"Mana yang namanya Arrida?" tanya Uwais pada ketiga anggota yang menjadi petugas pendaftaran. Mereka masih sibuk melayani siswa yang akan mendaftar menjadi anggota PMR.
"Siapa, Kak?" tanya Dewi, salah satu petugas yang duduknya lebih dekat dengan keberadaan Uwais berdiri.
"Arrida ... Yang ini," Uwais memperlihatkan formulir milik Arrida.
"Oh, kayaknya anaknya udah pulang kak, baru aja ... Coba aja kakak cek di parkiran atau gerbang sekolah."
Uwais segera berlari menuju parkiran dan gerbang sekolah. Namun tak ada orang yang dia cari.
'Arrida ... Aku yakin ini kamu ... Kita pasti akan bertemu ' gumam Uwais dalam hati.
Entah kenapa getaran aneh itu muncul di hati Uwais, ada sesuatu yang sulit diartikan olehnya, namun degup jantungnya yang kuat merasakan sesuatu yang indah. Senyum kecil terbit dari bibirnya.
Ia pun kembali ke ruangan PMR.
🌼
Arrida menengok ke kanan dan ke kiri, seperti ada seseorang yang memanggil nya.
"Kenapa Da? " tanya Nana keluar dari toilet.
Arrida dan Hani sedang didepan toilet menunggu Nana selesai buang air kecilnya.
"Gak tau ... Kayak ada yang manggil aku,"
"Siapa?" tanya Nana lagi.
"Gak tau," ucap Arrida sambil mengedikkan bahunya.
"Perasaan aja kali,Da," komentar Hani.
" Mungkin, ya udah ... Kita pulang, yuk!" Ajak Arrida.
🌼🌦🌼
Dua hari kemudian...
Siang ini sepulang sekolah para andik (anggota PMR kelas sepuluh) berkumpul di lapangan. Apel pertama. Penyambutan para andik.
Setelah apel, mereka diminta tetap di lapangan, namun mereka diperbolehkan duduk untuk melakukan perkenalan antar para andik dan kakak dewan kerja maupun senior lalu diadakan kegiatan awal.
Uwais tampil didepan, bersama ke 4 rekannya, Rian, Asep, Erna dan Ratna. Mereka memegang kendali kegiatan. Kelimanya akan memperkenalkan kegiatan yg menarik dan seru seperti simulasi P3K (Pertolongan pertama pada kecelakaan) atau P4K (Pertolongan Pertama pada Penderita Kecelakaan), tujuannya untuk menambah motivasi dan minat serta semangat para andik pada PMR.
"Tunggu, Kak,"
Nana tiba-tiba mengangkat tangan.
"Iya ... Ada apa, Dek?" tanya Uwais setelah sebelumnya terlebih dahulu membuka kegiatan dengan beberapa patah kata. Ia sempat melirik Arrida yang duduk disebelah Nana.
Mereka saling menatap, beberapa detik. Tatapan dengan pikirannya yang berputar-putar dalam kepala mereka.
"Ya Allah, gak nyangka, bisa ketemu disini, ternyata dia kakak dewan senior," gumam bathin Arrida. Dia menampilkan senyum kecilnya
"Ternyata benar kalau itu kamu ... Akhirnya ketemu juga," kata Uwais dalam hati. Dari wajahnya terlihat bahagia, senyumnya mengembang.
"Nama kakak ganteng didepan siapa ya? Tadi pas sesi perkenalan kayaknya gak ada deh, tapi sekarang kok tiba-tiba nongol ... bikin mata susah berkedip dan dada ini cenat cenut! Waah, curang neh, yang ganteng kayak gini diumpetin ...." ujar Nana membuat para andik tertawa-tawa
"Oh iya ... Ini kak Uwais, tadi dia lagi ngurusin sesuatu, makanya pas sesi perkenalan dia gak ikutan," kata Rian memperkenalkan Uwais. Dia menepuk punggung Uwais.
"Hallo semuanya," Uwais menyapa ramah para andik. Dia menampilkan senyumnya yang luar biasa. Limited edition. Membuat para andik putri yang melihatnya terpukau.
"Waaaah, kak Uwais jangan tersenyum gitu ...." celetuk Nana lagi
"Kenapa?"
"Meleleh hatiku kak lihat senyuman kakak ...."
"Huuuuuu ...."
" Waaaaa ...."
"UUhhuuuuyyyy,"
Para andik bersorak sambil bertepuk tangan. Keadaan di lapangan jadi semakin ramai. Penuh tawa dan keceriaan. Arrida juga ikutan bertepuk tangan dan tertawa. Dan itu tidak luput dari pandangan Uwais.
Uwais tersenyum canggung mendapat candaan dari Nana. Sementara kakak dewan yang lain ikut tertawa. Kecuali seseorang yang berdiri beberapa langkah dari tempat Uwais
"*K*ecentilan banget sih ni anak," gumam bathin Erna.
"Udah, STOP STOP!" Uwais mencoba menghentikan riuhnya para andik. Tangannya melambai ke atas, meminta perhatian para andik untuk diam
Seketika suasana hening.
"*H*mmm syukurin! Pasti Uwais akan marah!" ucap Erna dalam hati. Dia tersenyum bahagia.
"Kamu ...." Uwais menunjuk Nana.
Nana panik.
"Ikut saya ke pabrik es, biar, hatimu gak meleleh lagi ya...." lanjutnya dengan wajah datar.
"WAAAA"
Para andik malah semakin riuh. Mereka bersorak tertawa dan bertepuk tangan.
Arrida menepuk lengan Nana. Dia terkekeh melihat Nana panik.
"Gila ... Kirain kak Uwais mau marah ... Eh, malah ngeprank ...." gerutu Nana. Namun dia lega ternyata tidak seperti yang dia pikirkan. Berbeda dengan Erna. Dia tidak percaya kalau Uwais ternyata malah balik bercanda.
"Hehehe ... Emang enak dikerjain," bisik Arrida. Hani yang disebelahnya juga ikut mentertawakan Nana yang terlihat panik.
"Sudah-sudah!" Rian mencoba mengambil kendali.
"Pokoknya untuk kalian tau aja, kakak senior yang satu ini walau tanpa tebar pesona memang sudah mempesona dan diharapkan kalian jangan ge-er apalagi sampai baper, bisa jadi masalah ... Okke! Nanti susah move on!" kata Rian menjelaskan sambil merangkul pundak Uwais.
"Udah punya pacar ya kak! Ah gak seru, cowok ganteng mah harusnya jangan punya pacar, ntar kegantengannya gak bisa dinikmati sama-sama," kata Nana yang sudah mulai tenang, tidak terlihat lagi kepanikan di wajahnya.
"Bener itu ...." celetuk yang lain dari barisan paling belakang. Namun suasana tidak lagi seramai tadi. Hanya beberapa anak saja masih mengobrol atau berkomentar pelan dengan teman-teman disampingnya.
Uwais dan Rian hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya.
"Ya sudah, perkenalannya sudah ya, kita mulai neh materi tentang P4K-nya ya," Kini Asep bersuara. Mengambil alih agar mereka semua kembali fokus pada materi.
Akhirnya kakak dewan senior yang didepan mulai. menyampaikan materi. Uwais yang menjadi pembicara menyampaikan materi dan mengarahkan rekan-rekannya untuk mempraktikkan macam-macam keadaan korban kecelakaan, korban musibah/bencana, sampai orang yang depresi atau pun orang yang konslet pikirannya (gila).
Sekitar enam puluh menit materi P4K disampaikan. Setelah sesi tanya jawab, pembahasan hari itu pun selesai. Acara ditutup. Para andik membubarkan diri.
Uwais yang dari tadi memperhatikan Arrida, tidak menyia-nyiakan kesempatan. Ia segera menghampirinya menahan langkah Arrida dan kedua sahabatnya ketika berjalan di koridor hendak menuju gerbang sekolah.
"Haiiii!" sapa Uwais
"Wih kakak ganteng nyapa kita euy." kata Nana tanpa mengalihkan pandangannya. Ia sangat intens menatap Uwais yang ada dihadapannya. Tanpa berkedip.
Arrida salah tingkah.
"O iya kak, ini Nana dan ini Hani" Arrida memperkenalkan kedua sahabatnya.
Mereka saling berjabat tangan dan tersenyum.
"Jadi males cuci tangan neh, abis dipegang kakak ganteng," kata Nana mengelus-elus telapak tangannya.
"Laminating aja sekalian,Na," kata Hani menimpali.
"Bener, tuh," Arrida menyetujui.
"Kamu lucu, Na," kata Uwais berkomentar.
" Aduh! Mana ini jantung, jantung ... Kayak copot ini," Nana memegang dadanya sambil tertawa.
Pletak
Arrida menyentil kening Nana.
"Sadar, Na! Inget, ga boleh ge-er apalagi baper,"
Arrida, Nana dan Hani cekikikan.
Uwais hanya tersenyum lebar.
...❇️❇️❇️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Cee Suli
suka karakter Nana yang ceria, semangat kak
2022-10-16
1
YuRà ~Tamà💕
Heyy... senior jangan deketin anak baru dlu dong.. di amati dr jauh aja ...
2022-04-21
2
Ayuna
Ceruuu
2022-04-12
2