BAB 2

Taxi yang di tumpangi Zahra kini terus melaju membelah suasana siang hari yang ramai di kotanya.

Mata Zahra terus melihat ke luar, menelusuri setiap jalan yang dia lalui, rasanya tidak ada yang berubah dengan keadaan di Kotanya dari mulai bangunan dan pepohonan semua terlihat sama, bahkan kepulangannya sekarang pun biasa saja tidak ada yang istimewa walaupun ini terakhir kalinya dia pulang dari luar negeri. Mungkin hanya hatinya yang senang karena Zahra telah selesai melaksanakan Kuliahnya.

Matanya kini mulai melihat sebuah restoran, Zahra jadi mengingat anak anak santri di pesantren tempat nya mondok dan mengaji dulu, dalam hatinya berpikir mungkin akan menyenangkan bila mampir dulu ke pesantren dan membawa makanan untuk anak anak di sana, mereka pasti akan senang dan itu pun akan menjadi kesenangan untuk nya.

Zahra pun langsung menyuruh pak sopir untuk berhenti di sana,

Zahra berniat untuk berkunjung dulu ke pesantren sebelum pulang ke rumah, karena memang pondok pesantren jalan nya satu arah sama dengan jalan menuju ke rumah nya.

Saat sang sopir sudah menepikan mobil nya, Zahra pun langsung turun dan masuk ke dalam restoran untuk membeli makanan untuk ia bawa ke pesantren.

~~

Di sisi lain Alika terus merajuk kapada Ansell karena perutnya yang terus bersuara ingin di isi makanan.

Alika terus meminta Kakak nya berhenti di sebuah restoran untuk membeli makanan untuk nya, namun Ansell menolak, dan menyuruh Alika makan di rumah saja karena kalau harus berhenti dulu Ansell tidak punya banyak waktu, karena harus cepat cepat kembali ke kantor nya.

"Kak...ayolah Kak... sebentar saja, cuma beli makanan doang...langsung di bungkus kok, aku bisa memakan nya di dalam mobil" rengek Alika berusaha membujuk Kakak nya.

"Dasar keras kepala... baiklah Kakak berhenti di sana saja" akhirnya Ansell pun menuruti kemauan Alika, dan mulai menepikan mobil di masuk ke pekarangan restoran di jalan yang di lewati mereka.

Berhenti di sebuah restoran dan memarkirkan mobil nya di samping mobil taxi yang di tumpangi Zahra.

"Kau tunggu di sini... biar Kakak yang membeli makanan nya, kalau kau yang turun pasti akan sangat lama," seru Ansell dan mulai membuka pintu mobilnya, dan segera masuk ke dalam restoran.

~

Di dalam restoran Zahra sudah memesan beberapa dus makanan yang sedang di kemas oleh sang penjaga kasir,

berdiri dengan santai menunggu makanan nya siapa.

Namun Zahra di kagetkan oleh seorang lelaki yang tiba-tiba berdiri di samping nya.

"Saya sedang terburu buru... berikan satu dus makanan itu untuk ku...!" pinta Ansell pada sang penjaga kasir yang sedang membungkus pesanan Zahra bicara dengan santai serasa ia sedang bicara dengan bawahannya yang selalu mematuhi segala kemauan nya.

Membuat Zahra dan si penjaga kasir langsung kaget dengan kedatangan Ansell yang tiba-tiba dan malah langsung meminta makanan pesenan nya.

"Maaf tuan...tapi makanan ini pesanan embak ini..." ucap sopan sang kasir sambil menunjuk kepada Zahra yang ada di samping Ansell.

Namun Ansell tidak menghiraukan perkataan sang kasir.

"Aku tidak menanyakan itu... aku hanya minta satu dus makanan itu untuk ku," tegas Ansell lagi sambil mengeluarkan beberapa lembar uang dan langsung ia sodorkan pada sang kasir.

"Tapi tuan ini..."

"Tidak apa apa, berikan saja satu untuk nya" ucap Zahra memotong perkataan sang kasir, supaya sang kasir memenuhi keinginan Ansell.

Sang kasir itu pun langsung memisahkan satu dus makanan dan langsung ia bungkus di plastik yang lebih kecil dan segera ia berikan kepada Ansell.

"Ini Tuan... " ucap sang kasir sambil menyodorkan makanan nya.

Ansell pun langsung menerima nya, dan memberikan uang yang ada di tangan nya pada sang kasir.

"Maaf tuan... makanan nya sudah di bayar oleh mbak nya!" tolak sang kasir tidak menerima uang dari Ansell.

"Aku bukan pengemis, itu untuk membayar makanannya..." seru Ansell yang sudah menyimpan uangnya di depan sang kasir, dia langsung berbalik dan langsung segera pergi ke luar dari restoran.

Membuat Zahra dan sang kasir di buat heran melihat tingkah Ansell yang datang tiba-tiba dan pergi dengan begitu cepatnya.

"Mungkin dia benar benar terburu buru" batin Zahra heran sambil menggelengkan kepalanya melihat kelakuan orang yang berdiri di samping nya, saking cepat nya laki laki itu Zahra pun sampai tidak melihat wajah nya.

"Maaf mbak...apa akan membungkus satu dus makanan lagi...?" tanya sang kasir dengan penuh hormat melayani Zahra yang merupakan pelanggan nya di sana.

"Tidak usah mbak, segini sudah cukup" tolak Zahra,

"Kalau begitu ini uang dari Tuan yang tadi, mungkin ini maksud nya untuk memberikan nya pada mbak" ucap sang kasir menyodorkan makanan pesenan Zahra sambil memberikan uang yang di tinggalkan Ansell

"Tidak usah mbak... karena makanannya sudah saya bayar, jadi uang itu angga saja itu sodakoh dari tuan yang tadi untuk embak" uajr Zahra dengan tersenyum pada sang kasir.

"Terimakasih mbak"

ucap sang kasir langsung tersenyum senang membalas senyum Zahra.

"sama sama"

Zahra pun langsung keluar restoran sambil membawa dua keresek besar di tangan kanak kiri nya, yang merupakan makanan yang akan ia bawah sebagai hadiah untuk anak anak santri di pesantren.

~

Di luar Ansell langsung masuk ke dalam mobil nya, langsung memberikan makanan itu pada Alika.

"Kenapa cepat sekali Kak...?" tanya Alika kaget, perasaan Kakaknya baru masuk dan sekarang sudah kembali lagi.

"Kakak kan sudah bilang lagi terburu buru..."

ujar Ansell mulai menyalakan mesin mobilnya.

"Walaupun terburu buru, paling tidak harus memakan waktu beberapa lama, kan harus mesen makanan nya dulu, itukan membutuhkan waktu!" tukas Alika masih merasa heran.

"Jangan banyak bicara, cepat makan saja makanannya..." seru Ansell tidak ingin memberi tahu Alika bahwa dia mengambil makanan pesenan orang karena tidak ingin memakan waktu lama jika harus memesan makanan dulu, dan kebetulan nya, pass sekali karena ada Zahra yang sedang memesan banyak makanan.

Namun tiba-tiba mata Alika tersita saat melihat kaca spion mobil di depan nya, karena melihat pantulan Zahra yang sedang berjalan mendekat dan langsung masuk ke taxi yang terparkir di sebelah mobil yang di tumpangi nya.

"Bukan kah yang barusan Zahra ya...kenapa dia membawa makanan banyak sekali...?

sepertinya dia juga baru keluar dari restoran...." batin Alika lagi lagi kaget karena melihat Zahra dengan tidak di sangka sangka.

Ingin rasanya terus melihat Zahra namun Ansell sudah melajukan mobil nya dengan cepat sampai tidak bisa melihat Zahra lagi, terus memutar badannya sampai taxi yang di tumpangi Zahra benar benar sudah tidak terlihat lagi.

"Lihat apa kamu...?" tanya Ansell heran melihat tingkah adiknya.

"Kak barusan aku melihat si peringkat satu keluar dari restoran, setelah Kakak masuk mobil tidak lama dia keluar dan langsung masuk ke taxi yang ada di sebelah mobil kita Kak," ucap Alika dengan begitu heboh.

"Terus kenapa...?" tukas Ansell tidak mempedulikan kehebohan Alika.

"Apa Kakak tidak berpapasan dengan nya...?

ciri ciri nya tuh dia memaki kerudung biru, dan bajunya senada dengan kerudung nya.terus dia membawa makanan banyak sekali Kak" ucap heboh Alika.

Membuat Ansell mengingat kejadian nya tadi di dalam , saat dia dengan santai nya, meminta satu dus makanan yang merupakan pesanan wanita yang berdiri di samping nya,

namun Ansell tidak memperhatikan wanita di sebelah nya, karena Ansell fokus ingin mendapatkan makanannya.

"Apakah si peringkat satu yang di maksud Alika orang yang tadi...? tapi sayang sekali aku tidak melihat wajah nya," batin Ansell sambil memasang seringai kecil di bibirnya.

***

Zahra kini sudah sampai di pekarangan pesantren, hatinya langsung berdenyut senang, rsas rindunya kini terbalaskan, sudah setahun Zahra tidak berkunjung ke sini,

matanya kini makin berbinar melihat ke sekeliling nya, melihat sebuah mesjid besar yang selalu di pakai orang orang untuk shalat berjamaah di sana, dan melihat beberapa bangunan kobong yang berjajar rapi yang merupakan tempat mondok para santri dan santriwati yang mengaji di sana. Bahkan Zahra pun dulu pernah mondok tinggal di sana.

Suasana haru pesantren kini makin terasa saat Zahra mendengar suara gemuruh anak anak santri, yang sedang istirahat menjelang shalat Duhur berjamaah.

Hatinya Zahra serasa menjadi damai, melihat semua nya, serasa ada ketenangan tersendiri saat Zahra sudah menginjakkan kaki nya di sini.

Dan itulah yang membuat Zahra dulu memutuskan untuk mondok dan mengaji di sini.

Di tempat inilah Zahra tumbuh besar, dengan bimbingan dari sang pemilik Pondok pesantren, Zahra bisa mengaji dan mengetahui lebih dalam masalah agam, hingga membuat nya menjadi wanita sholihah seperti sekarang.

Nama Aisyah Ia dapatkan dari sini, pemberian dari sang kiyai pemilik Pondok Pesantren yang Zahra sudah anggap seperti ke dua orang tuanya.

Zahra kini mulai melangkah, menuju ke sebuah rumah yang merupakan rumah sang pemilik Pondok Pesantren yang selalu Zahra panggil Abi dan Ummie.

"Assalamualaikum...!" sapa Zahra sambil mengetuk pintunya pelan.

"Wa'alaikumsalam...." jawab orang di dalam

tidak lama terdengar ada yang membukakan pintu dari dalam dan langsung melihat Zahra yang sedang berdiri di luar.

"Masyaallah... Aisyah!! masuk nak..!" ucap kaget ummie saat melihat Zahra.

Ya Aisyah... saat di pesantren semua orang memanggil nya dengan sebutan Aisyah.

Dengan tersenyum lebar Zahra menatap ummie dan langsung berbungkuk menyalami mencium punggung tangan ummie.

"Ummie... bagaimana keadaan Ummie, Ummie sehat...?" ucap Zahra melepas kerinduan nya.

"Alhmdulillah, Ummie sehat...!" jawab Ummie sambil memeluk Zahra rasanya sangat rindu sudah satu tahu tidak bertemu dengan anak gadis yang sudah mereka anggap seperti anak mereka sendiri.

"Kamu kapan pulang dari luar negeri...? kamu sehat kan?" ucap Ummie dengan begitu senang nya melihat Zahra ada di sana, dan langsung mengajaknya duduk di dalam.

"Alhamdulillah aku sehat ummie, aku baru pulang dari luar negeri dan langsung ke sini,"

ucap senang Zahra tersenyum manis merasa senang bisa di perhatikan oleh ummie, serasa merasakan sosok ibu yang lama telah meninggalkan nya.

"Bagaimana hasil kuliah mu nak...?" tanya ummie.

"Alhmdulillah ummie, berkat do'a dari ummie dan semuanya, aku mendapatkan nilai terbaik di kampus..." ucap syukur Zahra.

"Alhmdulillah... ummie ikut senang,"

"Mie...aku membawa sedikit makanan, ini untuk Ummie, maaf aku tidak bisa lama di sini, karena belum pulang ke rumah,

besok insyaallah aku ke sini lagi, salam untuk Abi ya mie,!" pamit Zahra

"Ya nanti Ummie sampaikan salam mu pada Abi,, sebentar lagi masuk waktu zuhur,! apa tidak mau sembahyang duhur dulu di sini?"

"Iya Ummie, aku akan menemui anak anak santri dulu,, dan setelah shalat zuhur aku akan langsung pulang..."

"Aku menemui anak anak dulu mie. Assalamualaikum..." pamit Zahra sambil menyalami tangan ummie.

"Wa'alaikumsalam" jawab ummie tersenyum senang melihat Zahra yang sangat antusias ingin bertemu dengan anak anak santri.

Zahra pun langsung pergi ke luar untuk menemui anak anak santri.

.

.

.

..

Terpopuler

Comments

Ai Holilah

Ai Holilah

👍👍🥰

2023-12-24

0

Qiza Khumaeroh

Qiza Khumaeroh

hadeeuuhhh anshel anshel mtay bermsalh tuh,,,

2021-10-25

0

Heksa Suhartini

Heksa Suhartini

mantep cerita nya

2021-08-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!