Bab 5 First Meet With First Wife

Sesuai rencana, Thalia dijemput Arka dan drivernya sore itu. Barang yang Thalia bawa tidak banyak, karena ia merasa dengan segera ia akan kembali ke rumah keluarganya. Seteguh apapun istri pertama Arka, pasti cemburu juga jika melihat Arka memiliki istri kedua yang sah. Entah bagaimana respon Elva nanti, Thalia menantikannya.

“Sudah semua?” tanya Arka saat memasukkan koper terakhir Thalia ke bagasi.

“Sudah,” balas Thalia. Thalia pun berpaling menghadap ke arah Ibunda dan kakak perempuannya yang mengantar kepergiannya. Sementara, kakak laki-laki dan Ayahnya masih belum pulang dari bekerja. “Thalia pergi dulu ya,” pamitnya. Tak lupa, ia mencium pipi kanan-kiri dan tangan kakak perempuan dan Ibunda Thalia. Rasa haru menelusup di hati Thalia ketika melihat mata Ibundanya digenangi air mata.

“Titip Thalia ya, Nang,” ucap Ibunda Thalia pada Arka. Arka membalas dengan senyum dan anggukan kepala. Saatnya berangkat menuju rumah Arka.

“Mbak Elva orangnya kaya' gimana Mas?” tanya Thalia ketika mobil Arka mulai melaju. Ia menatap Arka penasaran. Setidaknya ia ingin tahu orang seperti apa Elva. Minimal, di mata Arka.

“Elva cantik. Kamu juga cantik,” jawab Arka singkat. Ia tidak ingin Thalia merasa Arka terlalu mendambakan Elva. Meskipun sebenarnya, Arka merindukan momen kebersamaannya dengan Elva.

Thalia menatap Arka heran. Informasi itu sama sekali tidak membantunya. Sebelah alis Thalia berjengit. Namun Arka tidak menyadari perubahan ekspresi Thalia karena Arka lebih memilih menghindari bercakap-cakap dengan Thalia dengan menikmati pemandangan kemacetan kota Jakarta. Oke, Thalia merasa bekerjasama dengan Arka sedikit sulit. Karena informasi sederhana seperti bagaimana sifat Elva menurut Arka saja Arka tidak mau berbagi.

Thalia pun memilih diam. Thalia sedikit cemas dengan pertemuannya dengan Elva nanti. Ia memutuskan mengikuti sikap Arka yang sedang memandangi kemacetan kota Jakarta dan melupakan topik tentang Elva.

“Kamu... Bisa bersih-bersih dan masak, kan?” tanya Arka tidak yakin. Arka masih teringat daster buluk Thalia, entah bagaimana Arka mempunyai firasat bahwa Thalia payah dalam menjadi Ibu rumah tangga juga. Arka menatap Thalia penuh harapan akan mendapat jawaban yang baik.

“Bisa. Sering bantuin Bunda kok aku, Mas,” terang Thalia yang mengerti maksud dibalik pertanyaan Arka. Namun Thalia heran kenapa CEO Bimantara Corp itu menanyakan hal dasar seperti itu. “Kenapa Mas?” tanya Thalia.

“Rumahku nggak terlalu besar. Aku juga belum punya keturunan. Cuma ada aku dan Elva di rumah. Biasanya ada yang bantuin Elva. Tapi berhubung ada kamu, ya mulai hari ini kamu yang bantuin Elva,” terang Arka. Mata Thalia terbelalak. Jadi, istri kedua tuh jadi asisten rumah tangga bagi Arka? Ternyata Arka pelit untuk masalah memanjakan istri sendiri. Sebuah pengetahuan baru bagi Thalia.

“Sebagian anggaranku harus aku alokasikan untuk membayar hutang keluargamu, jadi kita harus efisien,” terang Arka yang melihat ketidaksetujuan dari sikap diam Thalia setelah mendengar penjelasan Arka.

“Ah, iya. Aku lupa kalau ada hutang yang harus dibayar juga,” gumam Thalia sambil menepuk jidatnya sendiri. Arka tersenyum.

“Bagus lah kalau kamu sudah ingat dan mengerti,” balas Arka.

Thalia pun mulai membayangkan hari-harinya saat di rumah keluarganya. Biasanya Thalia bermalas-malasan kalau ada Ibundanya yang mengerjakan pekerjaan rumah. Ditambah lagi, ada kakak perempuan Thalia yang sedang mengasuh putrinya yang baru berusia tiga bulan, dan menjadi ibu rumah tangga full time. Thalia semakin bisa bermanja ria. Tapi sepertinya ia tidak akan bisa melakukannya setelah pernikahannya ini.

Setelah satu jam terjebak macet, akhirnya mobil Arka kembali melaju dengan lancar. Tak lama, mereka sampai di rumah Arka. Mata Thalia terbelalak. Rumah yang ‘nggak terlalu besar' bagi Arka, baginya adalah rumah mewah. Thalia mulai mengira-ngira berapa uang yang Arka miliki untuk bisa membeli rumah seperti itu. Dan Thalia mulai bertanya-tanya, kalau Thalia yang harus membantu Elva adalah modus Arka untuk membuat Thalia bekerja untuknya.

“ART-mu gajinya berapa, Mas?” tanya Thalia yang tidak bisa membendung rasa penasarannya.

“Ada tiga orang, gajinya beda-beda sesuai job desk mereka. Tapi aku suruh mereka liburan dulu soalnya sekarang ada kamu,” balas Arka sambil menurunkan koper-koper Thalia.

Eh. Eh. Pekerjaan tiga orang dibebankan pada Thalia seorang? Bibir Thalia mengerucut. Dasar raja tega.

“Tugasku cuma masak dan bersih-bersih kan?” tanya Thalia.

“Belajarlah jadi istri yang baik. Nanti kalau sudah menikah betulan baru bisa merasakan manfaatnya. Sekarang kamu belajar dulu. Oke?” terang Arka sambil berbisik.

“Fine,” balas Thalia. Thalia pun membantu Arka dengan mengangkat dua koper ukuran kecil.

“Kamu ga ada masalah kan tidur sama aku?” tanya Arka saat mereka mendaki tangga menuju lantai dua. Arka dan drivernya membawakan koper Thalia yang besar.

“Ga ada. Kita kan suami istri, Mas,” ucap Thalia lugu. Thalia tidak terlihat terganggu sama sekali dengan tidur di samping Arka. Arka menghembuskan nafasnya pelan. Sepertinya hanya Arka yang memiliki masalah tidur bersama Thalia di sini.

Sesampainya di kamar Arka, Thalia dan Arka meletakkan koper-koper Thalia di samping almari. Ada dua almari di kamar Arka. Satu untuk baju Arka dan satu almari lagi untuk baju Thalia yang saat ini masih kosong karena masih berada di dalam koper.

Thalia pun mulai membongkar kopernya dan memasukkan bajunya ke dalam almari yang sudah disediakan Arka. Belum sampai selesai, perut Thalia sudah berbunyi. Thalia jadi ingat kalau ia harus menyiapkan makan malam.

“Mau makan sama apa Mas?” tanya Thalia pada Arka yang masih sibuk dengan laptopnya.

“Yang simple aja,” jawab Arka tanpa memalingkan wajah dari laptop. “Kita turun bareng, aku ga mau kamu ketemu Elva terus dikira ART baru.”

Thalia mengangguk. Ia menunggu Arka selesai dengan laptopnya untuk kemudian turun menuju dapur.

Saat sampai di dapur, Thalia langsung membuka kulkas yang di dalamnya ada berbagai macam bahan makanan. Thalia memutuskan membuat omelet dan salad, sementara Arka membuat jus buah untuk mereka. Thalia membuat makanan untuk porsi tiga orang karena ia tahu dari Arka kalau Elva akan segera kembali ke rumah entah dari mana pun ia.

“Kamu keberatan ga kalau aku panggil pakai 'sayang' kaya' kemarin malam?” tanya Arka saat membantu Thalia menata piring di meja. Thalia menatap Arka sejenak, ia bahkan tidak merasa Arka memanggilnya sayang. Thalia hanya mengangkat bahu dan menjawab, “Terserah Mas aja deh.”

“Terus, panggilan sayang buat aku apa dong?” tanya Arka pada Thalia. Thalia memiringkan kepalanya menghadap Arka.

“Penting ya Mas?” tanya Thalia.

DEG

Aduh Arka, kamu berharap apa dari Thalia yang 'itu'? Tanya Arka pada diri sendiri. Arka pun menutupi kedongkolan hatinya dengan senyuman.

“Penting, kalau pengen bikin Elva cemburu,” terang Arka. Thalia terlihat berpikir sejenak.

“Sayang juga deh kalau gitu. Ga apa-apa kan?” tanya Thalia.

“Oke sayang,” jawab Arka.

Thalia dan Arka pun memulai makan malam mereka. Tak lama, Elva memasuki ruang makan dengan terkejut.

“Eh, ada tamu,” sambut Elva ramah. Arka dan Thalia menghentikan makan malam mereka dan menatap Elva.

“Bukan tamu. Kenalin, istri keduaku, Thalia. Thalia, ini Elva, istri pertamaku,” terang Arka. Mata Elva membelalak. Terlihat sekali Elva terkejut dengan keberadaan Thalia.

“Kamu kok ga bilang mau menikah lagi Mas?” tanya Elva, suaranya sedikit bergetar. Elva menyilangkan kedua lengannya di depan dada, menunggu penjelasan.

“Buat apa? Kamu juga selingkuh,” balas Arka dingin.

“Aku ga selingkuh! Kamu yang mendua!” seru Elva dengan nada tinggi. Tatapan matanya berkilat-kilat penuh amarah. “Sejak kapan kamu berencana menikahi dia Mas?”

“Bukan urusanmu,” balas Arka dingin.

“Tentu saja urusanku, Mas! Aku masih istrimu!” Elva berang.

“Kenalin Mbak, aku Thalia. Aku udah masak, mari makan, Mbak,” ucap Thalia memecah situasi tegang antara suami-istri itu. Elva menatap tangan Thalia yang terulur tapi tak sudi menyambutnya.

“Sini sayang, aku suapin lagi,” ucap Arka yang tiba-tiba masuk ke peran suami romantis idaman. Thalia yang mengerti pun langsung menyambut ucapan Arka. “Iya sayang, aaa,” ucap Thalia.

Arka dan Thalia pun saling menyuapi di depan Elva. Elva langsung berdiri dan pergi dari ruang makan, tanpa menyentuh makanannya.

Terpopuler

Comments

Aly'Jawa

Aly'Jawa

y gpp saling memanfaatkan yg satu butuh di cemburuin yang satu butuh utangnya di lunasin

2022-05-16

0

Yunia Abdullah

Yunia Abdullah

s Thalia oon hnya d manfaat in s arka

2021-12-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!