Shanum dengan cepat menyeimbangkan diri agar tak jatuh di aspal. Ya, karena melamun Shanum menabrak mobil yang berhenti di depannya lantaran lampu merah.
"Astaghfirullah sa kamu nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Shanum panik.
"Nggak mbak, yang kenapa-kenapa mobil yang mbak tabrak. Penyok tuh," jawab Salsa yang tak kalah khawatir.
Tak lama kemudian turunlah seorang pria berjas rapi berwarna navy nampak berjalan mendekati mereka dengan tatapan tajam.
"*A*staga bagaimana ini, ya Allah buatlah aku pingsan sekarang juga," batin Shanum saking takutnya melihat Davin berjalan mendekat.
Ya, sungguh apes nasib Shanum pagi ini. Menabrak mobil pemilik perusahaan ternama dan terkenal dengan kekejamannya.
"Dia kan wanita yang aku inginkan untuk melahirkan keturunanku. Sungguh luar biasa, baru saja aku mendapat informasi tentang dia, dan sekarang aku bertemu dengannya," batin Davin.
"Ma...maaf pak saya tidak sengaja," ucap shanum tergagap lantaran ketakutan.
"Ganti rugi sepuluh juta sekarang."
"Tapi pak, saya tidak punya uang sebanyak itu sekarang. Saya janji saya akan tetap ganti rugi, tapi bolehkah saya mencicilnya?" tanya Shanum.
Bukannya menjawab Davin justru menyodorkan kartu nama miliknya.
"Datang ke alamat ini jika kamu sudah merasa bisa membayar," ucap Davin lalu berlu pergi meninggalkan Shanum yang masih menahan takut.
"Astaga mbak ini mah tuan Davin yang terkenal kejam. Jangan-jangan mbak Shanum mau dijadiin istri sama pak Davin," bisik Salsa setelah melihat kartu nama ditangan Shanum.
"Apaan sih, nggak lucu ya. Kebiasaan, nglawak nggak lihat situasi. Ya udah ayo lanjut jalan, kamu jangan bilang ibu ya. Mbak takut kalau nanti ibu malah kepikiran. Ini biar jadi urusan mbak."
Akhirnya mereka melanjutkan perjalanan menuju supermarket.
****
Satu bulan kemudian Shanum berniat untuk datang ke alamat yang tertera di kartu nama Davin untuk mencicil ganti rugi mobil yang ia tabrak sebulan lalu.
Begitu sampai di kantor Davin, Shanum ragu antara masuk atau tidak. Ya, alamat yang tertera ternyata alamat kantor Davin.
"Ya Allah bagaimana ini, kenapa aku jadi sangat gugup," ucap Shanum dalam hati
Dengan bismillah shanum memberanikan diri untuk melangkahkan kaki ke dalam.
"Permisi mbak, apakah saya bisa bertemu dengan pak Davin?" tanya Shanum dengan jantung berdebar debar.
"Apakah anda sudah membuat janji dengan beliau?" tanya sang resepsionis.
"Belum. Memang harus buat janji dulu mbak?"
"Iya mbak," jawab resepsionis dengan senyum yang selalu mengembang
"Ya sudah kalau begitu saya permisi dulu," ucap
Shanum lalu berlalu pergi dari kantor Davin.
Shanum berjalan menuju parkiran dengan mulut terus meracau kesal
"Dasar manusia aneh. Kenapa dia ngasih alamat kantor yang mengharuskan ada janji kalau ingin ketemu. Bagaimana caranya aku bikin janji kalau kenal aja nggak. Lihat saja, kalau aku berhasil menemukan batang hidungnya akan ku beri pelajaran berharga," gerutu Shanum.
"Pelajaran berharga yang bagaimana gadis cantik?" sahut Davin.
Ya, Davin sedari tadi berdiri di belakang Shanum namun kehadirannya tak disadari olehnya.
Begitu mendengar ada yang menyahut ucapannya Shanum membalikkan badan dan
Deg deg deg
Jantung Shanum nampaknya bekerja lebih keras kali ini.
"Tamat sudah kau Shanum," batin Shanum
"Bapak sejak kapan berdiri disini?" tanya Shanum berusaha sangat keras untuk bersikap senetral mungkin.
"Sejak kau meracau bahwa aku ini laki-laki aneh," jawab davin sambil menyilangkan tangan di depan dada.
"Ma..maaf pak. Sa..."
"Di kartu nama itu ada nomor telepon yang bisa dihubungi, kamu bisa telpon saya jika kamu kesulitan bertemu dengan saya di kantor," potong Davin.
Dengan gerakan refleks Shanum melihat kartu nama yang digenggamnya.
"Astaghfirullah, hehehe iya maaf pak saya tidak teliti. Sekali lagi saya minta maaf. Saya kesini untuk mencicil uang ganti rugi mobil bapak. Maaf pak saya ngasih segini dulu. Jika punya uang saya janji segera melunasinya. Atau bapak bisa bawa KTP saya kalau bapak takut saya kabur," ucap Shanum panjang lebar.
"Hahaha, saya tidak perlu KTP mu. Kalaupun saya mau melakukannya seharusnya dari awal saya sudah memintanya."
"sepertinya aku memilih wanita yang benar. Dia sangat polos, lugu dan terlihat bodoh. Ini akan menarik jika aku berhasil menikahinya," batin Davin dengan senyum liciknya.
"Simpan saja uangnya, saya tidak ingin uangmu. Saya hanya ingin satu hal."
"Apa pak?" tanya Shanum penasaran.
"Kamu."
"Maksud bapak?" tanya Shanun tak mengerti.
"Saya ingin kamu menikah dengan saya" ucap Davin tanpa basa basi.
Shanum refleks membuka mulutnya lebar-lebar setelah mendengar ucapan Davin.
"Apakah bapak masih sehat? Bapak meminta saya menikah dengan bapak? Bahkan kita bertemu baru dua kali dan bapak meminang saya? Pak, saya hanya punya hutang sepuluh juta. Saya masih sanggup untuk melunasinya. Jika bapak tidak berkenan saya mencicil, baiklah saya akan membayar lunas besok," ucap Shanum.
Tanpa mendengar jawaban dari Davin, Shanum melangkahkan kaki dengan lebar meninggalkan Davin yang hanya tersenyum mendengar penuturan dari Shanum.
"Sepertinya kamu menanatangku sayang," ucap Davin dengan menampilkan senyum yang sulit diartikan.
***
Semetara ditempat lain seorang ibu tengah berbincang dengan menantu kesayangannya.
"Ma, kira-kira mas Davin berhasil nggak ya bawa perempuan itu ke rumah ini?" tanya sang menantu.
"Tenang aja sayang, anak mama yang satu itu hebat dalam segala hal. Jadi santai saja ya, dia pasti bisa membawa gadis itu kedalam rumah ini dan memeberi yang kalian mau," jawab Bu Estu dengan yakin.
Bu Estu dan sang menantu, Lena yang tak lain dan tak bukan adalah istri dari Davin Atmaja. 5 tahun pernikahan, Davin dan Lena belum juga dikaruniai seorang anak. Lantaran sang istri memiliki masalah dalam rahimnya yang menyebabkan ia kesulitan untuk hamil. Sudah berbagai cara mereka lakukan, mulai dari konsultasi ke dokter luar negeri dan juga sudah beberapa kali melakukan proses bayi tabung namun tak kunjung ada hasil. Hingga terlintas di kepala mereka untuk menikahkan kembali Davin dengan seorang gadis miskin yang bodoh dan lugu agar menuruti semua keinginan mereka tanpa berani membantah. Awalnya Davin menolak, namun setelah bertemu dengan Shanum ia setuju dengan apa yang direncanakan oleh sang ibu dan istrinya. Ia yakin Shanum akan mengabulkan keinginannya untuk memiliki keturunan.
Ya, hanya anak yang davin inginkan saat ini. Anak dari darah dagingnya tentunya.
Ditengah obrolan mereka terdengar bunyi deru mobil yang artinya Davin sudah pulang. Dengan segera Lena membukakan pintu untung sang suami tercinta.
"Mas sudah pulang?" ucap Lena sambil mengambil tas kerja yang ditenteng oleh Davin.
Setelah itu Davin masuk dan bergabung di ruang keluarga menyusul sang mama yang tengah asyik menikmati sinetron.
"Ma, Len aku besok akan ke rumah Shanum untuk melamar gadis itu," ucap Davin
"Secepat itu mas?" tanya Lena tampak khawatir lantaran sang suami akan menikah lagi dan ia takut kalau suaminya itu jatuh cinta pada madunya.
"Lebih cepat lebih baik sayang. Tenanglah, aku akan melakukan misi kita dengan cepat, begitu dia hamil aku janji tidak akan menyentuhnya lagi," ucap Davin meyakinkan istrinya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 69 Episodes
Comments
martiana. tya
harusnya jangan astaga..... apalagi shanum gadis berhijab....
2024-01-03
0
Eva Pramita
Estu= es batu gitu
2022-05-13
0
Anisnikmah
oh pencetak anak.. ternyata
2022-04-26
0