Merindukan Bunda

"Masa sih mbok, baksonya kan aku kunyah dulu agar halus. Ga ditelan bulat bulat lho mbok. Nah ini... ga bengkak bengkak... "

Lulu tertawa menyandarkan kepalanya kebahu Mbok En yang selalu wangi sepanjang hari seperti Peggy.

"Lha iya toh non, mesin didalam perut kita mana bisa menghaluskan baksonya.. pasti ada yang masih bulat"

Mbok En serius bicara mengenai pencernaan manusia. Yang katanya ada mesin didalam perut Lulu. Nona muda nya memeluk gemas mbok En. Wanita paruh baya yang berumur 55 tahun, berasal dari surabaya.

Mbok En sudah lama bekerja dirumah keluarga EL Gantara. Semenjak istrinya Ayudia sedang hamil Meko, putra pertama mereka. Mbok En yang sudah menjadi janda diterima bekerja disana oleh Ayudia karna menolong nya kecopetan saat dipasar.

Karna kasihan dengan mbok En yang jadi buruh cuci, mencari pelanggan kesana kemari. Akhirnya mbok En dibawa kerumahnya menjadi ahli masak. Sedang kan ahli cuci dan beres beres rumah diserahkan pada bik Nam.

Mbok En memperlakukan Lulu seperti cucunya sendiri. Dari bayi mbok En ikut merawat Lulu. Apalagi disaat Ayudia terbaring 2 tahun dirumah sakit. Lulu sudah diurus mbok En. Makanya hubungan mereka dekat.

"Mbok... aku buka praktek jahit disini? Mbok ada ada aja. Aku mau kekamar ya mbok. Lebih baik mbok istirahat. Udah malam lho... capek kan.. ntar mbok sakit. Aku siapa yang jaga?"

Lulu menatap hangat wajah wanita tua disebelahnya. Ia memberi ciuman hangat dipipi pengasuhnya.

"Mbok wangi sekali... seperti Peggy"

Mbok En terdiam menatap nona mudanya berjalan kearah kamar nya. Tanpa sadar air mata mbok En mengalir membasahi pipinya yang tak lagi mulus.

Non... simbok sayang sekali dengan non Lulu. Mbok akan selalu disini sampai mbok mati non. Mbok udah berjanji pada nyonya Ayudia akan merawat non Lulu dengan baik selayaknya keluarga sendiri...

Mbok En berjalan kearah kamarnya. Ia merasa kasihan dengan Lulu. Kehilangan ibu dan juga tak mendapat perhatian dari ayah mereka.

...***...

"Aahhhhh... aku lelah sekali. Selalu berjalan kaki. Lama lama betis ku bisa membesar."

Lulu begumam menatap langit dari jendela kamarnya. Ia melihat bintang yang masih nampak sinarnya diantara lampu lampu kota yang masih terang menyala.

"Bunda... hari ini aku mendapat nilai bagus. Aku akan lebih giat lagi bunda. Tadi aku mampir kerumah Nadifa, dia punya cerita horor yang bagus. Aku membaca nya disana... ga tau nya udah malam aja."

Lulu seolah olah sedang berbicara pada bundanya sambil menatap bintang dilangit memeluk boneka beruang berwarna pink yang besarnya hampir sama dengannya diberi nama Peggy.

"Lain kali kamu jangan seperti itu lagi ya. Kamu boleh melakukan apa yang kamu sukai Lulu. Tapi selalu ingat waktu. Belajarlah disiplin. Sebentar lagi kamu akan menginjak jenjang SMA. Semua harus tepat pada waktu nya Lulu."

Lulu bicara menirukan gaya bundanya dengan menggerak gerakan Peggy menghadap padanya. Ia tertawa kecil sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Baik bunda. Aku minta maaf... aku akan menjadi anak yang baik. Supaya bunda ga nyesal melahirkan aku." Suaranya lirih.

Dia memeluk erat Peggy bonekanya. Bulir bulir indah bening menetes dari sudut matanya. Lulu terduduk dibawah jendela. Ia semakin mengeratkan pelukannya pada boneka.

"Bunda... Lulu kangen. . Hiks..hiks... kenapa sih bunda ninggalin Lulu. Kenapa ga dibawa aja. Biar bunda ada yang nemani. Ga enak sendirian bunda... Lulu kesepian, sendiri sekarang. Bunda.... Lulu Kangeen..."

Tangisan gadis belia itu pecah didalam pelukan bonekanya. Ia melepaskan segala kesedihannya dimalam itu. Tanpa sadar seseorang mendengar dari balik pintu kamarnya. Ikut merasakan kesedihan yang Lulu rasakan.

"Bunda aku juga kangen...."

.

.

.

Bersambung.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!