Satu bulan berlalu Davin tetap berusaha untuk mengambil hati Shanum agar mau menikah dengannya. Entah mengapa hati Shanum masih saja beku dengan perlakuan Davin yang begitu romantis dan perhatian. Ia bahkan berusaha untuk menjadi lelaki yang diinginkan Shanum, yakni tidak menyentuhnya sebelum sah menjadi sepasang suami istri.
"Vin, jika Shanum tidak mau jangan dipaksa. Ada ribuan gadis cantik diluaran sana. Kamu bisa menikahi salah satunya. Toh wanita ini hanya akan menampung benihmu, tidak menjadi pendamping selamanya," ucap Bu Estu
"Justru dia yang menampung benihku aku harus selektif untuk memilih. Karena aku mau anakku lahir dari wanita yang baik luar dalam."
"Tidak perlu bicara hal baik dalam melakukan kejahatan Davin."
"Sudahlah ma aku ke kantor dulu."
Sementara di tempat lain Shanum tengah siap-siap akan berangkat ke restoran. Sebulan ini ia merasa galau dengan perasaannya. Ia selalu di perlakukan manis oleh Davin yang tiada henti berusaha mendekatinya. Namun entah mengapa setelah pertemuan terakhir di taman, Alsyad seakan ditelan bumi hingga ia lupa berkabar dengan Shanum. Padahal ini bukan yang pertama Alsyad tiada kabar, semenjak menjadi dokter ia sering disibukkan oleh pasien-pasiennya.
"Kenapa selalu teringat Alsyad disaat aku berusaha membuka hati untuk pria lain," batin Shanum.
Ia melangkah keluar kamar untuk berangkat kerja, tiba-tiba sudah ada seorang pria duduk di ruang tamu yang tengah berbincang dengan ibunya.
"Bapak tumben pagi-pagi sudah disini?" tanya Shanum pada Davin.
"Mau antar kamu kerja."
"Ya udah langsung aja pak sekarang kita berangkat. Bu aku kerja dulu. Assalamualaikum," pamit Shanum seraya mencium punggung tangan ibunya yang diikuti oleh Davin.
Untuk yang pertama kalinya Shanum di jemput oleh Davin, biasanya Davin hanya akan berkunjung di rumahnya. Belum pernah mereka jalan berdua walaupun hanya pergi ke taman atau makan di restoran mewah. Hening, hanya itu yang bisa mereka rasakan saat ini. Lantaran mereka tengah fokus pada pikiran masing-masing. Hingga tiba-tiba Davin membuka suara
"Bagaimana Shanum? Apa kamu sudah punya jawaban untuk lamaranku sebulan lalu?" Tanya Davin
"Aku sudah memikirkan matang-matang. Dan insyaallah aku akan menerima lamaran kamu," jawab Shanum dengan wajah datar.
Entahlah Shanum sudah merasa lelah dengan ini semua, ia juga tak mau menggantung Davin tanpa kejelasan. Hingga akhirnya dengan mengucap bismillah ia menerima lamaran Davin dan ia berharap keputusan ini baik untuk semua orang.
"Baiklah nanti malam aku akan datang dengan keluarga ku untuk melangsungkan lamaran kita ya," jawab Davin senang.
***
Bulan telah menampakkan sinarnya yang artinya malam telah tiba. Shanum, Bu Nawang dan Salsa nampak tengah sibuk menyiapkan makanan untuk menjamu keluarga Davin. Tak lama kemudian terdengar suara mobil yang terparkir di halaman rumah.
"Assalamualaikum," ucap Davin dan keluarga
"Waalikumsalam," jawab Shanum, ibunya dan juga Salsa serempak. "Silahkan masuk pak, bu. Maaf beginilah gubuk kami, tidak mewah dan juga kecil," sambung bu Nawang.
"Tidak apa bu, rumah kita sama," awab salah satu seorang wanita dengan ramah.
Tidak banyak keluarga yang di bawa oleh Davin. Hanya dua pasang suami istri dan juga seorang pria yang yang usianya lebih muda dibandingkan Salsa. Davin nampak sedikit terpesona dengan penampilan Shanum yang anggun. Mengenakan gamis pink dengan jilbab yang senada dengan warna bajunya.
Tanpa basa-basi Davin mengenalkan keluarganya satu persatu dimulai dari dua perempuan yang ternyata adik-adik dari mamanya beserta suami masing-masing dan juga seorang pria muda tampan yang ternyata adalah Wildan, adik davin. Ia juga menjelaskan bahwa sang mama tidak bisa ikut hadir lantaran sedang di luar negeri. Setelah itu keluarga Davin mengutarakan maksud kedatangannya.
Davin sudah menyiapkan cincin berlian yang sangat cantik. Lalu disematkanlah cincin itu dijari manis Shanum. Mereka nampak bahagia, namun tidak dengan Shanum gadis itu nampak gusar. Ia ragu benarkah keputusan yang ia ambil ini benar. Entahlah ia sendiri juga tidak tau apa yang ia rasakan.
Setelah lama bercengkrama keluarga Davin pamit undur diri lantaran hati sudah malam. Shanum dan keluarga mengantar kepergian keluarga Davin ke depan. Hingga mobil mereka tak terlihat Shanum dan yang lain masuk ke rumah untuk membersihkan sisa-sisa makanan.
****
Matahari nampak samar-samar muncul dari persembunyiannya. Semua orang sudah mulai melakukan aktivitasnya sama halnya dengan Shanum. Ia tengah memulai aktivitasnya dengan sarapan bersama ibu dan adiknya.
"Mbak, sedih deh aku. Bulan depan mbak udah nikah, artinya di rumah cuman ada aku sama ibu. Aku berantem sama siapa dong," ucap Salsa sedih.
"Mbak janji, bakal sering berkunjung kesini. Udah dong jangan sedih. Mbak nangis nih," ucap Shanum.
Merekapun berpelukan dengan hangat.
"Anak-anak ibu yang sholehah, sudah ya. Lagipula kalian hanya pisah rumah, bukan terpisah selamanya. Kalian bisa saling berkunjung kan. Bahkan sekarang ada ponsel, kalian bisa Videocall. Kenapa jadi ribet sih," ucap Bu Nawang.
"Benar juga ya. Hahahhahah." Mereka tertawa bersama.
Waktu terasa begitu cepat, seminggu lagi Shanum dan Davin akan melangsungkan pernikahan.
"Bu, Shanum ke rumah Dewi sama Alsyad dulu ya. Mau antar undangan. Assalamualaikum," ucap Shanum
"Waalaikumsalam."
Dewi adalah sahabat perempuan Shanum. Mereka bersahabat dari kecil. Mereka sudah seperti saudara, kemanapun selalu berdua. Hingga akhirnya Dewi menikah lebih dulu membuat pertemuan mereka berkurang lantaran Dewi sudah punya tanggung jawab yang besar.
Lima. belas menit membelah jalanan Shanum sampai di rumah Dewi.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, eh num. Kok nggak ngasih kabar dulu mau kesini. Untung aja aku dirumah," jawab Dewi
"Sengaja, mau kasih surprise."
"Ya udah ayo masuk," ajak Dewi.
"Sorry banget ya wi aku kesini nggak lama, cuman mau ngasih ini," ucap Shanum seraya memberikan undangan pernikahan pada Dewi.
Refleks Dewi menganga melihat undang Shanum yang menikah dengan pengusaha tampan nan kaya raya.
"Astaga Num, seriusan kamu nikah sama pak Davin?" tanya Dewi tak percaya.
"Iya, ceritanya panjang. Kalau ada waktu aku ceritakan semua sama kamu ya," ucap Shanum.
"Ya ampun bagaimana kabar hati Alsyad mendengar kabar pernikahan ini? kasian banget tu anak, udah dibilangin suruh terus terang dari dulu, ngulur waktu mulu," batin Dewi
"Ya udah wi aku pamit dulu ya. Mau ke rumah Alsyad. Assalamualaikum," pamit Shanum.
"Waalikumsalam. Hati-hati ya," jawab Dewi
Tak lama kemudian Shanum sampai di depan rumah Alsyad. Entah mengapa tiba-tiba jantung Shanum berdegup kencang. Ia sangat gugup untk meberikan undangan pernikahan pada Alsyad. Dengan langkah gontai ia terus melangkah menuju pintu rumah Alsyad.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam," jawab seorang perempuan yang berprofesi sebagai art.
"Bi, Alsyad ada?"
"Ada non, sebentar saya panggilkan. Non Shanum masuk dulu."
Ya, bahkan art di rumah Alsyad mengenal Shanum dengan baik lantaran persahabatan mereka yang terjalin lama. Bahkan Shanum sudah sangat akrab dengan kedua orang tua Alsyad.
Tak lama kemudian munculah pria yang di tunggu-tunggu.
"Tumben num ke rumah nggak ngasih kabar. Penting nih kayaknya."
"Aku cuman mau ngasih ini Al." Shanum menyodorkan udangan pernikahannya dengan Davin
Deg
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
Mutia Kim🍑
Kenapa ngk sama alsyad aja sih
2021-12-27
0
Reo Hiatus
mampir
2021-12-23
0
Lizaz
Hay kak. Aku mampir nih.
Berikan like, favorit dan rate 5
Semangat terus
2021-12-22
0