Tidak terasa 5 hari berlalu, setelah merasakan semua kegiatan MOS mulai dari pembinaan dari guru, mengenal lingkungan sekolah, kegiatan baris berbaris, dan pembinaan OSIS, akhirnya semua murid akan memulai kegiatan belajar mengajar pada hari Senin, minggu depan.
Aku lebih bersemangat hari ini. Ya, hari ini adalah hari pertama kegiatan belajar mengajar dilakukan. Dan, hari ini untuk pertama kalinya aku mengenakan seragam Putih Abu-Abu yang selama ini kuidam-idamkan untuk memakainya.
Pagi hari aku telah bersiap dengan memakai seragamku, ku sisir rambutku dengan rapi dan kubiarkan rambut lurus sebahuku terurai, dan aku telah memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tas sekolahku. Aku berkaca sejenak di cermin, kuamati penampilanku. Rasanya masih kemarin aku memakai seragam SMP ku, dan kini aku telah mengenakan seragam Putih Abu-Abu yang membuatku terlihat tidak seperti anak-anak lagi. Seragam putih abu-abu ini membuatku terlihat nampak sedikit dewasa.
“Nduk, Cla.... Sudah siap?” Ibuku memanggilku dan menanyakan apakah aku sudah bersiap.
“Nggih Bu, sudah siap.” aku menjawab pertanyaan Ibu.
“Kalau sudah buruan berangkat, supaya enggak telat. Sekolah ya rajin ya Nak.” Ibuku hampir setiap hari selalu berpesan supaya aku sekolah dengan rajin. Aku pun selalu berusaha semampuku untuk sekolah sebaik mungkin, supaya Bapak dan Ibuku tidak kecewa kepadaku.
“Iya Bu, Clarissa akan sekolah yang rajin kok Bu. Ya udah, Clarissa berangkat dulu ya Bu.” Ku menjabat tangan Ibuku dan kucium punggung tangannya, aku berpamitan dengan Ibu lalu seperti biasa aku menunggu angkot berwarna kuning yang akan membawaku menuju sekolahku.
Begitu tiba di sekolah, aku melihat berbagai pengumuman yang sudah ditempelkan di dekat ruangan guru. Salah satu pengumuman yang ditempelkan di sana adalah pembagian kelas untuk murid kelas X. Sama seperti murid-murid lainnya yang berkerumun melihat pengumuman itu, aku juga masuk dalam kumpulan itu. Kubuka lebar-lebar kedua mataku dan aku mulai mencari namaku di sana. Clarissa Ferlita – Kelas X3! Yap, aku menemukannya. Tanpa menunggu lama, aku mulai mencari di mana ruangan kelasku berada. Aku berjalan melewati satu per satu ruangan kelas, kulihat-lihat tanda kelas itu, hingga akhirnya aku menemukan ruangan kelasku. Kelas X3 yang berada di lantai satu, dengan sebuah pohon yang membuat ruangan kelas ini terasa rindang.
Di depan pintu, aku melihat sudah ada beberapa murid di dalamnya. Dan masih banyak bangku kosong di sana, tanpa sengaja aku tersenyum karena aku bisa memilih tempat dudukku sendiri. Aku memilih duduk di deretan kedua. Menurutku deret kedua adalah tempat duduk yang strategis, tidak berjarak langsung dengan guru, tapi juga tidak terlalu jauh dari papan tulis. Banyak temanku di SMP dulu berkata 'posisi tempat duduk memengaruhi prestasi', bagiku ungkapan itu lucu dan tidak masuk akal. Pada kenyataannya, jika ingin berprestasi di sekolah kuncinya bukan pada posisi tempat duduk, tetapi pada kemauan dan tekad untuk belajar.
Aku menaruh tasku ke dalam laci di meja, dan aku duduk mengamati sekelilingku. Menjelang jam 7 pagi, kelasku sudah mulai ramai, satu per satu murid telah memasuki ruangan kelas, hingga tiba-tiba cowok yang satu kelompok saat MOS denganku masuk ke dalam kelasku.
Dia masuk ke dalam kelas, semua mata langsung tertuju kepadanya. Penampilannya dengan seragam Putih Abu-Abu sungguh membuatnya menjadi berbeda, tidak seperti saat MOS di mana ia masih mengenakan seragam SMPnya. Sang Arjuna itu masuk dengan derap langkah kakinya yang tenang, dia berhenti di depan sejenak mengamati kursi mana yang masih kosong, dan dia melanjutkan menuju kursi kosong di deret kedua tepat di sebelahku. Wah, ini kebetulan atau tidak, bisa-bisanya dia menjadi satu kelas denganku.
Cowok itu mulai menaruh tasnya di bawah meja, dan memutar bola matanya mengamati seluruh ruangan kelas itu. Bola matanya berhenti, dan dia tiba-tiba memanggil namaku.
“Cla.... Kamu di kelas ini juga?” dengan menampilkan wajah terkejut bahagia karena mendapatiku di kelas yang sama dengannya. Suara baritonnya yang lembut membuat telingaku reflek seketika.
Aku yang baru saja dipanggil berusaha menata jantungku yang berdetak lebih cepat, ku melihat wajah tampannya sejenak, dan ku mulai menjawab pertanyaannya.
“I... Iya. Aku di kelas ini." ucapku dengan agak terbata. Aku tidak menyangka bisa satu kelas dengan Nathan. Apakah ini kebetulan?
“Wah, gak nyangka ya kita satu kelas. Kita bisa sering belajar bersama ya Cla.” ucapnya dengan raut wajah yang senang dan senyuman terbit di wajahnya yang tampan dan fitur wajahnya yang sempurna.
“Hmm, iya. Aku juga di kelas X3 ini.” Aku menganggukkan kepalaku.
“Senang sekali aku bisa sekelas sama kamu, Cla... kalau aku ketinggalan catatan pelajaran, aku bisa pinjem bukumu ya Cla...” Ucapnya sambil tersenyum kepadaku.
“Hmm, apa? Kenapa meminjam bukuku?” tanyaku.
“Kan tulisanmu bagus Cla, kalau aku ketinggalan waktu mencatat pelajaran, aku pinjem bukumu ya.” ucapnya sembari tertawa kepadaku.
“Oh, ya... Boleh.” Sahutku sambil menganggukkan kepala.
Setelah itu, guru wali kelas kami masuk memperkenalkan diri. Beliau bernama Ibu Sri Haryanti yang biasa dipanggil Ibu Anti, mengajar Bahasa Indonesia. Setelah beliau berkenalan, kami diminta maju satu per satu ke depan untuk mengenalkan diri. Nama, Alamat, Hobi, dan Cita-cita. Itulah yang harus kami lakukan saat mengenalkan diri di depan kelas. Saat tiba giliran Nathan, seluruh murid yang berjumlah 40 orang memberikan tepukan tangan yang meriah mengiringinya maju ke depan.
“Pagi semua... Saya Nathan, rumahku di Solo Baru, hobi maen basket dan futsal, cita-cita menjadi orang berhasil.”
Perkenalan yang memukau dari seorang Nathaniel Ferdian. Sosok tampan yang mampu menyihir semua pasang mata yang berada di dalam kelasku. Setelah Nathan, kini giliranku untuk berkenalan. Aku sungguh sangat gugup, aku merilekskan diriku sejenak, lalu aku maju ke depan.
“Halo semuanya. Saya Clarissa, rumahku di Jebres, Solo. Hobiku baca buku, cita-cita menjadi Dosen.”
Berbeda saat Nathan yang maju ke depan kelas, semua memberikan tepukan tangan meriah. Sementara saat aku yang memperkenalkan diriku hanya seuprit orang yang memberiku tepuk tangan. Tapi saat aku berdiri di depan tadi, aku melihat bagaimana Nathan menatapku dan memberikan senyumannya kepadaku.
Aku menghembuskan nafas perlahan-lahan menenangkan hati dan pikiranku. Situasi ini benar-benar gawat, aku bisa tidak fokus ke pelajaran bila tiap hari satu kelas dengan Sang Arjuna. Pria berwajah tampan dengan senyum menawan itu. Sering melihatnya tersenyum bisa membuat kadar gula darahku tinggi hingga aku terserang sakit diabetes. Ini sungguh tidak sehat!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 38 Episodes
Comments
Afternoon Honey
💐
2023-11-10
0
Gamers Alay
meninggalkan sejenak radit dan khaira yg lg berbahagia,, trus ke solo mampir bentar krumah clarissa... othor ku tunggu gudeg sama tempe bacem nya, jangan lupa nasi kucing nya sekaliaann😁😁
2022-02-05
1