DORRR!!!
Terdengar sebuah suara tembakan dari arah toko perhiasan. Puluhan orang berkerumun melihat sebuah perampokan dan penyanderaan dari seberang toko. Meski khawatir dengan bahaya yang terjadi, rasa penasaran memaksa mereka untuk tidak meninggalkan lokasi terlalu jauh.
Dari balik jendela kaca terlihat dua orang bertopeng sedang menodongkan pistol mereka, salah satu ke arah dua orang polisi yang kebetulan sedang berpatroli di lingkungan itu dan sedang menodongkan pistol juga, satu lagi ke leher seorang wanita.
Ada satu alasan kenapa warga tidak perlu terlalu khawatir. Seperti biasa, pahlawan mereka akan datang. Bunyi tembakan adalah sebuah panggilan yang cukup kuat untuk mendatangkan sang pahlawan.
Benar saja, tak lama kemudian sosok berkostum hitam datang seakan dari langit dan mendarat tepat di depan polisi yang sedang menodongkan pistol. Semua orang tahu jika pahlawan yang mereka panggil G:0 itu kebal terhadap apa saja, termasuk peluru. Ia juga bahkan bisa menggugurkan peluru, pistol bahkan si penjahat sebelum peluru itu mengenai tubuhnya.
G:0 berjalan mendekati para penjahat itu. Saat ini justru si pemilik senjata yang gugup. Mereka juga tahu seperti apa kemampuan G:0. Bahkan saat ini mereka tidak lagi merasakan jari yang mereka gunakan untuk menarik pelatuk. Sudah pasti, ini adalah perbuatan G:0.
Tiba-tiba langkah G:0 terhenti. Ia melihat seekor anjing sedang kesakitan. Tubuhnya bersimbah darah. Ternyata tembakan tadi telah mengenai makhluk berbulu putih itu.
Tanpa diduga, G:0 jongkok di depan binatang itu dan mulai menangis. Kemudian ia menjerit, "KURAMA!!!"
Nun jauh dari sana, tepatnya di markas, Clara dan Jonathan bingung, seperti para warga yang sedang melihat seorang pahlawan super menangis.
"Kurama? Apa itu?" tanya Clara.
"Oh, Kurama si Kyuubi adalah bijuu Naruto. Jadi di episode terbaru Naruto kemarin, Kurama meninggal karena telah membakar semua chakranya untuk memberikan akses kekuatan baru bernama Baryon Mode kepada Naruto saat melawan Isshiki Otsotsuki. Jadi kemarin adalah hari duka bagi para pecinta Naruto."
Tanpa Jonathan duga, Clara memukul kepalanya dengan kertas koran. "Sudah kubilang, jangan pengaruhi dia kartun bodohmu itu. Sekarang Grafit harus mengalami hal sekonyol ini, saat bertugas pula."
"Anime bukan kartun biasa, apalagi kartun bodoh," lawan Jonathan sambil mengelus kepalanya. "Lalu bagaimana dengan yang kau dan KPop-mu lakukan padanya beberapa bulan yang lalu? Ia jadi depresi karena sebuah girlgroup bubar."
"Aku Kdrama Lover, jadi bukan aku yang memberi pengaruh. Dia menyukai GFriend karena tak sengaja menontonnya. Dan sekarang dia bahagia karena ada Viviz."
"Ya sudah, aku minta maaf. Aku akan berusaha membuatnya mengurangi nonton anime. Tapi kau tahu sendiri bagaimana Grafit. Jika dia menyukai sesuatu, dia tak pernah setengah-setengah. Dia pasti akan -"
"Diam dulu! Kenapa ada banyak orang datang?"
Kembali ke lokasi perampokan dan penyanderaan. Sementara G:0 sedang meratapi anjing yang tertembak, tiba-tiba sebuah pasukan berjumlah sekitar sepuluh orang turun dari mobil besar yang baru datang. Pasukan itu segera berpencar dan mengarahkan pistol mereka ke arah kedua perampok.
Seorang pria berbadan kekar turun dari mobil itu paling terakhir dengan gaya cuek. Dia membawa megafon dan segera meneriaki para penjahat itu.
"Brengsek, kalian sudah dikepung. Saat ini nyawa kalian ada di tangan kami. Aku hanya akan memberi kalian sepuluh detik. Jika kalian tidak mau mendengar, kalian akan mati. Jika kalian berbuat macam-macam pada sandera, kalian akan mati. Jika kalian mencoba melawan, pasti kalian sudah tahu kelanjutannya."
Baru saja pria itu menyebut angka dua, para perampok sudah menyerah. Mereka melempar pistol yang sejak tadi mereka genggam dan mengangkat tangan. Beberapa anggota langsung menyergap dan membawa mereka ke mobil besar.
G:0 yang masih jongkok hanya melongo melihat apa yang sedang terjadi. Pria itu tertawa terbahak-bahak.
"Sudah kuduga, kota itu sama sekali tidak membutuhkan pahlawan super seperti G:0. Kami para polisi sudah lebih dari cukup. Sekarang tangkap pria pembuat onar itu," ujar pria tersebut sambil menunjuk ke arah G:0.
Melihat dirinya terancam, G:0 memperbesar gravitasi di sekitarnya sehingga para anggota pasukan yang hendak meringkusnya terjatuh dan seakan menempel ke tanah. Saat itu juga G:0 terbang melayang lalu menghilang.
* * *
Grafit termenung sambil memandang sikat dan pasta gigi di genggaman tangannya. Jonathan yang kebetulan lewat kamar mandi melihat kelakuan Grafit yang aneh itu.
"Sedang apa?" tanya Jonathan.
"Aku lupa apakah sudah sikat gigi atau belum. Samar-samar yang kuingat sudah, tapi aku takut yang kuingat itu adalah yang kemarin. Bagaimana ini?"
"Ya sudah, sikat gigi saja. Kalau memang sudah, tidak masalah kau sikat gigi dua kali."
"Ah, benar juga."
Jonathan melanjutkan perjalanannya ke ruang tamu. Ia melihat Clara yang sedang serius menatap laptopnya.
"Namanya AKP Ferianto. Dia adalah Kapolsek baru. Umurnya masih sangat mudah untuk pangkat dan jabatan tersebut. Hal ini dikarenakan dia sering memecahkan kasus besar sehingga kenaikan pangkatnya sangat cepat. Dan tentu saja ada campur tangan bapaknya yang seorang inspektur jenderal polisi."
Clara menjelaskan tentang polisi cuek yang mengganggu operasi mereka tempo hari. Jonathan menyimak sambil mengunyah keripik yang baru ia bawa dari dapur.
"Sepertinya dia polisi yang hebat," puji Jonathan.
"Hebat? Tidak ada polisi yang hebat. Dia bisa bertindak sok jago seperti sekarang karena tidak ada lagi geng menyeramkan seperti Black Samurai di kota ini. Kalau tidak ada kita, dia hanya polisi pengecut yang membiarkan jalanan kota ini dikuasai oleh para penjahat. Tapi beraninya dia menghina G:0."
Jonathan tidak berani berkomentar lagi. Ia hanya mengangguk-angguk tanda menyetujui semua perkataan Clara. Jika ia sedikit salah bicara, Clara pasti akan mengamuk dan menjabarkan argumen-argumen yang tidak dibutuhkan.
"Kau tidak ke sekolah?" Jonathan berusaha mengakhiri pembicaraan mereka.
"Ah, aku benci ke sekolah. Aku benci pekerjaanku itu," ujar Clara seraya memasrahkan tubuhnya ke sandaran kursi.
"Bilang saja kau hanya membenci kepala sekolahmu dan seorang penjilatnya."
Sejak dirinya difitnah Axxa Tabitha, desainer mentor sekaligus bosnya dulu, ia kesulitan mendapatkan pekerjaan di bidang fashion. Dengan sangat terpaksa, ia harus menerima pekerjaan sebagai guru TK milik mamanya sesuai dengan janjinya pada sang mama jika ia gagal di dunia fashion.
"Kenapa tidak kau bilang saja kalau kau anak pemilik sekolah? Mereka pasti bertekuk lutut di hadapanmu."
"Aku tidak mau dianggap bekerja di sana karena nepotisme. Pada kenyataannya aku mengikuti tes dengan adil dan lolos."
"Yang benar saja? Lulusan fashion Design diterima menjadi guru TK?"
"Kuberitahu kau sebuah rahasia, beberapa sekolah swasta lebih suka menerima guru yang fasih berbahasa asing, sarjana apapun itu, daripada guru yang benar-benar sarjana dari jurusan pendidikan. Dan mereka lebih suka dengan guru muda yang punya semangat tinggi namun bergaji rendah dan bisa diatur daripada guru berpengalaman," ungkap Clara dengan nada rendah hampir berbisik. "Ya sudah, aku berangkat dulu ke nerakaku sekarang. Aku sedang malas meladeni sindiran mereka karena keterlambatanku."
Beberapa waktu kemudian, Clara sudah sampai di depan gerbang sekolah. Ia bingung melihat teman-temannya sedang sibuk memasang berbagai hiasan dan spanduk selamat datang.
"Ada apa?"
Ternyata sekolah akan kedatangan tamu khusus dari instansi pemerintah. Mereka belum tahu dari instansi yang mana, hanya saja kepala sekolah memberi perintah untuk bersiap-siap.
Ketika waktu sudah menunjukkan pukul delapan, sang tamu misterius belum datang. Pembelajaran pun dimulai seperti biasa. Kepala sekolah yang biasa dipanggil pak Dodo itu masuk ke kelas Clara pukul sepuluh. Ia menyapa para siswa dengan ramah.
"Anak-anak, hari ini kita kedatangan tamu istimewa. Dia adalah pahlawan kita dan anak-anak pasti sudah pernah melihatnya di televisi."
Jantung Clara mendadak berdetak kencang. Di pikirannya terlintas nama G:0. Bukan tidak mungkin Jonathan melakukan tindakan konyol di belakangnya. Jika benar, ia sangat tidak menyukainya.
"Halo, anak-anak."
Sontak seisi kelas bersorak dan bertepuk tangan ketika melihat seorang pria masuk ke kelas dan menyapa mereka. Bukan G:0. Dia adalah pria yang baru ia selidiki pagi ini.
"Perkenalkan, nama paman adalah Ferianto. Mungkin kalau di televisi paman sering dipanggil Kapten. Bukan Kapten Feri, bukan Kapten Anto, tapi Kapten Rian. Kebetulan wajah paman seperti Kapten Ri. Ayo, siapa di sini yang pernah lihat paman?"
Hampir semua anak menunjukkan tangan mereka sambil berteriak, "Aku."
Sementara itu, Clara masih melongo seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 112 Episodes
Comments