati padanya, dan ini cukup membuktikan kesakitannya harus dibalaskan.

Pandangan Anika beralih pada seseorang yang kini menghampirinya, ia menghela nafas pelan, ini seperti dejavu hanya saja orang didepannya saat ini akan mengobatinya bukan memberinya bekas luka.

"Maaf ya."

Ia mengangguk pelan, mempersilahkan dokter itu untuk memeriksanya.

"Dokter Abian."

"Iya? Kenapa apa ada yang sakit? Kamu ada keluhan?" tanyanya beruntun.

Anika terkekeh pelan "gak, cuma mau nanya umur dokter berapa?"

"24, muka saya kelihatan tua ya?" raut lesu kentara pada mimik Abian, ia tak menyangka wajahnya sudah kelihatan setua ini. Padahal menurutnya ia cukup tampan saat melihat dirinya pada pantulan cermin.

Lagi-lagi tawa lebar terpatri pada bibir Anika, cukup terhibur dengan berbagai macam ekspresi dari dokter disampingnya, baru kali ini ia bertemu dokter seasik ini.

"Padahal Anika cuma mau bilang dokter ganteng banget, gantengnya gak ngotak kayak alkohol bikin mabuk."

Abian terkejut beberapa saat, bisa-bisanya ia digombali gadis ABG, bahkan ia bisa menebak gadis didepannya masih SMA tapi entah kelas berapa.

"Bahaya nih saya lama-lama disini, bisa-bisa baper sama pasien sendiri." sahutnya sambil terkekeh pelan.

"Gak apa-apa dok, Anika akan tanggung jawab kok, suerrrr...."

Abian menggeleng pelan "kamu umur berapa emang?"

"17 tahun, kelas 2 SMA."

"Tuh masih muda, kamu cocoknya jadi adik saya, mending kamu belajar yang rajin supaya sukses jangan lupa doa supaya bisa dapat gebetan ganteng kayak saya, tentunya seumuran sama kamu." celotehnya sambil tertawa pelan.

Anika mencebikkan bibirnya "yaudah deh, daripada gak sama sekali, mulai sekarang dokter Abian jadi kakak Anika."

Elusan pelan mendarat di pucuk kepala Anika "iya-iya, untung kamu juga cantik jadi cocok deh jadi adik saya."

"Iya dong."

"Hahahaha, anak siapa sih, udah pendek cerewet hidup lagi untung cantik."

Anika berdecak kesal "untung ganteng, orang ganteng mah bebas."

"Bisa aja, yaudah kakak keluar dulu, jangan kemana-mana duduk anteng disini, nanti kakak periksa lagi, oke adik manis?"

"Assiapppp." Anika menunjukkan pose hormat. Bibirnya masih menampakkan senyum manis hingga dokter Abian menghilang dari balik pintu ruang perawatan.

Ia meraih ponselnya, mengecek pesan yang masuk sejak tadi, bola matanya memutar melihat isi pesan yang menurutnya tak penting.

Tubuhnya ia rebahkan dengan pandangan menerawang ke langit kamar, otaknya berfikir keras apa yang harus ia lakukan selanjutnya? Permainan ini tak akan sempurna jika langsung menuju ending.

Ia akan membuat hidup orang itu benar-benar hancur, kalau perlu ia akan membuatnya menderita hidup di dunia ini.

"Gue terlalu baik sama lo, harusnya dari awal gue gak pernah percaya sama lo, mau bagaimanapun sahabat terbaik ternyata memang diri sendiri."

...***...

Ginjal adalah organ yang sangat penting bagi tubuh, sepasang organ yang memiliki fungsi untuk menyaring dan membuang zat sisa, cairan, mineral, dan racun yang ada didalam tubuh melalui urine.

Hidup Emma sudah cukup buruk karena hanya memiliki satu ginjal, segala aktivitas yang dilakukan sangat terbatas itu cukup membuatnya menjadi manusia tak berguna.

"Sekarang gak ada alasan lagi buat lo sedih."

Emma tersenyum tipis, wajah pucatnya menampakkan binar bahagia "Iya, mulai sekarang aku, kamu dan Anika bisa lakuin apapun sepuasnya, tanpa ada kendala dari tubuh aku lagi."

Senyum pemuda itu masih bertahan, hingga beberapa menit senyumnya luntur karena memikirkan gadis cantik yang berusaha ia hubungi, ada raut khawatir pada hatinya karena pesan darinya masih tak mendapat balasan.

"Rey...."

"Rey...."

"REY." panggil Emma dengan suara sedikit keras, tangannya menepuk punggung pemuda itu agar segera tersadar.

"Ah...iya?" tanya Rey linglung.

"Kamu baik-baik aja kan?"

Rey menghela nafas pelan, wajahnya diusap kasar perasaannya benar-benar tak karuan "Anika gak ada kabar." ucapnya pelan.

Emma membulatkan matanya, raut khawatir memenuhi wajah pucatnya, gerakan spontan pada tubuhnya membuat jahitan pada perutnya menimbulkan rasa nyeri.

"Aww...shhh."

"Jangan banyak gerak dulu, lo baru aja dioperasi." titah Rey berusaha membantu menidurkan Emma kembali.

"Tapi Anika Rey, kamu udah hubungin dia kan?"

"3 hari yang lalu gue sempat bicara sama dia ditelepon, buat ngabarin dia juga kalau lo mau dioperasi karena udah dapat ginjal yang cocok."

Rey menghela nafas kasar "tapi sampai sekarang Anika belum datang, bahkan dia gak pergi kesekolah, gue khawatir sama dia, padahal gue udah SMS dia berkali-kali tapi gak ada satupun balasan dari dia."

"Kita harus lapor polisi Rey, ini udah lebih dari 24 jam dia hilang, aku gak mau Anika kenapa-napa, kamu tau sendiri Anika penting banget bagi aku." jelas Emma dengan raut sedih.

"Kita udah kayak saudara, gak ada yang lebih ngertiin aku selain dia, aku mohon cari Anika Rey..." Emma menatap Rey dengan wajah penuh harap, matanya berkaca-kaca menandakan kesedihan yang mendalam.

"Lo tenang dulu, jangan banyak fikiran gue gak mau lo drop mikirin ini, biar gue yang cari Anika, mau gimanapun kalian sama pentingnya bagi gue." ujar Rey lembut.

Cairan bening berhasil lolos dipelupuk mata Emma, bibirnya bergetar menahan tangis "makasih udah mau jadi sahabat aku, padahal aku cuma anak panti tapi kalian berdua udah baik sama aku."

Telapak tangan besar berhasil mendarat pada pucuk kepala Emma, elusan halus berulang-ulang Rey lakukan sambil menampakkan senyum manis "orang baik pantas bahagia."

"Hmmm."

Rey dan Emma menoleh, mata keduanya membola menatap gadis cantik yang sudah berdiri sambil tersenyum lebar.

"Gue ganggu gak?" tanya gadis itu dengan nada menggoda.

"ANIKAAAA." teriak mereka berdua, raut senang tak bisa membohongi wajah keduanya.

Rey buru-buru bangkit dari duduknya, kakinya ia langkahkan menuju gadis yang sudah membuatnya uring-uringan akhir-akhir ini.

Sedangkan Emma malah menekuk wajahnya, infus ditangannya menghambat pergerakannya belum lagi rasa perih pada perutnya, padahal ingin sekali ia menghampiri sahabatnya itu.

"Lo dari mana aja hah? telfon gak diangkat, pesan gak dibalas, sok-sokan ngartis di sosmed, harusnya lo bersyukur dihubungin sama gue, emang siapa lagi yang mau hubungin lo kalau bukan gue." omel Rey dengan pose berkacak pinggang.

"nyenyenye..."

"Gak ada akhlak lo emang, gue nyesel uring-uringan mikirin lo." tanpa perasaan Rey meletakkan kepala Anika pada lipatan keteknya, pokonya tak ada ampun untuk gadis ini.

"HUAAAAA EMMA TOLONGGGGG....HUEKKKK KETEKNYA BAU JIGONGGGGG...."

.

.

.

.

Bersambung

^^^17-NOVEMBER-2021^^^

Terpopuler

Comments

senja

senja

hebat aktingnya

2021-12-17

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Chapter 1
3 Chapter 2
4 Chapter 3
5 Chapter 4
6 Chapter 5
7 Chapter 6
8 Chapter 7
9 Chapter 8
10 Chapter 9
11 Chapter 10
12 Chapter 11
13 Chapter 12
14 Chapter 13
15 Chapter 14
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 Chapter 29
31 Chapter 30
32 Chapter 31
33 Chapter 32
34 Chapter 33
35 Chapter 34
36 Chapter 35
37 Chapter 36
38 Chapter 37
39 Chapter 38
40 Chapter 39
41 Chapter 40
42 Chapter 41
43 Chapter 42
44 Chapter 43
45 Chapter 44
46 Chapter 45
47 Chapter 46
48 Chapter 47
49 Chapter 48
50 Chapter 49
51 Chapter 50
52 Chapter 51
53 Chapter 52
54 Chapter 53
55 Chapter 54
56 Chapter 55
57 Chapter 56
58 Chapter 57
59 Chapter 58
60 Chapter 59
61 Chapter 60
62 Chapter 61
63 Chapter 62
64 Chapter 63
65 Chapter 64
66 Chapter 65
67 Chapter 66
68 Chapter 67
69 Chapter 68
70 Chapter 69
71 Chapter 70
72 Chapter 71
73 Chapter 72
74 Chapter 73
75 Chapter 74
76 Chapter 75
77 Chapter 76
78 Chapter 77
79 Chapter 78
80 Chapter 79
81 Chapter 80
82 Chapter 81
83 Chapter 82
84 Chapter 83
85 Chapter 84
86 Chapter 85
87 Chapter 86
88 Chapter 87
89 Chapter 88
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Prolog
2
Chapter 1
3
Chapter 2
4
Chapter 3
5
Chapter 4
6
Chapter 5
7
Chapter 6
8
Chapter 7
9
Chapter 8
10
Chapter 9
11
Chapter 10
12
Chapter 11
13
Chapter 12
14
Chapter 13
15
Chapter 14
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
Chapter 29
31
Chapter 30
32
Chapter 31
33
Chapter 32
34
Chapter 33
35
Chapter 34
36
Chapter 35
37
Chapter 36
38
Chapter 37
39
Chapter 38
40
Chapter 39
41
Chapter 40
42
Chapter 41
43
Chapter 42
44
Chapter 43
45
Chapter 44
46
Chapter 45
47
Chapter 46
48
Chapter 47
49
Chapter 48
50
Chapter 49
51
Chapter 50
52
Chapter 51
53
Chapter 52
54
Chapter 53
55
Chapter 54
56
Chapter 55
57
Chapter 56
58
Chapter 57
59
Chapter 58
60
Chapter 59
61
Chapter 60
62
Chapter 61
63
Chapter 62
64
Chapter 63
65
Chapter 64
66
Chapter 65
67
Chapter 66
68
Chapter 67
69
Chapter 68
70
Chapter 69
71
Chapter 70
72
Chapter 71
73
Chapter 72
74
Chapter 73
75
Chapter 74
76
Chapter 75
77
Chapter 76
78
Chapter 77
79
Chapter 78
80
Chapter 79
81
Chapter 80
82
Chapter 81
83
Chapter 82
84
Chapter 83
85
Chapter 84
86
Chapter 85
87
Chapter 86
88
Chapter 87
89
Chapter 88

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!