Drrrtt Drrrtt Drrrtt
Getaran ponsel dari balik saku jas Salman mengurai tatapan keduanya. Salman merogoh saku jas nya dan mengambil benda pipih tersebut. Wajah Gio memenuhi layar ponsel setelah Salman menggeser tombol hijau. Saat Gio akan membuka mulut untuk melancarkan serentetan ocehan karena Salman yang mematikan panggilan, suara lain telah lebih dulu terdengar.
"Tuan kau dimana?"
Kegugupan yang sedang melanda Adinda melebur seketika dan berganti dengan rasa suka cita saat mendengar suara Amanda dari balik layar ponsel Salman.
Salman yang melihat wajah berbinar Adinda tersenyum dan mengarahkan layar ponselnya menghadap gadis yang sedang mencuri lihat tanpa bersuara itu, dia menganggukan kepala seolah tanda bahwa Adinda boleh memegang ponselnya.
Dengan sedikit malu-malu Adinda meraih ponsel Salman. Kamera ponsel Gio yang mengarah ke sembarang arah membuat Adinda mengerutkan kening dalam.
"Nyonya, kenapa kau lama sekali, kau bilang hanya sebentar"
"Itu seperti kamar mba Anda." lirihnya sambil terus menelisik kamera Gio dengan background yang sangat familiar di pandangannya.
"Mba Anda, ini aku..."
Tut tut tut
"Ish kak Gio keterlaluan, aku belum bicara dengan mba Anda."kesalnya.
Adinda terdiam dan kembali berpikir. "Jelas sekali itu kamar mba Anda, apa mba Anda sedang di kampung? Ah tidak mungkin, mereka kan sedang berbulan madu ke Bali"
"Mereka memang sedang di kota S" seruan Salman menjawab pertanyaan dari gumaman Adinda.
"Hah!" kejut Adinda dan menoleh untuk menatap lekat wajah Salman dan memperjelas pendengarannya.
"Amanda mengkhawatirkan keadaan ibu yang sendirian di rumah, jadi dia ingin membujuk ibu untuk mau ikut tinggal di Mansion bersamanya, jadi mereka berkunjung ke kota S sebelum pulang."
"Terus Ibu setuju?"
"Sampai pagi ini belum. Amanda masih berusaha. Mungkin liburan mereka akan bertambah beberapa hari lagi,"
Adinda menundukkan wajahnya dan airmata keluar begitu saja dari kedua matanya.
Salman yang melihat perubahan wajah Adinda, perlahan mengangkat tangannya dan mengambil wajah Adinda untuk melihatnya.
"Kamu menangis? "
Adinda segera menyeka airmata nya. "Aku hanya rindu ibu," ucapnya dengan wajah sedih namun senyum manis coba ia tampilkan.
"Aku masih ada beberapa pekerjaan di kota S, jika kau mau, kau boleh ikut bersamaku. Aku akan berangkat sore ini, karena besok pagi aku ada meeting penting di sana."
Wajah sedih itu seketika lenyap berubah ceria dan menganggukkan kepala cepat, "Mau!"
Salman tersenyum melihat wajah girang Adinda, tak ingin berlarut dengan perasaan anehnya karena terus bersitatap dengan gadis itu Salman berusaha beralih pada bekal sarapan di atas meja.
"Itu sarapan untukku?" tanyanya. Dan saat ia akan mengambil kantong bekal itu, Adinda lebih dulu meraihnya. Lalu menyendok kan nasi serta lauk ke wadah yang berbeda dan memberikannya pada Salman.
"Terima kasih. Tidak perlu repot-repot sebenarnya, aku bisa mengambilnya sendiri." ucap Salman menerima piring yang telah terisi penuh.
"Itu juga ucapan terima kasih untuk ajakan kakak," Salman hanya tersenyum dan terus menyendok nasi ke mulutnya.
Adinda memandang sebentar wajah yang sedang begitu menikmati makanan di mulutnya. Sedikit senyum yang selalu di tampilkan Salman di sela-sela kunyahan membuat hati gadis itu menghangat. Ia segera membuang pandangan dan menundukkan wajah.
Ceklek
Suara pintu yang terbuka, membuat Adinda mengangkat wajahnya dan melihat kearah pintu. Salman yang sedang mengunyah makanannya menghentikan aktifitas nya sejenak kearah yang di tuju Adinda lalu kembali mengunyah makanan yang kini terasa hambar di lidahnya.
"Selamat pagi, Tuan" sapa Adinda dan segera bangkit dari duduknya melihat Tuan Kaana yang menyembul dari balik pintu.
Meski telah tinggal hampir sebulan di Mansion dan sikap Tuan Kaana pun sangat baik padanya namun, tetap saja rasa sungkan Itu selalu ada dan lagi Tuan Kaana jarang sekali berada di Mansion, hanya sesekali gadis itu bertemu dan menyapa Tuan besar pemilik Mansion nya tinggal itu.
Tuan Kaana tersenyum ramah menyambut sapaan Adinda.
"Kau ada di sini?" tanya Tuan Kaana menatap Adinda setelah mendudukkan tubuhnya di sofa empuk berhadapan dengan Salman dan meminta Adinda untuk duduk juga.
"Dia kemari mengantar laptopku yang tertinggal di Mansion dan membawakan sarapan dari mommy" Salman menjawab pertanyaan Daddynya segera dan meletakan makanan yang belum di habiskan ke atas meja karena selera makannya telah hilang.
Hawa panas tiba-tiba merayap di ruangan tersebut dari tatapan Tuan Kaana yang begitu menyelidik dan tatapan tidak suka yang terpancar dari kedua mata Salman.
Adinda yang berada di tengah suasana itu akhirnya memutuskan untuk pamit dan lagi dia memang harus ke kampus untuk menimba ilmu dan tak mau ambil pusing dengan apa yang terjadi di ruangan itu. Toh, bukan urusannya. Begitu pikirnya.
"Maaf aku hanya bisa mengantarmu sampai sini. Terima kasih, sudah mengantar laptop dan sarapan untukku" ucap Salman setelah keduanya keluar dari ruangan.
"Sebenarnya tidak perlu di antar segala, aku tidak apa-apa. Tadi aku hanya ingin menemani mommy tapi ternyata mommy ada urusan, jadilah aku sendirian di sini."
"Iya, aku harus mengucapkan terima kasih pada mommy juga."
"Kalau begitu aku pamit kak," pamit Adinda
Seolah tidak rela untuk berpisah, tapi akhirnya Salman mengangguk juga. "Hati-hati! Belajar yang rajin."
Adinda hanya menganggukkan kepalanya pasti lalu berbalik dan mulai mengayun langkah meninggalkan tempat itu dengan di temani Nita, sekertaris Gio. Setelah melihat Adinda menghilang di balik pintu lift yang tertutup barulah Salman masuk ke dalam ruangannya dan duduk di kursi kebanggaannya.
"Kau masih marah pada Daddy?" Tuan Kaana beranjak dari duduknya beralih duduk dari sofa ke kursi meja kerja yang berhadapan dengan Salman.
"Apa aku boleh marah?" Salman justru bertanya tanpa mengalihkan fokus pandangan dan gerakan tangannya di atas keyboard.
"Maaf. Jika keputusan Daddy telah membuatmu kecewa. Tapi, Daddy tetap berharap kau bersedia menerimanya." Jeda Tuan Kaana dan semakin lekat menatap pria yang masih sibuk dengan aktifitasnya.
"Percayalah! Daddy tidak akan memberikan gadis yang salah untukmu. Dia gadis yang baik, dewasa, berpendidikan, dan dia juga sangat cantik. Terlepas dari masa lalu Tuan An, dia bisa membawa diri dengan baik. Dia adalah gadis yang tepat untukmu. Setidaknya cobalah menerimanya untuk saat ini."
Salman menghentikan aktifitasnya dan membalas tatapan Daddy nya.
"Baik! Jika itu telah menjadi keputusan Daddy. Setelah Gio kembali, aku akan mengembalikan tanggungjawab perusahaan Kaana kepadanya. Dan aku akan segera menyelesaikan proyek Mall ku di kota S. Setelah itu tanggung jawabku selesai dengan perusahaan Kaana."
"Aku! Akan menjauh dari kehidupan kalian" ucap Salman dengan tegas.
"Apa maksudmu?"
"Bukankah Daddy memintaku melupakan masa laluku. Melupakan bahwa Gerald adalah putra kandungku. Agar aku bisa melanjutkan masa depanku tanpa bayang-bayang dari masa laluku. Aku akan melakukannya. Tapi, aku tidak akan bisa jika aku tetap di sini. Jadi aku akan pergi. Dan mengawali kembali kehidupanku yang baru."
"Daddy memintamu menikah bukan untuk menjauh dan meninggalkan kami"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Farida Wahyuni
jangan egois juga dong tuan kana,.kasiam salman, dia disuruh ngalah mulu.
2021-11-22
0