Bab3. Aku Dan Dia.
***
Sepanjang hari Nita hanya bisa menangis di taman belakang rumah. Setelah permintaan izin ia berikan, Krisna hari ini menggelar resepsi pernikahan keduanya. Krisna bahkan meminta Nita untuk datang. Namun, hatinya tidak kuat jika harus bertemu madunya dan menjadi saksi pernikahan suaminya.
"Apa dia tidak memikirkan perasaanku, aku harus menjadi saksi pernikahan kedua suamiku," rintih Nita dengan mengusap airmatanya secara kasar.
Dadanya selalu sesak setelah menikah dengan Krisna. Dunianya tidak seindah dulu, ia mengira Krisna akan tetap menjadikan Nita satu-satunya istri meskipun mereka tidak saling mencintai. Nita pun selalu berpikir positif jika suaminya akan berusaha mencintainya. Namun, semua pikiran itu salah. Yang ada Krisna memilih jalan pintas untuk menikahi wanita lain.
Bahkan dengan polosnya Krisna mengirimi Nita potret prosesi pernikahan mereka.
["Nita aku sudah memberitahukan pada Kasih, jika dia menjadi yang kedua. Dan dia pun tidak keberatan.] Pesan yang dikirimi Krisna.
Hancur sehancurnya, bisakah dia tidak memberitahu apa-apa tentang masalah pernikahan mereka. Itu sungguh melukai hati Nita.
"Nona," panggil Mbak Ana dengan tergopoh-gopoh. Ia juga memberikan pesan untuk Nita dari sekretaris Krisna.
["Mbak, tolong beritahu Tata, sekretaris saya akan datang menjemput.]
Nita hanya meneteskan airmata kala membaca pesan singkat itu. Mbak Ana yang tidak tahu apa-apa ikut bersedih di saat majikannya tengah murung pagi ini. Di saat dia kemarin masuk ke rumah ini tidak ia temukan kebahagiaan di raut wajah majikannya.
Pepatah orangtua mengatakan kuncinya rumah harmonis terdapat pada istri, dan juga ibu yang bahagia. Namun, keluarga ini nampaknya hambar dan tidak ada cinta di dalamnya.
"Nona," panggil Mbak Ana lagi dengan mencoba mendekati majikannya. Meskipun itu lancang, tapi ia ingin bisa menghibur majikannya.
"Suamiku sedang menggelar pernikahan keduanya, Mbak. Bagaimana dia bisa memintaku untuk tetap hadir kesana," lirih Nita sudah tidak bisa menutupi segalanya.
"Ya Tuhan, pantas saja Nona bersedih," gumam Mbak Ana.
"Ya sudah, Mbak. Aku siap-siap dulu," pamit Nita sudah berdiri.
"Tapi Nona, jika tidak sanggup jangan datang. Itu hanya akan membuat semakin patah hati anda," saran Mbak Ana.
"Aku sudah kebal dengan kesakitan, Mbak," sahut Nita.
***
Kini mereka sedang dalam perjalanan menuju tempat resepsi pernikahan. Nita memandangi pohon yang berjajar ketika kendaraan roda empat itu melewatinya. Senyuman di bibirnya bahkan tidak terlihat. Bibir manis itu hanya terkatup rapat dengan gincu yang merah menyala.
Pintu mobil dibukakan oleh sekretaris Ari ia membungkukkan badannya seraya mengekori Nita dibelakangnya.
Karena selalu mengulur waktu Nita datang terlambat. Dimana di sana pesta telah selesai mengingat ia datang larut malam. Nita bahkan mendatangi hotel yang terdapat pasangan pengantin di malam pertamanya.
Nita memencet bel berulang kali untuk memaksa pengantin baru itu membukanya.
"Tata," ucap Krisna. Ia bahkan kini tengah bertelanjang dada.
"Keluarlah dulu, Ri," titah Krisna. Lelaki itu menurut dan pamit undur diri.
"Kasih, tamu yang kamu tunggu baru datang!" Teriak Krisna.
Wanita muda itu keluar dengan memakai pakaian kimononya. Kasih mengulurkan tangannya. Nita pun membalas uluran tangannya.
'Elegan, cantik apa yang kurang dari Nyonya ini, hingga mas Krisna lebih memilih menikahiku,' batin Kasih.
"Apa aku mengganggu malam pertama kalian?" tanya Nita dengan suara yang bergetar. Airmatanya jatuh juga ketika melihat pasangan itu.
Krisna mengusap airmata Nita dengan telapak tangannya. Ia juga mengedipkan mata kearah Kasih, agar ia masuk kedalam lagi.
"Aku bahagia melihat kamu bahagia dengan istrimu," lirih Nita dengan menundukkan kepalanya.
Bukannya kedalam Kasih malah memberikan air minum untuk Nita. Ia juga ikut duduk disamping Krisna dengan bergelayut manja di lengan Krisna. Ia juga sengaja menyibak kain kimononya dan memperlihatkan kain lingeri terlihat oleh Nita.
"Terima kasih untuk ucapannya Mbak, semoga kedepannya Mbak bisa bersikap baik, dan ramah pada madunya. Tenang saja aku tidak sejahat madu yang ada di TV-TV," kelakar Kasih ikut menimpali perbincangan mereka.
"Tenang saja Mbak Nita, Mas Ilham nanti akan berusaha agar kamu dan dia tidak berpisah. Tetapi dia akan tetap menjagamu. Agar pernikahan tanpa cinta kalian tidak cepat berakhir," terang Kasih. Membuat Krisna menariknya kedalam kamar agar dia tidak berbicara lagi yang akan membuat Nita merasa dicampakkan.
"Tolong jangan dengarkan dia Tata. Kamu tahu dia masih muda dan labil, umurnya baru 25 tahun. Mohon dimaklumi," ucap Krisna merasa tidak enak hati.
"Masih muda juga ya, pantas saja kamu tergila-gila padanya. Berbeda denganku yang sudah kepala tiga." Nita terkekeh dengan mengusap airmatanya yang lagi-lagi terjatuh.
"Yasudah aku pulang, ini kado untuk kalian. Semoga suka." Nita pun memberikan kado itu dan berpamitan pada Krisna.
Krisna mengantarkan Nita sampai di depan pintu. Ia juga memanggil Ari sekretaris-nya yang merangkak menjadi supir pribadi. Dia akan siaga datang ketika Krisna membutuhkannya seperti halnya saat ini.
"Tolong jaga istri pertamaku ini!" Tegas Krisna membuat Nita merasa dihargai dan berarti. Ia menjaganya begitu ketat, tetapi lelaki itu menduakannya.
Belum juga Nita dan Ari pulang, Kasih sudah keluar dengan bergelayut manja lagi dilengan Krisna.
"Mas aku ngantuk, mau digendong ya kalau mau ke kamar," pinta Kasih yang masih bisa di dengar oleh Nita.
Nita pun mengerjap dan tersadar ketika ia terus memperhatikan lengan Krisna yang diapit itu tanpa mendapat penolakan.
"Ah, aku pulang. Maaf ya terlalu malam. Hingga membuat malam pertama kalian terganggu. Aku pamit, semoga secepatnya diberi momongan." Nita pun melangkahkan kaki jenjang untuk pergi dihadapan pasangan pengantin baru itu.
Matanya Kembali berembun ketika ia ingat bagaimana manjanya madunya itu pada suaminya. Sedangkan dia hanya menatap matanya saja ia segan apalagi sampai bergelayut seperti itu.
***
Seperti biasa disepanjang perjalanan bibir Nita hanya terkatup tanpa memprotes, tanpa mengumpati apapun tentang istri kedua suaminya itu. Krisna bahkan sempat-sempatnya bertanya pada Ari. Dan ingin tahu tanggapan Nita terhadap Kasih.
["Apa Tata, berkata sesuatu tentang istriku, Ri?"] pesan singkat yang dikirim pada sekretaris nya itu.
"Yeelah, sedang kuda-kudaan aja masih memikirkan Nona Nita. Kenapa juga dia harus menikah lagi," gumam Ari. Tak ayal dia juga membalasnya. Bisa potong gaji jika dia tidak memberitahukan apa yang bos-nya tanyakan.
["Di saat masuk mobil sampai sekarang dia sama sekali tidak mengucapkan sepatah kata pun, Tuan,"] balas Ari.
["Coba kamu tanyakan, atau coba pancing dia. Bagaimana tanggapannya,"] Krisna masih penasaran tentang tanggapan istri pertamanya.
"Nona," panggil Ari, ia masih focus menyetir. Dan Nita masih memandangi jalanan yang ia lewati.
"Iya," jawabnya singkat.
"Menurut Nona bagaimana tanggapan Nona, tentang istri kedua, Tuan?" tanya Ari pada Nita.
***
-Bersambung-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 161 Episodes
Comments
Soraya
maksudnya apa Krisna bertanya seperti itu
2024-03-31
0
Yuli Ana
suami model kya gini,bagusnya kebiri jha
2023-05-10
0
Sya'wanah
ada ya, manusia senyebelin kayak Krisna.
kl ada, minta 2 aja DECH buat tak jadiin patung lilin d DPN pintu masuk
2023-01-05
1