"Di mana Grafit!?" tanya Clara dengan gugup melalui telepon. Ia baru saja naik taksi untuk kembali ke markas.
[Bagaimana dengan kencanmu.]
"Sekarang bukan waktunya membahas tentang hal itu! Katakan saja di mana Grafit!"
Clara langsung sadar dengan sikap temperamennya setelah melihat supir taksi meliriknya melalui kaca.
[Baiklah, baiklah. Grafit sedang menuju ke lokasi perampokan di sebuah bank. Kau tahu? Hampir semua pelakunya memiliki tato naga. Ini akan menjadi aksi pertamanya di siang hari sejak ia mengalahkan Black Samurai. Bahkan kau bisa menonton kondisi perampokan di breaking news. Keren, bukan? Polisi juga sedang tidak bisa berbuat apa-apa, terlebih lagi artis mereka sedang berkencan denganmu.]
Merasa pembicaraan semakin rahasia dan karena lirikan supir taksi tadi, Clara menutup panggilan itu dan mulai berkomunikasi melalui pesan singkat.
Bodoh, itu jebakan. Mereka sudah berencana melakukan sesuatu yang buruk pada G:0. Segera suruh Grafit kembali.
Tapi sepertinya sudah terlambat. Jonathan menyuruh Clara menyaksikan sendiri berita tentang perampokan itu yang disiarkan secara streaming di dunia maya.
Terlihat melalui siaran itu suasana di luar bank yang mencekam. Beberapa polisi sudah berada di sana, namun mereka belum mengambil tindakan apa-apa. Beberapa saat kemudian, Kapten Rian datang dan masih mengenakan pakaian yang sama saat berkencan dengan Clara tadi. Ia mengambil megafon dan mencoba mengancam. Tapi, tidak seperti saat perampokan di toko perhiasan lalu, ancaman Kapten Rian justru disambut dengan bunyi tembakan.
Wah, sepertinya kali ini kau tidak bisa berbuat apa-apa, Kapten.
Tanpa sadar Clara tersenyum senang karena kegagalan kapolsek itu.
Beberapa saat kemudian, Clara sudah turun dari taksi dan langsung menelepon Jonathan.
[Tenang saja. Siapa yang bisa menjebak G:0? Ini bukan pertama kali penjahat berpikir mereka lebih hebat dari Grafit dan lebih pintar dari kita. Tapi sampai sekarang tidak ada yang berhasil mengalahkan kita.]
"Jangan gegabah. Kita belum tahu lawan seperti apa yang sedang kita hadapi," ujar Clara yang tergesa-gesa menuju apartemennya, tempat di mana markas mereka berada.
[Kau tak perlu khawatir seperti itu. Bahkan aku sudah memberikan Grafit jargon keren yang akan dia katakan saat tiba di lokasi. 'Aku G:0 yang mengendalikan gravitasi untuk menghabisi kejahatan hingga tetes darah terakhir.']
"Norak sekali."
Mereka berhenti berbicara saat siaran yang mereka tonton menampilkan kerumunan yang mendadak heboh. Kamera menyorot sesosok berkostum hitam. Kerumunan itu pun bersorak menyambut kedatangan pahlawan mereka. Ia adalah G:0, pahlawan super Dragokarta.
Tapi bukannya langsung masuk ke bank untuk mengalahkan para perampok itu, G:0 malah berdiri menghadap kerumunan sambil mengangkat tangan.
"Aku G:0 yang suka susunya hingga tetes terakhir."
Kerumunan itu mendadak hening. Pun demikian dengan Clara dan Jonathan. Beberapa saat kemudian, Clara berkata pada rekannya itu, "Sekali lagi kau memikirkan tentang jargon, aku akan menggantungmu di balkon apartemenku."
* * *
Keadaan di dalam maupun luar bank masih mencekam. Ucapan bodoh G:0 justru membuat para warga di sana bingung dan meragukan keaslian sang pahlawan. Tapi G:0 adalah G:0. Ia tetap fokus pada tugas utamanya, yaitu menangkap penjahat.
G:0 masuk ke dalam bank tanpa rasa takut. Tentu saja, semua orang tahu kalau tubuhnya kebal terhadap senjata apa pun. Para perampok itu juga tahu. Mereka justru yang ketakutan ketika G:0 sudah masuk dan menghitung jumlah mereka dengan santai.
Salah satu perampok yang bersikap seperti pemimpin berteriak sambil mengacungkan moncong pistolnya pada G:0.
Dengan hanya menunjuk, G:0 membuat pistol itu berpuluh kali lipat bertambah berat sehingga si perampok menjatuhkannya ke lantai. G:0 melakukannya juga pada pistol perampok yang lain. Bukan hanya itu, ia juga menerbangkan para perampok sehingga mereka mengambang di udara tak berdaya. Hanya dalam waktu sedetik, ia dapat membalikkan keadaan.
Jonathan bersorak senang. Ia berpikir G:0 telah mengembalikan harga dirinya di hadapan para polisi, terutama di hadapan Kapten Rian, orang yang belakangan ini merendahkannya. Tapi tidak dengan Clara. Firasatnya mengatakan akan ada hal yang buruk terjadi.
Ketika berpikir tugasnya telah selesai dan hendak memanggil para polisi, G:0 terkejut saat salah satu sandera berdiri dan mengacungkan pistolnya. Pria berpakaian rapi itu bersiap melepaskan peluru ke arah G:0. Seperti biasa, G:0 tidak khawatir dan mengarahkan tangannya kepada pria itu dan berniat menjatuhkan pistol itu juga.
Di luar dugaan, pistol itu berhasil memuntahkan peluru. Yang lebih mengejutkan lagi adalah peluru itu berhasil menembus tangan kiri G:0.
Karena merasakan sakit yang sangat jarang ia rasakan, G:0 tidak bisa mengendalikan dirinya. Tanpa disadarinya, ia melayangkan dan menjatuhkan barang-barang di sekitarnya sehingga membahayakan orang-orang di sana. Para polisi justru mengarahkan pistol kepadanya. Anehnya, peluru-peluru dari mereka tidak menembus tubuh G:0 seperti biasanya.
Clara yang sudah berada di markas langsung menyuruh G:0 untuk tenang dan berkali-kali memberinya perintah untuk kembali ke markas.
Beberapa saat kemudian, G:0 mulai bisa mengatasi sakitnya dan segera pergi sambil memegang tangannya yang telah tertembus peluru.
Sepeninggal G:0, para polisi segera masuk ke dalam bank untuk mengamankan lokasi kejadian. Tidak ada sandera yang terluka. Namun semua perampok dan pria yang menembak G:0 sudah tidak ada di sana.
Kapten Rian masih tidak percaya dengan apa yang baru disaksikannya. Ia melihat ke sekelilingnya yang benar-benar berantakan. Baru kali ini ia melihat kekuatan G:0 secara langsung. Ia tidak pernah mendengar kekuatannya sebesar ini.
* * *
“Jangan tekan! Sakit!”
Clara memukul kepala Grafit yang meronta-ronta ketika sedang diobati. Bukannya diam, Grafit malah menangis. Wajar jika Clara emosi. Sudah cukup banyak obat luka yang tumpah karena rontaan Grafit dan sebagian mengotori baju Clara. Bahkan Grafit sudah dua kali tak sengaja menyikut Clara hingga perempuan itu jatuh terjerembab dari kursinya.
“Jika kau meronta-ronta lagi, aku akan memasukkan pensil ke lukamu ini sehingga kau akan hidup dengan pensil di tangan selamanya.”
Grafit langsung terdiam karena ancaman itu. Kemudian ia hanya bisa menahan rasa sakit ketika Clara memberikan obat dan membalut lukanya dengan perban.
“Kau yakin satu-satu benda yang bisa melukaimu hanya batu Raya?” tanya Jonathan yang sedari tadi berselancar di dunia maya mencari informasi tentang batu yang baru ia sebut.
Batu Raya adalah batu yang hanya terdapat di hutan rahasia tempat Grafit berasal. Konon benda itu adalah benda keramat yang diturunkan oleh nenek moyang kaum Miel. Hanya benda itulah yang dapat melukai kaum Miel. Ibarat Superman, batu Raya adalah Kryptonite bagi kaum Miel yang luar biasa.
Beberapa tahun yang lalu, ada seorang penyusup yang berhasil masuk ke hutan rahasia. Ia mengambil sekepal batu tersebut dan keluar dari hutan itu. Kemudian, ketika Black Samurai berseteru dengan G:0, ia menjual batu tersebut kepada Kichigai, sang pemimpin organisasi tersebut. Namun, dengan usaha luar biasa dicampur keberuntungan yang sangat sulit untuk diulang kembali, G:0 berhasil menghancurkan batu itu hingga menjadi debu ketika mereka bertarung.
“Kata guru memang demikian.”
“Aneh, seharusnya benda itu sudah tidak ada di luar hutan rahasia setelah pertempuran dengan Kichigai kau berhasil menghancurkan sisa batu yang terakhir,” gumam Clara. “Apakah ada lagi yang berhasil menyusup hutan?”
Grafit terkejut mendengar kemungkinan yang diungkapkan Clara. Ia sama sekali tak menduga kemungkinan itu, tapi bukan berarti itu mustahil. Dulu seseorang bisa masuk tanpa bantuan. Lalu Clara juga bisa masuk hutan itu karena Grafit dan sang guru membawanya karena terluka. Artinya, hutan rahasia sangat mungkin dimasuki oleh orang di luar kaum Miel.
“Aku harus kembali untuk menemui guruku. Meski sulit, bukan tidak mungkin guru mendapat masalah di sana.”
Clara mencoba menenangkan Grafit yang mulai terlihat panik. Ia tak pernah melihat Grafit seperti itu. Mungkin lukanya itu juga mempengaruhi emosinya.
"Guys, coba lihat ini," kata Jonathan sambil menunjukkan salah satu monitor pengawas.
Monitor itu sedang terhubung dengan alat penyadap yang Grafit tempel di jaket salah satu anggota komplotan tato naga kemarin. Terlihat pria itu sedang memasuki sebuah bangunan tua yang mencurigakan.
Di dalam bangunan itu sangat gelap dan berantakan. Terdengar bunyi langkahnya yang bergema. Ia menyusuri koridor yang cukup panjang dengan mengandalkan cahaya senter sebagai penerangannya. Lalu sampailah ia di depan sebuah pintu.
Ternyata pintu itu terhubung dengan ruang bawah tanah. Kontras dengan keadaan di lantai atas, ruang bawah tanah ramai dan didesain layaknya sebuah bar. Di tempat itu terlihat banyak orang memiliki tato naga di lengannya, baik itu laki-laki ataupun perempuan.
Kemudian seorang pria berjalan ke atas sebuah panggung. Ia menatap semua orang di sana dan sepertinya semua orang di sana juga menatapnya.
"Saudara-saudaraku, hari ini aku membawa sebuah kabar sukacita. Kabar yang akan membawa kita kepada sebuah era yang baru."
Layar besar di belakang pria itu menyala dan terlihat rekaman perampokan tadi sore, baik dari sudut luar atau dalam bank.
"Ah, iya. Aku ingat sekarang. Pria itulah yang menembakku."
Belum sempat Clara dan Jonathan memberikan tanggapan, video langsung masuk ke kejadian penembakan lalu sisanya bagaimana Grafit menghancurkan benda-benda di sekelilingnya.
"Lihat, G:0 tertembak! Dia bukan tak terkalahkan. Bahkan ia tidak bisa mengendalikan kekuatannya saat tertembak."
Clara dan Jonathan terkejut mendengar pria itu menyebut namanya. Kemudian pria itu merogoh kantongnya dan mengeluarkan sebuah peluru.
"G:0 memiliki kekuatan mengendalikan gravitasi sebuah benda. Tubuhnya juga dilatih sehingga jika ada sebuah benda yang menghampirinya, secara otomatis tubuhnya menghilangkan gravitasi. Hal itu yang membuatnya kebal terhadap apa pun.
"Dan melalui pemimpin Black Samurai, aku mendapatkan sebuah batu yang gravitasinya tidak bisa G:0 kendalikan. Lalu ilmuwan yang bekerja denganku berhasil membuat material yang sangat mirip dengan batu itu dan kejadian di bank sore ini membuktikan kalau material itu berhasil melukai G:0. Aku akan memberikan material ini sebuah nama, yaitu Ungravity."
Semua orang di ruangan itu bertepuk tangan. Clara, Jonathan dan Grafit tak menyangka memiliki pembenci yang sepertinya sangat cerdas dan tangguh.
"Sekarang aku, pemimpin dari kelompok Kraken, mengundang semua penjahat di seluruh dunia untuk mengalahkan G:0. Aku akan membayar mahal siapa pun yang berhasil membawa kepalanya padaku. Aku juga akan memberikan Ungravity pada kalian. Silakan kalian jadikan senjata, alat transportasi atau apa saja untuk mengalahkannya."
Tiba-tiba pria itu keluar dari jangkauan kamera penyadap itu. Demikian juga dengan suaranya. Clara, Jonathan dan Grafit sempat kecewa karena berpikir masih ada hal penting lainnya yang sepertinya perlu mereka dengar.
Tanpa mereka duga, wajah pria itu mendadak muncul dan kali ini sangat dekat. Bahkan sepertinya pria itu menyadari keberadaan kamera tersebut.
"Kau juga diundang, G:0. Aku mengundangmu untuk bertahan hidup sampai akhirnya kita punya waktu untuk bertarung."
Kemudian siaran hilang karena pria itu telah menghancurkan kameranya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments