Hari ini, adalah hari pertama Arrida kembali bersekolah, tepatnya, masuk ke Sekolah Menengah Atas kelas sepuluh. Masa liburan setelah kelulusan Sekolah Menengah Pertama telah usai. Kini, Arrida mengenakan seragam putih abu-abu menggantikan seragam putih birunya.
Baginya liburan kemarin merupakan momen yang luar biasa. Ada saat dimana dia hampir tertabrak disaat hujan deras dan bisa mengendarai motor dengan body gede di usianya yang mulai remaja bersama seorang laki-laki.
Maklumlah, ayahnya sangat protektif, sehingga tidak mengijinkan Arrida mengendarai motor sendiri terlebih motor dengan body gede. Dan lagi memang belum saatnya dia menggunakan motor sendiri karena belum punya SIM.
Kalau boleh jujur, waktu dia mengendarai motor milik Uwais adalah pengalaman yang pertama kali untuknya dengan tempuh waktu berkendara selama empat puluh lima menit. Selama ini, dia hanya pernah mencoba di lapangan dan di sekitar kompleks perumahannya. Itupun didampingi kakak laki-lakinya, Adnan.
🌼
"Deeek ... cepetaaan! Ntar telat!" teriak Adnan memanggil Arrida yang masih ada di dalam kamarnya. Dia kini sedang menikmati sarapannya di ruang makan bersama ayah dan ibunya.
"Gak usah berisik, Bang ... biar nanti Rida bareng bunda," kata Sofia, ibunya Arrida.
Adnan nyengir.
"Semalem adek minta dianter abang, Bun ... diia gak mau kalau harus berangkat sama bunda ... malu katanya ... ntar pada tau kalo dia anak bu guru," kata Adnan menjelaskan.
"Iya, Bun, Rida gak mau ... ntar dikira teman-teman, Rida bisa masuk ke sekolah situ karena ada bunda," kata Arrida yang baru saja turun dari kamarnya menuju ruang makan. Dia langsung duduk dan mengambil sepotong roti lalu mengolesinya dengan selai.
"Ya udah, terserah kamu, Nak ...." kata bu Sofia.
"Tapi kalo abangmu gak bisa nganter ... kamu naik umum ya." sambung pak Arthur, ayahnya Arrida.
"Siap, Ayah," Arrida menyetujui, sambil mengangkat tangannya, ujung jarinya menempel kening seperti sikap hormat.
"Wah kamu cantik, Dek." Adnan mengomentari, sambil menatap adiknya yang mengenakan seragam putih abu-abu panjang.
"Kamu kelihatan udah gadis ... bukan bocah lagi,"
"Rida udah putih abu-abu, Bang," Arrida tersenyum ke arah Adnan sambil menaik-turunkan kedua alisnya.
"Aish, gak usah ge-er ... ntar hidung kamu terbang," kata Adnan sambil mengacak pucuk kepala Arrida
"Abaaang ... sembarangan ih, berantakan kan jadinya," ujar Arrida sambil merapikan rambutnya.
"Maaf, Dek, abis kamu nggemesin, tau gak, awas kalo baru masuk sekolah udah ada yang naksir,"
"Adnaaaan," panggil pak Arthur sambil melirik Adnan yang terus menggoda adiknya.
"Hehehe, maaf yah,"
"Udah! Segera habiskan sarapannya, lalu antar adikmu ke sekolah!" perintah pak Arthur.
"Okke, Yah."
Tak lama kemudian setelah sarapan Adnan pun mengantarkan Arrida ke sekolah, sebelum akhirnya dia menuju kampus.
🌼
Arrida menarik nafas panjang di depan gerbang sekolah sesaat setelah sebelumnya berpamitan dengan Adnan.
Ia melangkahkan kakinya menuju GOR yang terletak disebelah timur sekolah, dekat dengan gedung dimana ruang guru berada. Di tempat itulah dia akan melaksanakan MOS (masa orientasi siswa) selama beberapa hari.
"Bismillah ...."
Hatinya agak bergetar, ada desiran aneh hadir di relung hatinya. Entah apa. Bahkan dia tidak bisa menggambarkan apa yang dirasakannya saat ini.
Mungkin 'bangga' ... itu yang ada di benaknya, bisa masuk sekolah favorit di kotanya. Harus bersaing ketat untuk bisa masuk ke sekolah itu. Ada seleksi melalui jalur hasil ujian ketika SMP, nilai raport, bahkan sampai melalui jalur tes seleksi yang diselenggarakan sekolah tersebut.
Namun, sepertinya bukan itu, getaran aneh yang hadir di hatinya ini terasa lebih indah. Entahlah. Dia belum bisa memahaminya.
"Hai," sapa seorang gadis di hadapan Arrida. Dia cantik berkulit putih, rambutnya agak ikal. Di sampingnya ada gadis bermata bulat dengan bulu mata lentik, memiliki rambut lurus sepundak.
"Aku Nana dan ini Hani," kata gadis itu memperkenalkan dirinya dan teman di sampingnya pada Arrida.
"Eh, hai juga, aku Arrida." jawab Arrida sambil menerima uluran tangan keduanya.
Ketiganya tersenyum.
"Yuk, kita masuk barisan, acara sudah maul dimulai," ajak Nana sambil menarik tangan Arrida.
Suasana MOS saat itu berjalan lancar dan tertib hingga 4 hari lamanya.
Dan kini Arrida masuk di kelas yang sama dengan Nana dan Hani. Kelas X IPA 1.
Hari pertama setelah masa orientasi.
Sudah dipastikan untuk waktu berikutnya ke depan mereka sudah mulai pembelajaran. Pun dengan kegiatan ekstrakurikuler wajib Pramuka dan kegiatan ekstrakurikuler lainnya.
"Kalian mau ikut kegiatan ekstrakurikuler apa Da, Na?" tanya Hani pada Arrida dan Nana saat istirahat setelah pelajaran olahraga.
"Aku ingin ikut PMR" jawab Arrida pasti.
"Aku juga" jawab Nana meyakinkan
"Kalo kamu Han?" tanya Arrida dan Nana hampir bersamaan.
Hani terdiam sejenak seperti sedang berfikir.
"Aku ikut kalian deh,"
"Lho kenapa? Bukannya kamu suka badminton? Kenapa kamu gak ikut ekstra Badminton aja, Han, sayang kan bakat kamu?" ujar Arrida yang mendapatkan anggukan dari Nana sebagai tanda setuju.
"Iya seh, tapi gak ada temennya,"
"Ya ampun, Han, kok mikirnya kesitu? ini bakat kamu lho ... jalani yang kamu sukai," kata Arrida sambil memegang pundak sahabatnya.
"Bener itu, Han," kata Nana.
"Kalau aku gak nyaman gimana? Soalnya, kebahagiaanku adalah bersama kalian,"
"Oooh, so sweet ...." ujar Nana berkomentar
"Ya udahlah, apa seh yang nggak buat Hani," kata Arrida gemas.
"Tenang aja Da, Na ... kalo soal bakat, aku kan udah ikutan klub sendiri, tiap hari Minggu,"
Arrida dan Nana hanya menganggukkan kepalanya.
"Masa putih abu-abu itu hanya tiga tahun, aku pengen menghabiskan waktu bersama kalian, akan aku buat quality moment nyampe kelas dua belas nanti, pokoknya best friend forever," ucap Hani meyakinkan keduanya.
"Aaah, indahnyaaa," kata Nana, kemudian dia memeluk Arrida dan Hani, hingga akhirnya ketiganya saling berpelukan.
"Eh, ngomong-ngomong, nanti siang pendaftarannya lho, aku udah dapet formulir pendaftarannya," kata Arrida sambil melepaskan pelukannya.
"Nanti kalo Hani mau ikut daftar, ikut sekalian aja pas kita nyerahin formulir," usulnya kemudian.
"Iya, jadi kamu bisa langsung daftar, okke, Han?" kata Nana sambil menepuk pundak Hani dan mendapatkan anggukan darinya.
🌼
Siang itu sepulang sekolah mereka menuju ruang PMR. Tepatnya hanya di depan ruangan PMR. Mereka mendaftarkan diri untuk menjadi anggota PMR.
Hanya mendaftarkan diri. Untuk info kegiatan selanjutnya akan dikabari melalui chat grup.
Lembar formulir pendaftaran, kini berada di tangan kakak dewan senior.
"Arrida Lathifatunnisa?“ gumam seseorang setelah memperhatikan beberapa lembar formulir pendaftaran.
"Kenapa Uwais? ada yang kamu kenal?“ tanya Erna, sesama dewan senior. Gadis itu diam-diam menaruh hati pada Uwais.
Tanpa menjawab pertanyaan Erna, dia berlari keluar.
Mencari seseorang. Berharap siapa yang ada didalam pikirannya saat ini adalah benar.
...🌸🌸🌸🌸🌸...
Makasih kakak readers...
Sehat selalu yaaa😘😘😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Ayuna
dewan senior...apa kakak kelasnya
2022-04-12
2
IG : @thatya0316
semangat kak
2022-03-01
3
pensi
hidungnya terbang 😂🤣
2022-02-27
1