Pagi hari.
Anindira pergi ke dapur untuk memasak, aluna yang melihat itu langsung menghampirinya.
"Dira, kamu sedang apa?"
"Aku sedang masak mba."
"Kamu gak perlu lakukan itu, biar bi sri dan ana yang mengerjakannya."
"Gak papa mba aku sudah terbiasa setiap pagi menyiapkan makanan."
"Jangan non, ini adalah pekerjaan kami." Ucap bi sri juru masak keluarga pradana.
"Ini bi sri, beliau sudah berpuluh-puluh tahun bekerja sebagai juru masak di keluarga ini, Dan itu ana anak nya bi sri."
"Halo nona.." Sapa ana sambil membungkuk
"Kamu tidak perlu membungkuk seperti itu."
Anindira memegang bahu ana supaya dia tidak membungkuk di hadapannya, aluna tersenyum haru melihat nya.
"Dira, ayo kita ke meja makan yang lain sudah menunggu."
"Baiklah.."
Semua makanan telah tersaji di meja makan .
Anindira menyajikan makanan untuk mama papa nya leon dan aluna.
Ketika dia mau duduk, "Ekheeeemmm..." aluna memberi kode padanya supaya dia menyajikan makanan juga untuk leon.
Tapi leon sengaja menghindar, "sayang, tolong sajikan makanan untukku." Ucap leon pada aluna, dia mengabaikan keberadaan anindira.
"Baiklah.." Aluna mengalah.
"Ukhuuuk...ukhuukk.." Tiba-tiba leon tersedak.
Aluna mengusap-usap punggung leon, dia kembali memberi kode pada anindira supaya dia mengambilkan minum untuk leon.
Tapi lagi-lagi leon mengabaikannya dan mengambil air minum milik aluna.
Aluna merasa tidak enak hati pada anindira, tapi anindira tidak memperdulikan sikap leon padanya.
Mama dan papa nya leon hanya memperhatikan mereka saja dari tadi.
"Aku sudah selesai, aku pergi ke kantor dulu." ucap leon sambil mencium kening aluna, dan aluna mencium tangannya.
"Ma, pa aku berangkat dulu." Mencium tangan ke dua orang tuanya.
Leon langsung pergi tanpa pamit pada anindira, aluna menyusul leon dan memberikan tas kerja nya, " mas, kamu jangan mengabaikan dira, sekarangkan dia juga istrimu."
"Aku tidak pernah menganggap dia ada di rumah ini." Ucap leon sinis.
"Tapi..."
"Aku ada janji dengan klien, aku sudah terlambat, baik-baik di rumah ya." Leon mengalihkan pembicaraan lalu masuk ke dalam mobil dan pergi.
"Hhhhhaaahhh.. bagaimana cara aku membujuk nya." Aluna menghela nafas.
Papa nya leon juga pamit untuk bekerja, " Aluna, anindira kalian baik-baik di rumah ya!"
"Iya pa." Ucap aluna.
Sedangkan anindira hanya mengangguk.
"Mama juga akan pergi ke salah satu butik cabang di kota S, kalian lakukan saja apa yang ingin kalian lakukan"
"Baik ma, hati-hati."
Aluna pergi ke kamar untuk meminum obat .
Sedangkan anindira merasa bosan tidak melakukan apapun.
Dia pergi ke kamarnya untuk melihat apa yang bisa dia kerjakan, tapi semuanya sudah bersih dan rapi karna dia sudah membereskan kamarnya sejak tadi subuh.
Lalu dia mengambil sapu dan menyapu semua ruangan, dia juga mengepel semua lantai yang sebenarnya sudah di kerjakan oleh pelayan di rumah itu.
"Nona.. nona sedang apa?" ucap salah satu pelayan di rumah itu.
"Aku sedang mengepel lantai."
"Tapi kami sudah membersihkannya, apa lantainya belum cukup bersih nona?"
"Bukan seperti itu.. aku tidak tau kalau lantainya sudah di empel."
"Ada apa ini?" tanya aluna.
Pelayan itu menunduk.
"Ada apa dira?"
"Gapapa mba."
" Apa yang sedang kamu lakukan dengan empelan itu?"
"Mmmhhh.. Sebenarnya aku merasa bosan tidak melakukan apapun mba, aku sudah terbiasa bekerja setiap hari."
Aluna mengambil empelan itu dari tangannya anindira dan memberikannya pada pelayan yang tadi untuk di simpan.
"Dari pada kamu merasa bosan di rumah, lebih baik sekarang kita jemput ke dua orang tuamu."
"Jemput ayah dan ibu?"
"Iya.. aku sudah berjanji kan, kami akan merawatmu dengan baik, dan sekarang ke dua orangtuamu adalah orang tua aku dan leon juga."
"Aku sudah menyediakan rumah untuk paman dan bibi. tidak jauh dari sini, ayo kita jemput mereka."
Mereka pun pergi ke rumah gena untuk menjemput orang tuanya anindira.
...
Sesampainya di sana.
Anindira menemui orang tuanya sedang kelelahan karna di paksa bekerja oleh gena.
"Ayah.. ibu... " Anindira menangis melihat keadaan orang tuanya.
"Dira putriku.." Ibu anindira memeluknya dengan erat.
"Kenapa kalian terlihat kelelahan seperti ini, ayah kan baru melakukan operasi."
"Ayah sudah sembuh dira, ayah sekarang sudah kuat untuk bekerja lagi, ini ayah lagi istirahat pulang dulu."
"Ayah kerja apa?"
"Ayah bekerja sebagai kuli bangunan."
"Itu kan pekerjaan berat, ayah seharusnya tidak mengerjakan pekerjaan yang berat - berat dulu."
"Gapapa, ayah kuat ko."
"Iya, ayah mu sudah sehat sekarang, dan alhamdulillah usaha ketring ibu juga rame banyak pesanan."
"Pasti bibi mengambil semua uang hasil jerih payah ayah dan ibu kan?"
"Kita kan memang berhutang pada bibimu, syukur kalau hutang kita cepat lunas."
"Bibi dan paman tidak perlu lagi memikirkan hutang dan biaya di rumah ini, mulai sekarang aku yang akan mengatur semuanya."
Hari itu juga aluna membawa pergi ke dua orangtua anindira untuk pindah rumah dan melunasi semua hutang - hutang mereka pada gena.
"Nah, ini rumah baru kalian. mulai sekarang kalian akan tinggal di sini, tempat nya tidak jauh dari rumah kam , bibi dan paman bisa mengunjungi anindira kapan saja di rumah kami."
"Terimakasih nak.. kamu sangat baik ibu berhutang budi padamu."
"Tidak, jangan berterimakasih.. paman dan bibi sekarang sudah menjadi keluarga ku, apa yang aku berikan tidak setimpal dengan apa yang akan di berikan anindira pada keluarga kami nanti."
Sore hari, setelah mereka mengobrol beberapa lama, aluna dan anindira pamit pulang.
...
Malam harinya, seperti biasa leon tidak sudi tidur sekamar dengan anindira.
Dia pergi ke kamar aluna tapi aluna sengaja mengunci pintu kamarnya dari dalam, supaya leon bisa tidur bersama anindira.
Tapi leon tidak melakukannya dia malah tidur di ruang kerja.
Keesokan paginya selesai sarapan pagi, anindira membereskan piring- piring kotor dan membawanya ke dapur untuk di cuci, tapi aluna melarang nya.
"Kamu tidak perlu melakukan pekerjaan rumah untuk menghilangkan rasa bosan mu, mulai sekarang kamu akan bekerja di butik menggantikan ku."
"Menggantikan mba aluna?"
"Iya, itu adalah butik pemberian dari mama. Hadiah pernikahanku dengan mas leon. tapi aku tidak bisa mengurus nya sendirian. jadi, mulai sekarang kamu akan membantuku mengurus butik itu."
"Baiklah.. aku akan membantu mba sebisa yang aku mampu, apa kita akan berangkat sama - sama kesana?"
"Tidak.. kamu akan di antar oleh supir pribadiku."
"Kenapa mba aluna tidak ikut?"
"Aku punya urusan lain yang harus aku kerjakan." Ucap aluna menyembunyikan rasa sakit yang di derita nya.
Aluna memberitau apa saja yang perlu anindira kerjakan dan memberikan buku panduan perusahaan butik itu padanya.
"Ayo bersiap - siaplah."
Anindira berganti pakaian dan langsung berangkat.
Sesampainya di sana, anindira di sambut oleh asistennya aluna. Ternyata aluna sudah merencanakan dan mempersiapkan semuanya.
"Selamat datang bu."
"Halo,"
"Mari... saya akan mengantar ibu ke ruangan ibu."
Anindira terkejut karna dia mengira dia akan bekerja di bagian butik, tapi ternyata dia di tempatkan di kantornya aluna.
Anindira di sambut hangat oleh karyawan disana walau sebagian ada yang tidak menyukainya.
"Bu.. ini berkas yang perlu ibu tandatangani."
"Tapi ini kan hak nya bu aluna."
"Bu aluna bilang, kalau ibu menandatangi berkas - berkasnya berarti sudah mendapatkan persetujuan dari bu aluna."
"Aku akan membaca berkas nya terlebih dahulu."
"Baik bu."
Beberapa menit kemudian anindira keluar ruangan untuk memberikan berkas itu pada asistennya.
Sebagian dari karyawan di sana banyak yang membicarakannya dan bicara tidak sopan terhadap anindira.
"Bu dira... apa ibu memerlukan sesuatu?"
"Oh.. tidak ada, aku hanya mau memberikan berkas - berkas ini saja padamu."
"Seharus nya ibu panggil saja saya ke ruangan ibu."
"Gapapa, sekalian aku mau memberitahu di bagian ini masih ada sedikit yang harus di perbaiki, jadi aku belum menandatangi nya."
"Oh, iya bu saya akan memperbaikinya."
"Kalau begitu aku akan kembali ke ruangan."
"Iya, silahkan bu. Kalau ada apa - apa ibu bisa memanggil saya kapan saja."
"Baiklah, terimakasih."
Anindira kembali ke ruangan, Aluna menelpon asistennya untuk menanyakan kondisi anindira di kantor.
Asistennya menceritakan bahwa sebagian karyawan tidak menyukai anindira dan bersikap tidak sopan padanya.
Aluna merasa hawatir dan menyusul nya ke kantor.
Aluna mengumumkan kepada semua karyawan kalau anindira juga sama berhak nya atas perusahaan dan karyawan di sana, karna dia juga merupakan nyonya keluarga pradana .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments