Akad pun terlaksana. Thalia sudah sah menjadi istri Arka, CEO perusahaan Bimantara Corp. Thalia melirik Arka diam-diam saat mereka berdiri berdampingan di pelaminan. Dan Thalia seperti mendapatkan jackpot. Sudah tampan, gagah, berwibawa, kaya pula. Dan kalau senyum, urgh... Thalia merasakan hatinya berdesir. Tak sengaja, senyum juga ikut mengembang di bibir Thalia. What will be, will be.
Thalia dan Arka menyalami semua tamu mereka. Semuanya mengucapkan selamat dan turut berdukacita cita untuk calon mempelai pria yang meninggal dalam kecelakaan. Kehebohan sempat terjadi, namun semuanya kembali tenang saat Arka datang dan mengucapkan janji suci. Thalia yang semula sedih, cukup terhibur dengan ucapan para tamu undangan.
Selesai acara, Thalia termenung sendirian di kamarnya. Inilah malam pengantinnya! Thalia menunggu dengan berdebar-debar. Apa yang akan dilakukannya bersama Arka? Kita semua tahu jawabannya.
Thalia mengipas-ngipaskan tangannya ke wajahnya yang memanas. Ia baru melihat Arka hari ini. Kenal saja belum, dan mereka harus menikah. Seharian ini Arka tersenyum ramah dan beberapa kali mengobrol dengan tamu undangan mereka, tapi Thalia dan Arka tidak sempat hanya mengobrol berdua untuk sekedar saling mengenal.
Thalia mengembuskan nafas keras. Ia belum siap untuk menghadapi malam pengantin. Thalia pun bangkit dari duduknya dan menuju almari di kamarnya. Ia memilih daster nyaman yang sudah agak bulukan untuk dipakai sebagai ganti baju pengantinnya. Setidaknya ia ingin mengenal Arka terlebih dahulu. Thalia memutuskan kalau malam pengantin Thalia dan Arka akan mereka lalui dengan mengobrol saja. Tidak lebih.
Selesai berganti, Thalia kembali menunggu. Malam sudah semakin larut dan Arka tak kunjung datang mengetuk pintu kamarnya. Rasa lelah karena pesta seharian pun mulai mengakumulasi di tubuh Thalia. Ia merasa mulai mengantuk.
Tok. Tok. Tok.
Akhirnya pintu kamar Thalia diketuk. Thalia tidak segera bangkit, ia tidak yakin sudah mendengar suara ketukan pintu. Ia khawatir ia bermimpi.
“Thalia, ini Arka. Kamu sudah tidur?” tanya suara bariton itu dari luar kamar Thalia. Thalia segera bangkit. Ia suka mendengar Arka menyebut namanya dengan suaranya yang khas. Ah, Thalia jatuh cinta pada pendengaran pertama. Ya, hanya mendengar namanya disebut saja hatinya sudah berdebar.
Ketika membuka pintu, Arka berdiri dibaliknya dengan senyum ramah namun alisnya berkerut. Kedua tangannya membawa berkas dan laptop. Thalia cemberut. Sepertinya Arka tidak akan melalui malam ini dengan mengobrol santai atau apapun, namun dengan bekerja.
“Daster?” gumam Arka.
“Apa Mas?” tanya Thalia meminta pengulangan. Thalia tidak mendengar apa yang Arka ucapkan. Arka mendengus. Apa yang ia harapkan dari gadis yang baru saja menikah seperti Thalia? Seharusnya ia tidak berharap banyak.
“Nggak, nggak ada,” balas Arka menggeleng. “Boleh masuk?”
Thalia tidak menjawab, namun ia mempersilakan Arka masuk kamarnya dengan menggeser tubuhnya dari pintu. Arka bingung karena Thalia terlihat kecewa. Namun pemuda itu pura-pura tidak tahu. Senyum kecil mengembang di wajahnya.
“Mau aku buatkan kopi?” tawar Thalia saat Arka meletakkan berkas dan laptopnya di meja di dalam kamar Thalia. Gadis itu menguap kecil. Arka tersenyum, siapa yang paling butuh kopi saat ini? Batinnya.
“Sudah ngantuk? Ada hal penting yang harus kita diskusikan. Aku juga membutuhkan bantuanmu. Tapi pekerjaanku juga harus segera selesai, aku tidak mengira akan menikah hari ini, jadi aku tidak siap. Maaf,” terang Arka. Thalia memandang pemuda itu dengan tatapan bertanya-tanya. Kepalanya sedikit miring ketika berpikir. Mereka tidak hanya perlu berdiskusi, mereka perlu saling mengenal. Namun di luar dugaan, Thalia sudah mengantuk.
“Tentang apa Mas?” tanya Thalia. Meskipun ia sudah mengantuk, ia penasaran juga dengan apa yang ingin disampaikan Arka.
Arka bangkit dari duduknya di depan meja dan berjalan menuju ranjang Thalia, pemuda itu duduk di tepi ranjang dan memberikan isyarat pada Thalia untuk duduk di sampingnya. Senyum mengembang di bibir Thalia, gadis itu menurut dan duduk di tempat yang sudah disediakan Arka. Jantungnya berdegup kencang. Ah, cinta.
“Thalia, aku mau minta maaf sekali lagi. Karena semuanya sangat mendadak, aku tidak tahu harus memulai dari mana. Tapi setidaknya kamu harus tahu,” Arka mengambil jeda dan menatap mata Thalia lamat-lamat. Ia menemukan ketulusan di mata Thalia. Hal ini membuat Arka sedikit berat mengatakannya.
“Ini... Bukan pernikahan pertamaku,” ucap Arka. Tangannya menggenggam tangan Thalia lembut. Pemuda itu mengamati segala respon kecil yang tampak di wajah Thalia. Dari pupil matanya yang membesar karena terkejut, dan air mata yang mengambang di pelupuk matanya.
“Maksudnya, Mas sudah punya istri?” tanya Thalia dengan suara bergetar.
“Ya. Namanya Elva,” terang Arka. Jemarinya menjalin dengan jemari Thalia. Thalia tidak menepisnya. Gadis itu berusaha terlihat tenang dan senyaman mungkin berada di dekat Arka, seperti tadi sebelum Thalia mengetahui kenyataannya.
“Lalu, kenapa Mas mencari istri lagi?” tanya Thalia. Suaranya terdengar lebih mantap. Namun air mata mengalir dari pelupuk matanya.
“Ups, sayang... Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku juga tidak mengira pernikahan keduaku akan berjalan seperti ini. Aku kira kakakmu sudah tau kalau aku pria beristri,” terang Arka. Ia membantu Thalia menghapus air matanya. “Aku belum memberitahu keluargamu, tadi kami hanya membahas masalah bisnis. Tapi aku ingin kamu lah orang pertama yang harus tau karena ini melibatkanmu.”
“Apa istrimu tidak sakit hati, Mas?” tanya Thalia lugas.
“Elva selingkuh,” jawab Arka singkat. Thalia terkejut. Tangisnya terhenti. Thalia mengira ia salah dengar. Namun dari ekspresi Arka yang menegang ketika mengucapkannya, Thalia menjadi yakin ia tidak salah. Senyum kaku mengembang di bibir Arka. Arka merasa ia menjadi laki-laki payah karena ia menyalahkan dirinya sendiri atas perselingkuhan istrinya.
“Lalu, apa hubungannya denganku, Mas?” tanya Thalia bingung. Arka pun menjelaskan pada Thalia bahwa Arka ingin membuat Elva kembali padanya dengan membuatnya cemburu dengan pernikahan keduanya. Untuk itu Thalia perlu berperan sebagai istri kedua dengan baik.
“Nah, ada kah syarat dan kondisi yang perlu aku lakukan sebagai balasan untukmu? Kita belum saling mengenal, pasti ada syarat yang ingin kamu ajukan kan? Katakanlah,” pinta Arka. Thalia terlihat berpikir sejenak. Hal pertama yang ada di pikirannya adalah hutang keluarganya. Thalia pun menjelaskan bagaimana Thalia bisa menggelar pernikahan hari ini, dengan tujuan apa, dan kondisi bagaimana. Arka mendengarkan dengan khidmat.
Mereka berdua pun mulai berdiskusi untuk mencari solusi bagaimana bisa membantu masing-masing dari mereka keluar dari situasi pelik yang sedang mereka hadapi. Kantuk Thalia sudah menghilang dan berganti dengan wajahnya yang terlihat antusias karena Arka mengijinkannya mengajukan perceraian apabila Elva sudah kembali ke dalam pelukan Arka. Dan Arka berjanji akan melunasi sisa hutang orangtua Thalia yang jumlahnya tidak sedikit itu.
“Baik, sepertinya kita sudah sepakat. Perlu kah kita membuat kontrak?” tawar Arka bercanda.
“Mas saja yang buat. Aku mau tidur duluan,” ucap Thalia mengakhiri pembicaraan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Yunia Abdullah
tuh s arka knp goblog tau istri y slingkuh knp mau istri y blik lg dsar arka tolol
2021-12-29
1
Paulina H. Alamsyah Asir
Sidah like, favorit, komen. mo kasih bunga jaringan muter muter.
tetap semangat ya.. Fighting...
lanjut thor..
maaf nycil bacanya😍😍😂
2021-12-10
1
🦊⃫⃟⃤Haryani_hiatGC𝕸y💞🎯™
mm..kenapa pake kontrak sih
2021-12-10
0