Bab5. Sekretaris Menyebalkan.
**
Waktu bergulir begitu cepat, kehampaan ketika Nita terbangun dari mimpinya semalam, membuat dia lelah sendiri dengan hatinya. Ketika membuka kelopak matanya dia hanya bisa tersenyum sinis. Mengingat disamping ranjannya tidak ada sosok suami.
Keinginan Nita begitu sederhana. Dia hanya ingin ketika terbangun di suguhkan dengan wajah tampan suaminya. Namun, apa yang diinginkannya hanya menjadi angan-angan yang mungkin tidak akan menjadi kenyataan.
Nita mencoba mengecek ponselnya. Ia ingin tahu apakah suaminya mengabari dirinya kapan ia akan pulang. Namun, tidak ada sama sekali, ponselnya bersih tanpa adanya notifikasi. Tidak pentingkah dirinya bagi Krisna, hingga lelaki itu melupakan Nita.
Dia memeluk lututnya dengan tatapan menyedihkan. Airmata kembali merembas kepermukaan wajahnya.
"Nona! Anda baik-baik saja!" Teriak Ari dari luar. Sekretaris Krisna mencoba mengecek apakah istri pertama majikannya itu aman. Ia takut jika Nita melakukan hal konyol, mengingat dia kini tengah dilanda setres. Ari yakin wanita itu pasti tengah menangis di dalam sana. Meskipun di hadapan orang ia selalu tersenyum dan mengatakan jika dirinya baik-baik saja.
"Saya baik, Sekretaris Ari. Sebentar lagi saya akan keluar!" Seru Nita dari dalam. Ari bernapas lega, pasalnya Nita baik-baik saja. Meskipun ia sedikit merasa simpati mendengar Nita dengan suara yang bergetar.
Mbak Ana yang khawatir pun ikut merasakan pilu dengan keadaan Nita majikannya.
"Ahh, saya lega Nona baik-baik saja, semoga Nona semakin sekuat baja hatinya," gumam Mbak Ana. Ia memegangi dadanya. Lalu beranjak pergi dari depan pintu kamar Nita.
"Dia pun memikirkan hal yang sama seperti saya. Apakah wanita akan melukai dirinya sendiri jika dia sedang terluka? Saya kira itu terlalu konyol. Memangnya di dunia tidak ada lelaki lain selain dia yang dia cintai. Hmm, memang para wanita membuat kami para pria terheran-heran. Makanya saya malas untuk mencari pendamping," ungkap Ari. Ia pun ikut mengekori mbak Ana yang akan keruang makan.
Ketika Ari sudah sampai di ruang makan. Ia langsung mendudukan bokongnya di kursi. Sedangkan mbak Ana menanyakan ingin dibuatkan apa. Ari meminta air putih, mbak Ana pun menyuguhkannya pada Ari.
"Apakah semalam terdengar suara-suara aneh Mbak?" tanya Ari ketika ia telah menengguk air putihnya.
"Tidak, Tuan. Sepertinya Nona langsung tidur. Saya juga beberapa kali datang ke kamarnya, takut terjadi sesuatu dengannya. Nona wanita kuat saya yakin dia tidak akan melakukan hal yang akan melukai dirinya sendiri." Mbak Ana pun kembali berkutat dengan masakannya.
Ari menunggu Nita lima belas menit lamanya. Namun, batang hidungnya belum juga terlihat.
"Apa dia menenggelamkan dirinya di bathtub!" Ari panik sendiri ketika Nita belum juga datang.
Baru saja Ari membalikan badannya untuk menuju kamar Nita. Orang itu sudah berada dibelakangnya.
"Kenapa Sekretaris Ari, anda seperti melihat hantu saja," ujar Nita. Ia pun mendudukan bokongnya di kursi.
"Tumben kemari, ada apa?" tanya Nita, ia mengerutkan keningnya merasa aneh dengan kedatangannya.
"Saya hanya memastikan jika anda baik-baik saja. Selebihnya saya hanya menjalankan tugas yang telah diamanatkan Tuan Krisna pada saya," jawab Ari memberikan pengertian pada Nita.
Nita tekekeh dengan lontaran sekretaris suaminya itu. Dia menggelengkan kepalanya dengan sikap berlebihan yang Krisna berikan padanya. Wanita itu paham dibalik datangnya Ari kerumahnya. Krisna pasti takut Nita berbuat yang tidak diinginkan.
"Padahal saya masih waras! Saya mengizinkannya dengan sukarela mana mungkin saya bertindak hal bod*h," tandas Nita dengan tawa kecilnya.
"Syukurlah jika anda terlihat baik-baik saja. Namun, tidak dengan keadaan hati anda. Semoga hari-hari anda bahagia Nona. Saya pamit undur diri, permisi." Ari beranjak berdiri lalu membungkukkan badannya dan berlalu pergi dari hadapan Nita.
"Ya Tuhan, para lelaki itu sungguh membuatku ingin tertawa terpingkal-pingkal. Mana ada bisa begitu, melakukan hal konyol karena kecewa." Nita tertawa dengan lepas ketika mendengar penuturan Ari.
Mbak Ana yang melihat majikannya tertawa pun ikut bahagia. Semoga saja Nona mudanya itu benar-benar bahagia, termasuk masalah hatinya.
***
Sudah satu Minggu berlalu tidak kunjung mendapat kabar membuat Nita khawatir. Ia mengambil ponselnya untuk menelepon Krisna. Tetapi ia mengurungkan niatnya mengingat dia yakin mereka tengah melakukan perjalanan yang indah. Honeymoon mereka pasti akan bahagia tidak seperti dirinya.
Di saat malam pertama pun suaminya itu tidak berniat untuk satu kamar dengannya. Bahkan Krisna memilih berteman dalam pernikahan ini.
Nita tahu jika suaminya pergi pun dengan istirnya. Namun, wanita itu takut jika Krisna tidak diurus dengan baik oleh madunya itu. Ia tahu betul labilnya seusia kasih yang masih berusia 25 tahun.
"Aku hanya takut jika dia tidak bisa mengurusmu Kris," rintih Nita dengan embusan napas yang ia keluarkan dengan kasar.
Berulang kali Nita menekan kontak suaminya ingin dia hubungi. Tetapi kembali meragu dia takut jika hanya akan menjadi pengganggu, sama seperti dulu ketika dia datang malam-malam ke hotel pasangan pengantin baru itu. Di sana dia disambut dengann sindiran yang memang kenyataannya benar.
"Apa Krisna memberitahukan semuanya pada dia. Mengapa dia memberitahukan semuanya?! Aku pasti begitu menyedihkan di mata orang lain,"
Akhirnya Nita memilih menyimpan ponselnya untuk merebahkan tubuhnya di ranjang. Ia menatap Langit-langit rumah dengan tatapan kosong. Sekosong hatinya saat ini. Di mana hatinya yang terbelah belum menyatu utuh dengan hatinya.
Baru saja mata itu akan tertutup ketukan pintu, membuatnya mau tidak mau harus terbangun dan membukanya.
"Sebentar! aku akan kesana!" Teriak Nita memberitahukan pada orang yang telah mengetuk pintunya. Meskipun ia tidak tahu siapa yang berani malam-malam mengganggu istirahatnya.
Ketika Nita membuka pintunya. Ia menyipitkan matanya karena Ari datang malam-malam dan mengganggu istirahatnya.
"Ada apa malam-malam--"
"Saya hanya memastikan saja Nona. Jangan berpikiran yang tidak-tidak. Seperti yang sudah anda ketahui, ketika Tuan Krisna pergi anda menjadi tanggungjawab saya," tandas Ari. Ia membungkukkan badannya. Nita hanya menggeleng ketika ia mendengar lontaran dari sekretaris suaminya itu.
Nita melipat tangannya di dada dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.
"Sudah saya bilang. Saya baik-baik saja. Anda bisa menghubungi Mbak Ana," titah Nita pada Ari.
"Tidak bisa, saya harus melihatnya sendiri. Keselamatan anda nomor satu!" Tungkas Ari.
"Anda sudah lihat kan saya baik-baik saja. Apa anda juga akan bermalam di sini supaya bisa menjaga saya 24 jam!" Seru Nita memperlihatkan bahwa dia tidak merasa nyaman.
"Baiklah Nona. Saya pamit pulang, semoga hari-hari anda menyenangkan begitu juga hati anda," pamit Ari ia pun pergi setelah mendapat ucapan telak dari istri majikannya.
Nita menggerutu ketika mendengar ucapan dari Ari. Selalu saja kalimat terakhirnya berupa sindiran bernada semoga hati anda bahagia.
***
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Fatma ismail
bener menjengkelkan emang si Ari in,
2022-11-13
0
Marlida Yusuf
sedih bacanya.apa yg ditunggu Nita pergi aja kan tidak ada anak
2022-06-29
0
Widya Iskandar
sudah cukup,lukamu terlalu dlm Nita,tinggalkanlah tuk pa ge mempertahankan rmh tanggamu
mungkin low q diposisimu Uda kutingglkn, kecuali da ank,mk kupertahankn rmh tgga demi ank
2022-06-01
0