Perkemahan Sabtu Minggu

Proses menjadi murid baru di SMA ku masih belum berakhir, sebelumnya aku sudah mengikuti Masa Orientasi Sekolah. Dan, Sabtu-Minggu ini semua murid baru diwajibkan untuk mengikuti Perkemahan Sabtu Minggu yang dilakukan di bumi perkemahan yang berada dekat Taman Makam Pahlawan Kusuma Bakti, Solo.

Bumi perkemahan ini tidak begitu jauh dari rumahku, tetapi letaknya yang berdekatan langsung dengan Makam Pahlawan membuat bulu kuduk merinding ketika harus mengikuti Perkemahan Sabtu-Minggu di sana. Aku memang anak yang penakut, walaupun aku belum pernah melihat hantu, tapi tetap saja bermalam di kemah dengan letaknya yang mendekati Makam membuatku takut. Jika bisa memilih tidak ikut, aku akan memilih tidak ikut. Akan tetapi, karena acara ini sifatnya wajib untuk semua murid baru, maka mau tidak mau aku harus mengikutinya.

Perkemahan Sabtu-Minggu ini akan di mulai pada jam 2 siang. Sebelum jam 2, semua murid kelas X harus sudah berada di Bumi Perkemahan itu. Karena rumahku dekat, aku tidak perlu terburu-buru. Dari pagi, aku sudah menyiapkan seragam Pramuka yang nanti akan kupakai, baru ganti, alat tulis, dan tali temali yang dibutuhkan untuk mendirikan tenda.

Sekitaran jam 1 siang, Bapakku mengantarku ke Bumi Perkemahan dengan mengendari Yamaha Bebek 75 berwarna Putih-Merah. Motor Bapakku memang sudah butut, tetapi dengan motor itulah Bapakku bisa berangkat setiap harinya, mengumpulkan rupiah untuk menghidupi dan membiayaiku sekolah. Aku tidak malu dibonceng Bapak dengan menaiki motor butut, aku justru bangga, aku justru lebih bersyukur karena masih banyak orang lain yang keadaannya jauh di bawahku. Karenanya Bapak dan Ibuku selalu memberi nasihat untuk melihat ke bawah. Karena dengan melihat ke bawah kita bisa mensyukuri dengan apa yang kita miliki.

Dengan mengenakan seragamku Pramuka dan menggendong tas ranselku berwarna biru, aku berjalan mencari rombongan dari SMA ku. Aku berjalan di antara pohon-pohon yang rindang, sambil mengamati sekelilingku, jingga akhirnya aku menemukan teman-temanku yang sudah berada di sana. Bersama teman-temanku, aku turut mendirikan tenda untuk kelompok kelasku. Berbekal pengalamanku Pramuka saat SD dan SMP, mendirikan tenda tidaklah susah bagiku. Tangan-tanganku dengan gesit bisa memasang tali-temali, aku bahkan bisa dengan mudah menancapkan pasak ke tanah dan memukulnya dengan batu, setelah itu tenda pun jadi.

Rupanya ada seseorang yang sedari tadi mengamatiku memasang tenda, siapa lagi jika bukan Nathan. Dia beberapa melirikku saat aku tengah berusaha menancapkan tiang pasak ke dalam tanah. Tapi aku hanya diam, aku ingin tenda ini segera jadi sehingga bisa kami gunakan untuk berteduh.

“Wah, tenda kamu sudah jadi ya Cla...” Pria bak Arjuna itu mendatangiku dan menyodorkan botol air mineral kepadaku.

“Hemm, iya. Sudah jadi barusan. Tenda kamu sudah jadi?” tanyaku sembari setelah sebelumnya aku berjongkok memasak pasak tenda.

“Belum, tuh teman-temanku masih berusaha memasangnya. Haus Cla? Nih, minum dulu.” ucapnya sembari menyodorkan botol air minum.

“Hemm, makasih Nathan.” jawabku sambil berusaha membuka botol air mineral itu. Belum berhasil aku membuka botolnya, ternyata Nathan telah mengambil alih botol air minum dari tanganku, dan tangannya memutur tutup botol itu hingga terbuka.

“Nih, tinggal minum. Kok kamu lucu sih Cla, tapi masang pasak aja bisa kok, giliran buka tutup botol air mineral enggak bisa?” Ucapnya sambil tersenyum kepadaku.

“Hemm, ini karena tanganku berkeringat aja jadi gak bisa membuka tutup botolnya.” jawabku sembari melihatnya.

“Hemm, gak papa juga Cla. Kalau kamu perlu bantuanku bilang aja ya.. Aku akan selalu bantuin kamu kok. Kita kan temen kan Cla...”

“Iya....” Jawabku singkat.

Namun, sesungguhnya aku berpikir benarkah seorang laki-laki dan perempuan bisa berteman tanpa menggunakan perasaan? Bagaimana kalau perasaan antar sahabat berubah menjadi cinta? Cukup membuatku risau, tapi berada di dekatnya, berdiri sebagai temannya agaknya memang sudah cukup bagiku.

Tidak terasa hari menjelang sore, karena ini adalah Perkemahan Sabtu – Minggu untuk mengakrabkan sesama murid, jadi memang acaranya tidak terlalu banyak. Hanya ada acara makan malam dan di lanjutkan malam seni yang akan menampilkan siswa-siswa dengan bakat mereka. Setiap kelas harus mengirimkan perwakilannya, dan di kelasku tentulah Sang Arjuna yang dipilih secara kolektif oleh teman-temanku. Aku pun juga turut setuju, pikirku sapa tau Nathan bisa menunjukkan bakat lainnya yang ia miliki.

Sebelum acara malam seni, sore ini aku terlebih dulu mandi di kamar mandi yang memang tersedia di bumi Perkemahan ini. Aku mengganti seragam Pramukaku dengan pakaian santai. Aku cukup mengenakan celana jeans berwarna navy dan bluss berwarna pink. Aku tidak mengenakan make up, cukup memakai bedak tabur dan sedikit lip gloss supaya bibirku tidak kering.

Malam seni pun tiba, satu per satu murid menampilkan bakat mereka. Ada yang membacakan puisi, ada yang bernyanyi, ada yang dance kelompok, ada yang menampilkan tae kwon do, dan bakat-bakat lainnya. Aku duduk menggerombol dengan beberapa teman-temanku di barisan cukup depan, hingga akhirnya Nathan, Sang Arjuna di SMAku maju ke depan, dengan dibarengi teman-temanku yang mengelu-elukan namanya.

Nathan.... Nathan..... Nathan......

Dengan penuh percaya diri, Nathan maju ke depan di panggung kayu dengan membawa gitar di tangannya. Pria yang saat mengenakan celana jeans, kaos putih, dan jaket denim terlihat sangat memukau. Hingga murid-murid mengelu-elukan namanya, bahkan beberapa murid perempuan hingga menjerit histeris.

Namun suasana menjadi hening, saat ia mulai bersuara.

“Selamat malam semuanya. Saya Nathan mewakili Kelas X3. Malam ini saya akan menyanyikan sebuah lagu dari Ungu, bagi teman-teman yang bisa kita nyanyi sama-sama ya.”

Mungkinkah kau tahu

Rasa cinta yang kini membara

Dan masih tersimpan

Dalam lubuk jiwa

 

Ingin kunyatakan

Lewat kata yang mesra untukmu

Namun ku tak kuasa

Untuk melakukannya

Mungkin hanya lewat lagu ini

Akan kunyatakan rasa

Cintaku padamu rinduku padamu

Tak bertepi

Mungkin hanya sebuah lagu ini

Yang selalu akan kunyanyikan

Sebagai tanda betapa aku

Inginkan kamu

(Laguku – Ungu)

 

Wah, rupanya Sang Arjuna memang selalu memukau. Dia tidak hanya tampan, suaranya pun bagus, dan dia bisa memainkan sendiri gitarnya. Sungguh, dia adalah bintang SMA ini sesungguhnya. Dia bersinar dengan ketampananan wajahnya dan suara merdunya.

Sekian menit berlalu, Nathan telah selesai dengan satu lagunya dan ia langsung turun panggung. Anehnya, dia tidak bergabung dengan teman-teman cowoknya, dia justru mencariku dan duduk di dekatku. Ahh, aku sungguh tak menyangka, Sang Arjuna kembali duduk di dekatku yang notabene hanya gadis biasa dan sederhana.

Terpopuler

Comments

Sanjani

Sanjani

semangat kita kk

2021-11-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!