Jenna mengayuh sepeda nya dengan cepat, dia harus mengantarkan coklat pesanan Aiden sebelum jam makan malam tiba. Hari ini toko begitu ramai dikunjungi pembeli baik wisatawan asing maupun domestik, hal ini sudah menjadi pemandangan lazim ketika akhir pekan tiba.
" Huh....Huh....Semoga aku tidak terlambat..." Gumam Jenna sambil terus mengayuh sepeda nya.
Sampai di halaman depan hotel seorang petugas keamanan menghampiri gadis itu.
" Hai Jen...Ngaterin pesanan?"
" Hai Jimmy...Ah iya, dan semoga saya aku tidak terlambat " Jenna mengambil kotak - kotak coklat yang ada di keranjang sepedanya nya.
" Semangat Jen, biar aku taruh sepedanya untukmu "
" Thanks Jimmy, kamu adalah teman paling baik " Puji Jenna.
Kota Sanremo adalah kota kecil dimana semua orang akan mengenal satu sama lain dengan mudah, populasi kota ini bahkan tidak sampai 1500 jiwa. Ini sudah termasuk anak kecil dan para lansia, maka tidak heran jika Jenna dikenal oleh hampir seluruh penduduk kota ini. Apalagi dengan coklat buatannya yang menurut Jimmy bahkan lebih lezat dari coklat buatan keluarga Ruby, dan Ruby pun mengakui hal ini.
" Hai Jen, pesanan untuk tamu kami ?" Sapa Sarah petugas front office yang sedang bertugas malam ini.
" Iya Sar...Bisa tolong beritahu tuan Aiden di kamar 301?" Pinta Jenna
" Wow...Pelanggan kelas kakap Jen " Kekeh Sarah.
" Sebentar aku hubungi beliau di kamarnya " Sarah mulai menekan tombol di telepon mejanya, sementara Jenna memutuskan untuk duduk di kursi sofa tunggu di ruangan itu.
" Jen...Tuan Aiden memintamu untuk mengantarkan nya langsung ke kamarnya " Sarah menghampiri Jenna.
" Ayo aku antar masuk ke lift " Lanjutnya, dijawab dengan anggukan kepala Jenna.
Sarah memang harus mengantarkan Jenna menuju lift karena lantai tempat Aiden menginap membutuhkan akses khusus, tidak sembarang orang bisa naik ke lantai itu. Hanya para penghuni kamar saja yang bisa dengan leluasa naik turun kesana.
Aksi mereka diam-diam diperhatikan oleh seorang gadis cantik yang tidak sengaja mendengarkan percakapan mereka sejak Jenna sampai di lobby hotel, niat gadis itu untuk pergi ke sebuah kedai kopi dia urungkan dan memutuskan untuk mengikuti kemana Jenna pergi.
Sarah menempelkan sebuah kartu ke kotak kecil yang berada di bawah tombol-tombol lantai di dinding lift tersebut, lalu memencet tombol angka 3,
" Kamarnya ada di sebelah kanan, lorong paling ujung yah Jen "
" Oke Sarah... Terimakasih "
" Tunggu..." Pinta wanita cantik itu
" Boleh aku ikut yah, kebetulan aku ada janji dengan salah satu penghuni hotel di lantai 3 " Lanjutnya sambil memasuki ruangan kotak kecil itu.
" Owh...Baik nona..." Jawab Sarah.
Tidak ada percakapan yang terjadi didalam sana, Jenna asik dengan pikirannya sendiri sementara wanita cantik itu sesekali melirik Jenna dengan sudut matanya. Timbul rasa iri di benak wanita itu, meski pakaian yang Jenna kenakan terbilang sederhana tetapi otot lengan Jenna terlihat begitu jelas.
Ting!
Pintu lift terbuka, Jenna melangkahkan kakinya menuju kamar yang letaknya sudah diberi tahu oleh Sarah tadi. Saking asiknya Jenna dengan pikirannya, dia tidak menyadari bahwa wanita cantik yang naik bersamanya tadi tengah mengikuti langkahnya dari belakang.
Tok...Tok...Tok...
Aiden baru saja selesai melakukan ritual mandinya dan masih menggunakan sehelai handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhnya ketika dia mendengar suara ketukan dipintu kamarnya, pria bertubuh atletis itu bergegas menuju pintu kamar dan membukanya.
" Selamat malam tuan Aiden " Sapa Jenna.
Aiden tidak menjawab sapaan ramah Jenna, dia bahkan tidak melihat ke arah Jenna. Pandangan dinginnya tertuju pada seseorang yang tengah berdiri dibelakang tubuh Jenna, gadis itu langsung menengok ke arah belakang tubuhnya.
" Apa yang kau lakukan disini Lita ?" Tanya Aiden dingin, kepada wanita yang masih berdiri dibelakang gadis itu.
" Aku ingin mengajakmu untuk makan malam bersama sayang " Jawab Lita manja.
Saat Lita melangkahkan kakinya mendekati Aiden, pria itu malah menarik tubuh gadis yang masih belum mengerti dengan adegan yang sedang terjadi dihadapannya kedalam pelukannya.
" Hup....Eh..." Jenna ditarik kedalam pelukan Aiden hingga wajahnya berada tepat diantara dada bidang pria itu, Jenna menelan salivanya dengan susah payah ketika indera penciumannya tanpa sengaja mencium wangi tubuh Aiden.
" Aku sudah ada janji dengannya " Ucap Aiden,kali ini nada suaranya tidak sedingin sebelumnya.
" Tidak mungkin Aiden! Aku tahu kau hanya memanfaatkan dia saja kan? Dia hanya seorang pengantar makanan!" Seketika amarah Lolita pecah dan mencoba untuk menarik Jenna dari pelukan Aiden, tetapi salah satu tangan Aiden menepisnya dengan cepat.
Jenna berusaha untuk melepaskan tangan Aiden dari tubuhnya, tetapi laki-laki itu malah semakin mengeratkan pelukannya seakan dia memberi tahu Jenna untuk diam dan ikuti saja sandiwara nya.
" Jangan sentuh dia Lolita!" Aiden menajamkan sorot matanya, bahkan Jenna bisa melihat otot leher pria itu saat dia tengah menahan amarahnya.
Deg!
Seperti petir disiang bolong saat mendengarkan Aiden menyebutkan namanya, sedingin-dingin nya Aiden dia tidak pernah menyebut nama lengkapnya dan selalu menyebut nama kecilnya.
Apa ini artinya gadis itu benar-benar kekasih Aiden? Dan Aiden sengaja datang ke kota ini untuk menemui nya?
" Aku tidak percaya ini Aiden! Kau adalah milikku...Orang tua kita..."
" Hentikan Lolita, ingat...Hanya orang tua mu! Orang tuaku tidak pernah memutuskan apapun untukku!"
" Tu...eh... Aiden..." Panggil Jenna. Jenna sudah tidak nyaman berada didalam pelukan Aiden, lengan kekar laki-laki itu semakin erat memeluk tubuhnya hingga dia sedikit kesusahan untuk bernafas.
Mendengar suara lirih Jenna, Aiden mendekatkan telinganya ke wajah gadis itu.
"I can't breath..." Bisiknya.
Entah mengapa bulu-bulu halus disekujur tubuh Aiden berdiri seketika, ketika mendengar suara Jenna yang lebih mirip dengan suara ******* ditelinga Aiden itu.
Secepat kilat Aiden mengurai pelukannya.
"Maafkan aku sayang..." Senyuman manis tergambar jelas diwajahnya.
Melihat adegan itu amarah Lolita semakin memuncak, wanita itu merebut paksa coklat yang masih ada dalam genggaman tangan Jenna lalu melemparkan nya sembarang hingga membuat isi kotak itu tercerai dimana-mana.
Secepat kilat Jenna membalikkan tubuhnya lalu melayangkan sebuah tamparan keras diwajah cantik wanita yang ada dihadapannya saat ini. Jika hanya dirinya saja yang direndahkan dia bisa dengan mudah untuk bersikap tak acuh, tetapi coklatnya ini adalah sebuah maha karya yang dia buat dengan penuh cinta. Maka tidak mudah baginya untuk mendiamkan perilaku Lolita begitu saja.
" Kau...! Berani-beraninya kamu! " Lolita memegangi pipinya yang terasa begitu panas akibat tamparan keras Jenna.
" Aiden mengapa kamu diam saja hah!" Lanjutnya.
Aiden bukan diam saja, dia masih syok melihat adegan didepannya saat ini.
" Itu tamparan ringan untuk ke kurang ajaran mu nona!" Jenna menatap tajam kearah Lolita.
" Pergilah Lolita, aku tidak bisa memaafkan mu untuk hal ini "
Aiden kembali meraih pinggang ramping Jenna dan mendorong tubuh Lolita pelan, lalu menutup pintu kamar nya.
.
.
.
To be continued 😉
Hai kakak-kakak terimakasih udah meninggalkan jejak kalian disini yah 😘
Happy reading 🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Salma Suku
Aku suka ceritanya...
Semoga aja Aiden jodohnya Jenna...
2025-01-24
0
meymei
wow bravo jenna love u😘
2022-01-28
0
Asa Benita
5 kotak woy, 5 kotak coklat enak dihamburin begitu aja.. Oh Lolita Anda terlalu...
2021-12-06
0