PENGGANTI HATI
Berjalan sendirian diantara malam yang kelam. Seragam SMP masih melekat ditubuhnya. Sesekali menoleh kekiri dan kekanan. Memastikan dirinya aman. Karna kini ia sedang berjalan ditempat yang sepi. Hanya pepohonan dikiri kanannya.
Kaki ini sangat lama berjalan.. ga tau apa aku takut...
Langkah kaki nya tiba tiba berhenti, mencium aroma khas yang biasa ia cium. Tanpa sadar kaki nya melangkah cepat kearah yang mengeluarkan aroma menyengat. Dan ia berhenti disana, mendekati, memandang, bahkan menunjuk.
"Bang, baksonya satu ya. Ga pakai mie."
Gadis ini duduk dibelakang abang bakso yang memberikan aroma menyengat tadi. Membuat cacing diperutnya tak sabar ingin memcicipi.
"Baksonya neng, ini sambal nya ambil sendiri sesuai selera."
Abang bakso meletakan semangkok bakso dan sedikit sambal diatas kursi kayu panjang.
"Waah... makasi ya bang. Mantap dah.."
Lulu Narabella Gantara, gadis manis 14 tahun pecinta bakso. Baginya, bakso is the best... tiada yang lebih enak dan menggugah selera selain bakso. Bahkan saat sedang menangis, jika disuguhkan bakso, wajahnya akan sumringah seketika. Dengan cepat dia akan melupakan semua sebab dan akibat ia menangis.
"Mmm... enak sekali.. bang tiap hari mangkal disini ya?" Tanya Lulu mendongakan kepalanya melihat kearah abang bakso.
"Ga neng, cuma Jumat, sabtu dan minggu saja. Klo senin sampai kamis saya mangkal didepan SMP TRI SAKTI." Jelas abang bakso dengan sangat rinci.
"Benaran bang di SMP TRI SAKTI, saya kan sekolah disana, kenapa abang nya ga keliatan ya? Tapi ga apa apa bang.. besok saya akan kesini lagi. Bakso nya endang surendang..." ucap Lulu menirukan acara reality show disalah satu stasiun TV.
"Waah.. bisa aja si eneng saya jadi tersandung.." abang bakso yang bernama Mail itu tersenyum sambil melap lap meja dihadapan Lulu.
"Tersanjung bang... kalau tersandung mah jatuh.." ucap Lulu yang ikut tertawa mendengar kelucuan abang tukang bakso.
"Berapa an bang?" Lulu merogoh sakunya. setelah menghabiskan semangkok bakso.
"Bakso satu bang, ga pakai mie." Salah seorang pelanggan bang Mail datang. Dan langsung duduk saat Lulu berdiri.
"Lima belas neng..." jawab bang Mail sambil meracik bakso pesanan pelanggannya
"Kembali lima dong kalau gitu... hehehh" Lulu menyodorkan uang dua puluh ribuan. Sesekali melirik pelanggan bang Mail.
"Makasi neng.." bang Mail menyerahkan kembaliannya.
"Sama sama bang.. bakso bang Mail. Ooh.. jadi namanya bang Mail." Lulu melihat nama yang tertera didepan gerobak bakso.
"Iya neng... hehehe"
Lulu pergi dari tempat itu. Sekarang rasa takutnya sedikit berkurang. Mungkin karna sekarang perutnya sudah terisi. Pikiran tak lagi melanglang buana kecerita horor yang ia baca dirumah Nadifa.
Ia membuka pagar rumah nya yang terbuat dari besi berwarna hitam. Melebihi dari tinggi tubuhnya.
"Udah pulang neng?" Sapa pak Kum, satpam rumahnya.
"Udah pak.. hmmm pak Kum sehat?" Jawab Lulu berhenti dan melihat satpamnya.
"Alhamdulillah sehat neng..." jawab pak Kum heran.
"Syukurlah... jangan lupa dikunci pagarnya pak."
Lulu masuk kedalam rumahnya. Keadaan rumah masih gelap. Ia tinggal bersama ayah dan kakak laki lakinya. Ibu mereka telah lama meninggal sejak Lulu berumur 9 tahun karena kanker payudara.
Pasti Ayah sama mas Meko belum pulang. Mas Meko tumben telat pulang. Ahh... sepi sekali.
Lulu merebahkan dirinya disofa ruang tamu. Memandang rumah nya sekeliling.
"Untuk apa rumah sebesar ini. Jika tiap malam hanya aku sendiri. Hanya ditemani mbok En."
"Non... udah pulang?" Terdengar suara Mbok En yang dimaksud Lulu.
"Kan orang nya langsung nongol.
Udah mbok... aku juga udah makan." Lulu tersenyum melihat mbok En berjalan mendekatinya.
"Pasti makan bakso lagi ya? Nanti perut nya non Lulu bengkak bengkak, karna banyak bakso didalamnya. Trus sakit... kan bumbu nya keras non.." mbok En duduk disebelah Lulu.
.
.
.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Nenk Manieez
aq juga pecinta bakso thor,,,,😁😁😁
2024-06-19
0