Jonathan terlihat serius. Ia mengetuk-ngetukkan pensilnya ke atas kertas. Sudah hampir sejam ia berpikir.
"Kenapa? Ada masalah?" tanya Clara yang baru datang dari dapur dengan segelas coklat panas.
"Aku sedang memikirkan kalimat pembuka yang cocok untuk G:0. Jadi ketika dia baru datang ke lokasi kejahatan, dia akan mengucapkan sesuatu yang membuatnya semakin keren."
Clara tertawa mendengar ide konyol itu. Lalu ia bertanya superhero mana yang mengucapkan kalimat pembuka pada penjahat.
"Banyak. Superhero di tahun 90an melakukannya. Misalnya saja Jiban, dia malah mengucapkan pasal-pasal seperti kakak senior saat ospek. Atau Power Rangers yang menyebut warna kostum mereka secara bergantian. Kurasa itu sangat keren."
"Baiklah, baiklah. Aku akan setuju. Lalu, kalimat pembuka seperti apa yang akan diucapkan G:0 nanti?"
"Aku punya beberapa pilihan dan sepertinya yang ini paling keren. DENGAN KEKUATAN GRAVITASI, AKU AKAN MENGHUKUMMU. Bagaimana?"
Bibir Clara seperti tak sanggup mengeluarkan suara. Wajahnya terlihat sangat syok karena tak menyangka akan mendengar itu dari mulut Jonathan.
"Sepertinya dulu kau sangat menyukai serial Sailor Moon."
* * *
Jonathan masih memikirkan kalimat pembuka untuk G:0. Sementara itu, Grafit sedang asyik menonton film Naruto dan Clara sibuk membaca beberapa artikel dari laptopnya.
"Sial! Tidak ada berita tentang penjahat yang kita tangkap. Justru kepolisian diberitakan menangkap dua orang pembunuh bayaran bertato naga. Pasti si Ferianto itu yang menyabotase."
Grafit dan Jonathan melihat ke arah Clara yang sedang mengomel. Seperti kata Clara, kemungkinan besar kepolisian telah memanipulasi hasil penangkapan mereka pada media. Lagi-lagi demi merendahkan G:0 dan meninggikan nama mereka sendiri. Hal ini terlihat dari salah satu wawancara sebuah media pada AKP Ferianto.
"Kami telah berhasil menangkap salah satu penjahat bertato naga. Namun sejak awal kami curiga pelakunya bukan satu orang karena dari beberapa kasus pembunuhannya terdapat banyak perbedaan metode. Ada yang dilakukan dengan sangat profesional, ada juga yang dilakukan dengan sangat amatir. Untungnya, berkat bantuan salah satu warga yang identitasnya ingin dirahasiakan, kami berhasil menangkap pelaku lainnya."
"Rahasia? Sudah jelas kita menempel kartu berlambang G:0 di ikatan penjahat itu," omel Clara.
"Jika mereka benar-benar anggota sebuah organisasi, berarti akan ada kejahatan lagi yang dilakukan anggota lainnya. Jadi, kau tak usah cemas. Kita akan menangkap yang berikutnya."
Benar juga. Clara sangat setuju dengan pendapat Jonathan. Kemudian ia memeriksa jadwalnya dan berpikir sejenak.
"Kalau begitu, mulai besok kita akan ubah sedikit jadwal pengawasan kota. Kita akan bekerja 24 jam dengan menggunakan sistem shift."
"Maksudmu, kita bekerja dua belas jam secara bergantian? Aku tidak setuju. penyebab utama aku bisa bertahan dengan pekerjaan ini adalah karena bisa berduaan denganmu." Jonathan menutup mulutnya saat melihat Clara menatapnya tajam. "Ehm, dan juga karena rasa keadilanku."
"Jadi, tugasku tetap sama? Menangkap penjahat itu dan menyerahkannya ke polisi lagi?"
Clara dan Jonathan saling menatap. Benar juga, mereka tidak punya rencana lain setelah menangkap anggota lain organisasi itu. Jonathan sempat berpikir untuk menginterogasi penjahat itu, tapi Clara berpikiran logis. Interogasi tidak bisa dilakukan sembarangan dan mereka belum memiliki kualifikasi untuk itu.
"Ah, aku ada ide," ujar Clara tiba-tiba. Ia tersenyum dan merasa yakin dengan rencananya.
* * *
"Code blue, code blue," ujar Jonathan yang disambut oleh tatapan kurang senang dari Clara.
"Apa maksudnya kode itu?"
"Itu kode yang biasa di rumah sakit untuk menandakan sebuah keadaan darurat. Tapi aku masih memikirkan kode khusus untuk kita. Jadi -"
"Berhenti membahas itu dan berhenti menggunakan kode jika sedang berbicara langsung dengan kami. Jelaskan keadaan darurat yang kau maksud."
"Ada sebuah penikaman dan pelakunya memiliki tato naga di lengannya."
"Oke, Grafit. Sekarang siap beraksi. Lakukan seperti yang telah kukatakan tadi."
Grafit mengangguk dan langsung pergi. Sementara itu, Clara menghubungi rumah sakit untuk segera menjemput seorang korban penikaman. Ia tidak melapor ke polisi untuk mengulur waktu agar para polisi tidak menangkap pelakunya sekarang.
Sementara itu, Grafit sudah berada dekat dengan pelaku. Beberapa langkah lagi mereka berpapasan. Dari markas, Clara dan Jonathan memberikan arahan.
Ketika mereka sudah saling berhadapan. Baru kali ini ia dengan sengaja berhadapan dengan penjahat tanpa kostum G:0. Setelah Clara memberi kode, Grafit segera membuat kaki penjahat itu memberat sehingga tak bisa digerakkan. Kemudian Grafit yang sudah tepat di depan menabraknya seolah-olah tanpa sengaja.
"Oke, sudah terpasang dengan baik," kata Jonathan.
"Baik, Grafit. Kembali ke markas."
Grafit mengangguk dan melakukan perintah dari Clara itu. Mereka baru saja menempelkan kamera super mini ciptaan Jonathan ke jaket penjahat itu dan untuk saat ini tugas Grafit sudah selesai sampai di sana.
* * *
"Ada sesuatu yang mencurigakan?" tanya Clara ketika baru masuk ke ruangan rahasia yang menjadi markas mereka.
"Tidak ada. Ia melakukan aktivitas yang wajar. Satu hal yang menguntungkan kita adalah dia tidak mengganti jaketnya berhari-hari."
Terlihat Jonathan sudah terlihat kuyu karena sudah berjam-jam dalam beberapa hari mengawasi monitor pengawas dengan seksama.
"Baiklah kalau begitu, aku akan menggunakan rencana cadangan."
Jonathan memutar kursinya dan melihat Clara yang mengenakan gaun dan wajahnya sedikit dipoles alat-alat kosmetik. Ia menyipitkan matanya seakan mencurigai sesuatu.
"Kau mau ke mana?"
"Kencan dengan si bodoh itu. Saat ini pikiranku sangat buntu memikirkan komplotan bertato naga itu. Aku merasa kepolisian memiliki informasi penting yang kita butuhkan."
"Memangnya polisi sebodoh itu hingga mau membocorkan informasi rahasia pada warga sipil?"
"Kuncinya adalah menjadi cantik dan pura-pura tidak tertarik dengan semua perkataannya kecuali yang berkaitan dengan pekerjaannya. Niscaya dia akan menceritakan setiap detail pekerjaannya."
"Menggelikan. Itu takkan berhasil."
"Berhasil. Buktinya, aku melakukan itu padamu ketika ingin mengetahui rahasia adikmu, Joice."
Jonathan termangu ketika Clara melambaikan tangan lalu pergi meninggalkannya.
"Sejak dulu aku bingung, kenapa banyak pria yang menyukai Clara? Padahal dia tidak cantik, tidak manis dan bahkan kasar."
"Siapa bilang dia tidak cantik? Kecuali kau yang standar kecantikannya adalah karakter manga. Dan kekasarannya itu justru mengingatkan kita pada sosok ibu. Sebagian besar laki-laki, seperti apapun hidupnya, pasti lebih dekat dengan ibunya. Nah, menurut penelitian, kebanyakan laki-laki menyukai wanita yang mengingatkannya pada ibunya."
"Oh, kalau itu aku tak mengerti. Aku tak pernah punya ibu." Kata-kata Grafit itu terdengar miris, tapi ia mengatakannya dengan santai. "Lalu, kenapa dia selalu memacari pria brengsek?"
"Bukan hanya dia, tapi kebanyakan perempuan. Itu karena sifat perempuan yang terbiasa mengurus sesuatu, misalnya merapikan rumah yang berantakan, mencuci baju atau piring yang kotor, dan sebagainya. Nah, perempuan seperti itu akan melihat pria brengsek seperti rumah berantakan yang harus mereka rapikan. Sayangnya, pria brengsek tidak akan benar-benar berubah hanya karena perempuan. Pada akhirnya, pria baik-baik seperti kita yang menderita."
"Kupikir dia tidak mau denganmu hanya karena kau aneh dan tidak tampan saja."
Grafit pergi meninggalkan Jonathan yang terluka karena perkataannya. Ia memegang dadanya yang terasa sakit dengan wajah meringis.
* * *
Tidak seperti sebelumnya, hari ini Clara dan Kapten Ferianto berkencan di warung bakso di pinggir jalan. Tidak ada gedung besar, tidak ada furnitur mewah, tidak ada pelayan berpakaian rapi dan tidak ada makanan yang harganya tidak ada seharga lima digit.
Clara mengomel dalam hati. Seandainya tahu kali ini akan kencan di tempat ini, ia tak perlu mengeluarkan gaun ketiga terbaiknya.
"Aku lihat di kencan kemarin kau tidak menikmatinya. Jadi, aku membawa ke tempat yang berbeda."
"Tidak masalah. Toh ini akan menjadi kencan terakhir kita. Aku tidak tertarik untuk melanjutkan hubungan kita. Kau bukan tipeku."
"Memangnya, tipemu seperti apa?"
"Tentu kau mengetahuinya. Pria seperti G:0. Tadi aku melihatnya sedang mengejar seorang pria yang memiliki tato naga di tangannya. Sepertinya ia akan menangkap komplotan itu lebih dulu dari polisi."
"Pria dengan tato naga? Di mana?" Intonasi bicara Ferianto meninggi.
"Memangnya kenapa? Bukankah tato naga itu umum?"
"Katakan, di mana kau melihat G:0 mengejar pria bertato naga itu?"
"Aku takkan mengatakannya jika kau tidak memberitahu alasan aku harus mengatakannya."
Pria yang memiliki nama panggilan Rian itu berpikir dan memasang raut wajah penuh keraguan. Clara menatapnya seperti seorang pemburu yang menunggu mangsanya masuk ke perangkap.
"Baiklah, aku akan memberitahu asal kau berjanji takkan menceritakannya pada siapa pun." Clara mengangguk tanda setuju dengan tawaran Rian. "Kami telah menginterogasi dua pria bertato naga yang telah kami tangkap kemarin. Mereka mengaku tidak pernah melihat wajah pimpinan mereka karena selalu mengenakan topeng. Tapi mereka mengatakan beberapa rencana organisasi mereka, salah satunya adalah menjebak dan membunuh G:0 karena dianggap sebagai ancaman utama organisasi itu."
Sontak Clara terkejut mendengarnya. Ia langsung terpikir pada Grafit. Ia sama sekali tidak menyangka bahwa G:0 adalah target organisasi itu. Artinya, Grafit a.k.a G:0 sedang dalam bahaya.
Tiba-tiba Clara berdiri dari kursinya dan segera berlari pergi, meninggalkan Kapten Rian yang kebingungan saat menerima pesanan mereka yang baru datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments