Suara deru mobil yang begitu halus dan sangat familiar di telinga para mahasiswa/i membuat para gadis mulai berlarian keluar kelas. Bahkan ada yang sengaja duduk di dekat parkiran hanya untuk melihat pemandangan yang begitu indah bagi mereka. Reyhan keluar dari dalam mobil, kakinya mulai menapaki halaman kampus, dan bersamaan dengan itu terdengar suara-suara teriakan dari para mahasiswi yang menyaksikannya. Hiruk piruk kampus bukan hal asing lagi bagi Reyhan. Semenjak ia memilih untuk menjadi dosen dan mengajar di kampus, maka inilah resiko yang akan ia dapatkan. Apalagi memang usianya yang masih tergolong muda, menjadi incaran bagi mahasiswi di kampus itu.
”Selamatkan aku dari ketampanan Pak Reyhan!”
“Kenapa wajahnya begitu indah untuk di pandang”
“Aku ingin menjadi pacarnya walaupun cuma sehari”
“Cuaca pagi ini begitu dingin, tapi melihat wajah Pak Reyhan menjadi sangat hangat”
“Hah! Beruntungnya wanita yang mendapatkan Pak Reyhan”
“Jantungku tidak lagi aman”
Reyhan melihat arloji di pergelangan tangannya, pukul 07:30 WIB, sudah waktunya ia mengajar. Pagi ini ia menggantikan salah satu dosen untuk mengajar, dosen yang berhalangan untuk datang ke kampus. Kebetulan dosen itu memiliki mata kuliah yang sama dengan Reyhan, jadi dia meminta Reyhan untuk menggantikannya. Ia berjalan menuju salah satu kelas di lantai atas, langkah kakinya tidak lepas dari sorotan para mahasiswi. Senyum mengembang para mahasiswi menyambut Reyhan yang tengah melewati mereka. Seketika 5S (senyum, salam, sapa, sopan dan santun) mereka gunakan untuk menyambut Reyhan. Tapi sekeras apapun usaha mereka untuk menyapa Reyhan, namun wajah dingin Reyhan lah yang terlihat.
Reyhan dikenal dengan dosen berwajah tampan namun sedingin es. Ia tidak sembarangan memberikan senyuman pada orang lain. Berbeda dengan dosen-dosen muda lainnya yang murah senyum dan baik hati, Reyhan merupakan salah stau dosen killer di kampus itu. Namun anehnya, sekiller apapun Reyhan, para mahasiswi tetap menyukainya, memujanya, dan selalu menepar senyum manis untuk Reyhan. Hanya para mahasiswa saja yang tidak pernah memebrikan senyuman pada Reyhan. Mereka menganggap Reyhan sebagai musuh, karena merebut banyak hati gadis-gadis di kampus itu.
“Assalamua’alaikum.” sapa Reyhan pada mahasiswa/i di kelas yang ia masuki.
“Wa,alaikumsalam Pak.” jawab mereka.
“Saya disini untuk menggantikan Pak Jono dalam mengajar kalian.” ucap Reyhan membuka suara.
“Iya Pak.”
“Apa cuma segini anggota kelas kalian? 15 orang?” tanya Reyhan dengan menatap tajam setiap mahasiwa/i di dalam kelas tersebut.
“Tidak Pak, kami ada 34 orang.” Jawab sang Komti kelas.
“Kemana yang lain? Apa seperti ini yang kalian lakukan sebagai mahaiswa!” ucap Reyhan dengan suara yang begitu dingin.
Para mahasiswa/i hanya bisa diam, bingung akan menjawab apa. Rumor yang mereka dengar tentang kejamnya Reyhan kini dapat mereka rasakan.
“Kamu.” tunjuk Reyhan pada salah satu mahasiswa paling depan. “Tutup dan kunci pintunya, saya tidak menerima mahasiswa yang terlambat, apapun alasannya!” ucap Reyhan memberi perintah..
“Baik Pak.” Mahasiswa tersebut langsung menutup pintu dengan cepat takut Reyhan semakin marah.
“Saya tidak mau hal seperti ini terulang kembali! Baik ketika jam mata kuliah saya maupun dengan dosen-dosen lainnya! Disini yang membutuhkan adalah kalian, jadi berperilakulah dengan baik jika tidak ingin mendapat masalah ketika kuliah, apalagi di dalam kelas saya!” ucap Reyhan dengan suara yang menggelegar.
“Apa yang kalian butuhkan? Nilai? Ijazah? Ilmu, atau hanya sekedar bermain-main saja dengan menghamburkan uang orang tua kalian? Tidak peduli seberapa kaya kalian, atau seberapa terkenalnya kalian, jika tidak bisa menghormati seorang guru/dosen maka jangan harap kalian bisa mendapatkan apa yang kalian inginkan. Disini saya yang menentukan bagaimana kelanjutan nilai kalian, lulus atau tidaknya dalam mata kuliah saya, jadi jaga tingkah laku kalian jika tidak ingin terkena masalah!” lanjut Reyhan dengan suara tegas.
Para mahasiswa hanya bisa menjawab “Iya Pak” demi keselamatan bersama. Di luar kelas terlihat ada banyak mahasiswa/i dengan wajah takut dan khawatir ketika mendapati diri mereka terkunci dan tidak bisa masuk ke dalam kelas. Apalagi ketika mereka lihat dari kaca pintu dosen yang mengajar mereka bukan pak Joko melainkan Reyhan, dosen killer yang mereka takuti.
Kelas berjalan dengan lancar. Waktu 3 jam begitu singkat bagi Reyhan, namun terasa sangat lama bagi para mahasiswa/i yang sedang tertekan dengan keadaan. Sebenarnya belajar dengan Reyhan sangatlah mengasyikkkan, mereka di tuntut untuk lebih aktif ketika proses belajar mengajar.
“Baiklah, waktu mengajar saya sudah habis, maka proses perkuliahan saya akhiri sampai disini. Saya tutup, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.” ucap Reyhan mengakhiri proses perkuliahan di pagi hari ini.
“Wa’alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh.”
Suasana menjadi sangat ramai ketika Reyhan sudah tidak terlihat lagi. mereka yang berada di dalam kelas bisa bernapas lega karena Reyhan sudah meninggalkan kelas, namun mereka yang tidak bisa masuk kelas menampakkan wajah sedih, takut jika Reyhan akan meberikan nilai yang buruk, walaupun Reyhan bukanlah dosen mata kuliah mereka.
“Kenapa tidak ada pemberitahuan jika pak Reyhan yang mengajar hari ini?” tanya salah satu mahasiswi.
“Entahlah, pak Joko tidak memberitahukan apapun.” jawab Komti kelas.
“Ah! Bisa bahaya nilai kita di tangan pak Reyhan.” keluh mahasiswa lainnya.
“Benar, aku sangat terkejut pintu kelas dikunci.” timpal lainnya.
“Apalagi pak Reyhan tidak main-main dengan nilai kita.” ucap lainnya.
“Sebagai pembelajaran saja, untuk hari-hari selanjutnya jangan ada yang terlambat lagi, sekalipun bukan pak Reyhan yang mengajar.” ucap sang Komti.
Mahasiswa/i yang lain menghembuskan napas pasrah. Mau bagaimana lagi, semua sudah terjadi, Reyhan masuk ke kelas mereka, dan bagi yang terlambat tidak bisa masuk ke dalam kelas.
***
Waktu menunjukkan pukul 12:30 WIB sudah waktunya shalat dzuhur, dan Reyhan sudah tidak ada jam mengajar. Ia memutuskan untuk pulang dan menemui seseorang yang begitu penting baginya.
“Assalamu’alaikum Ustadz.” Salam Reyhan.
“Wa’alaikumsalam Rey, silakan duduk Rey.” ucap sang Ustadz yang bernama Kamil. Sebut saja Ustadz Kamil.
“Apa kabar Rey?” tanya Ustadz Kamil.
“Alhamdulillah baik Ustadz.” Jawab Reyhan. “Ustadz sibuk?” tanya Rey berbasa-basi
“Yah yang seperti kamu lihat Rey, saya sedang isoma.” jawab Ustadz Kamil. “Ngomong-ngomong ada apa ini kamu sampai menemui saya? Bela-belain datang di acara pengajian?” tanya Ustadz Kamil langsung.
“Begini Ustadz, masih topik pembicaraan yang sama.” jawab Reyhan sengan tersenyum kikuk.
Ustadz Kamil tersenyum mendengarnya. Ia mengambil secangkir teh dan menyeruputnya sedikit.
“Masih penasaran?” tanya Ustadz Kamil sembari meletakkan cangkir teh di meja.
“Iya Ustadz, apa tidak bisa Ustadz membantu Rey? Reyhan mohon Ustadz.” pinta Reyhan.
“Untuk apa Reyhan? Sebelumnya saya minta maaf karena membuat Reyhan seperti korban PHP. Ustadz kira tidak akan menjadi seperti ini, apalagi kamu baru sekali bertemu dengannya, itupun dengan dihalangi sekat, dan ada saya dengan istri saya.” ucap Ustadz Kamil.
“Saya sendiri pun tidak tahu kenapa bisa seperti ini Ustadz, yang saya rasakan, saya tertarik dengannya, jika Ustadz berkenan, tolong bantu saya Ustadz.” ucap Reyhan.
“Ustadz ingin sekali bisa bantu Reyhan, tapi sekarang tidak bisa Rey.” ucap Ustadz Kamil.
Reyhan menghembuskan napas pelan, wajahnya begitu menyedihkan jika dilihat. Ia seperti pangeran kodok yang menanti sang putri.
“Ustadz ada informasi yang bisa membuat Reyhan bernapas lega, jika Reyhan benar-benar berniat baik dengan gadis tersebut.” ucap Ustadz Kamil.
“Reyhan benar-benar datang dengan niat baik Ustadz.” ucap Reyhan cepat.
“Gadis itu belum menikah sampai detik ini.” ucap Ustadz Kamil.
“Benarkah Ustadz? Alhamdulillah.” spontan Reyhan melakukan sujud syukur di hadapan Ustadz Kamil.
“Segitu bahagianya kamu Reyhan, saya hanya bisa mendoakan yang terbaik untukmu.” batin Ustadz Kamil ketika melihat Reyhan yang begitu bahagia.
“Terimkasih Ustadz, terimakasih banyak, terimakasih.” ucap Reyhan dengan wajah berseri-seri.
“Maaf Ustadz, acara sebentar lagi akan dimulai.” ucap seseorang memberitahukan informasi.
“Oh iya, baiklah.”
“Rey, maaf yah, saya tidak bisa berlama-lama menemani kamu.” ucap Ustadz Kamil.
“Iya Ustadz, sekali lagi terimakasih Ustadz.” ucap Reyhan dengan tersenyum.
“Semoga Allah memudahkan urusanmu, jika dia memang jodohmu, dia tidak akan kemana Rey.” ucap Ustadz Kamil memberikan pesan.
“Aamiin, baik Ustadz.”
Reyhan pulang dengan wajah berseri-seri. Hari ini ia begitu bahagia karena mendapatkan informasi tentang gadis yang ia cari. Walaupun masih belum tahu pasti dimana keberadaan gadis yang ia cari, setidaknya Reyhan tahu, bahwa gadis itu belum menikah. Masih ada kesempatan bagi dirinya untuk mendapatkan gadis tersebut.
“Maura... saya pasti akan menemukanmu.” gumam Reyhan dengan tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments