Chap 19 (Stop Now!)

...Ya, aku mulai sadar. Tapi enggan untuk menyadarinya. Berhenti dari sekarang, sama saja aku lari dari apa yang belum aku mulai....

Detak jarum jam yang menunjukkan pukul enam malam itu seolah menjadi saksi tiap dentingnya. Juga dinding dinding rumah itu seolah bisa merasakan percikan api yang mulai muncul dipermukaan. Hening yang sempat tercipta kembali menguar kala suara larangan itu berteriak pada nyawa yang juga bersikeras menantang. Entah, sudah berapa lama mereka mempertahankan egonya.

"Cuma sebentar. Janji nggak bakal lama."

"Kamu itu ya, susah banget dibilangin! Kalau tidak, ya tidak Zoya!."

"Tapi Nek, Zoya udah janji. Enggak enak kalau dibatalin gitu aja."

"Sama siapa? Sama anak itu lagi, iya?!."

"Kemarin pulang maghrib-maghrib juga sama itu anak, kan?!."

Zoya tak lagi menjawab. Ah, dia paling tidak suka jika berdebat dengan Neneknya. Bukan mau membangkang atau apa, tapi jika emosi keduanya disatukan...akan sulit dipadamkan. Ya, pada dasarnya mereka berdua sama-sama keras kepala.

Gadis itu mengembuskan napas lelah sebelum kembali berujar dengan lirih. "Kali ini aja Nek, ijinin ya?."

Bukan tanpa alasan Nenek melarang, karena sedari awal Zoya sudah sering pulang setelah maghrib. Dan- bersama anak itu. Nenek paling benci jika cucunya itu dekat dengan lawan jenis. Apalagi ini untuk pertama kalinya Zoya delat dengan cowok sepengetahuan Nenek.

"Enggak kalau cuma ada kamu sama dia!."

"Zoya juga nggak bakal macam-macam kok. Zoya juga tahu batasan Nek," balasnya dengan wajah yang mulai kehilangan binarnya.

Ada hening yang cukup lama diantara keduanya. Hingga rangkaian kata yang sempat Zoya susun rapi-rapi harus kembali ia simpan kala suara salam dari luar mengalihkan atensi keduanya.

Nenek bangkit melewati ruang tamu, lalu membuka pintu dengan sosok tinggi tegap itu tersenyum kearahnya. Zoya tak perlu repot mencari tahu siapa dalangnya, dari suara saja ia tahu siapa orangnya.

Tapi, detik selanjutnya membuat binar matanya kembali menyala. Segera dia berlari menyusul kedepan, dan- ya...tatapnya bertemu dengan netra dingin Abang sepupunya itu.

"Zoya pergi sama dia aja!," seloroh Zoya menunjuk Arex dengan senyum lebar, sedang Arex mengernyit bingung di tempatnya.

"Pergi ke mana?."

"Ke Rumah sakit. Ya, ya, ya mau! Harus!."

"Idih maksa!."

"Nggak mau tahu harus mau!."

Arex menatap gadis itu tajam. Kenapa makin kesini anak itu semakin seenaknya?

"Nggak! Gue ke sini cuma mau kasih ini, udah itu aja. Arex pamit pulang Nek," balas Arex sembari meletakkan paper bag yang entah apa isinya. Lalu meraih tangan Nenek untuk dicium.

Zoya buru-buru menghentikan langkah Arex tepat didepan pintu. Dengan kedua telapak tangannya ia satukan, juga binar memohon itu sangat kentara. Ah, bodoh jika dia terlihat seperti mengemis dan untuk pertama kalinya memohon seperti ini kepada Abang sepupunya yang sangat menyebalkan itu.

"Please yang Bang ikut. Kalau nggak, Zoya nggak boleh keluar sama Varo. Hm, mau ya! Kali ini aja."

Arex terekekeh. Lihatlah, jika ada maunya saja gadis itu sopan memanggilnya dengan embel-embel 'Bang'

"Lo yang mau kencan gue yang repot! Enggak, gue nggak mau jadi nyamuk!."

"Hah? Siapa yang mau kencan coba! Udah dibilang mau ke Rumah sakit kok."

"Halah paling cuma buat alasan. Awas gue mau pulang!."

Zoya merentangkan tangannya panjang. Ck, harus seperti inikah agar dia bisa keluar malam ini?

"Ayolah Bang, Zoya nggak boleh pergi berdua aja. Abang ikut ya, entar Zoya turutin Bang Arex mau apa. Hm, please?!."

Arex diam sejenak sebelum anggukan itu mendapat senyum lebar gadis didepannya.

"Oke! Apapun yang gue mau, lo harus turutin!."

"Ahh, yess! Siap laksanakan!."

...)(...

Gemerlap bintang di angkasa sana bisa dengan jelas ia lihat. Gadis itu tersenyum kecil, melihat banyaknya lalu lalang orang masuk kedalam Gereja yang berada tepat didepannya. Dari sini, ia bisa melihat...bagaimana batas yang seharusnya ia jaga akan selalu terbentang jauh tanpa pernah bisa ia sentuh. Jarak, yang entah sejak kapan membuat hatinya terasa menyesakkan.

"Nih minum dulu!."

Uluran air mineral dari tangan Arex hanya Zoya lihat, sebelum beralih menatap netra sepupunya itu.

"Tumben, udah lo kasih racun ya?."

"****, resek juga ya lo!," balasnya sembari mengangkat botol itu hendak memukul kepala Zoya. Namun kembali ia turunkan. Meletakkan air itu dipangkuan adik sepupunya itu.

Hening yang cukup lama tak pernah ingin Zoya patahkan. Sunyi yang menemani seakan tahu bagaimana kondisi hatinya yang tiba-tiba memburuh hanya dengan menatap lurus kedepan, dimana sebuah bangunan kokoh itu menenggelamkan Varo beberapa saat lalu. Hingga heningnya dipecah paksa oleh suara Arex yang sangat ambigu.

"Rem mulai dari sekarang. Kalau enggak, lo yang bakal sakit nantinya."

Zoya menatap wajah Arex dari samping, meneliti apa benar cowok itu yang berbicara? Atau ia yang salah dengar?

"Hah? Lo ngomong sama siapa?."

Arex menoleh, menemukan dua sepasang netra itu. "Sama setan."

Zoya tak lagi membalas, tertawa sinis lalu menatap lurus kedepan. Namun, tanpa pernah Arex tahu...Ucapannya berhasil membuat Zoya berpikir ekstra. Ah, dia tidak sebodoh itu untuk mengartikan maksud perkataan Arex.

Hingga tak lama, sosok itu terlihat dari jauh. Seperti biasa, senyum lebar yang entah sejak kapan Zoya sukai. Langkah kecil kaki itu Varo bawa menuju seberang. Sampai tepat didepan kedua kakak kelasnya itu, senyumnya belum luntur.

"Maaf, jadi lama."

"Santai, nih minum!."

Refleks Varo menangkap lemparan air mineral dari Arex. Mengucapkan terima kasih sebelum membuka botol itu dan menegaknya sampai separuh.

"Lanjut?."

"Yok, keburu malem."

...)(...

Sudah lima hari sejak kejadian kecelakaan itu terjadi, dan sejak itu pula kedua mata Miranti masih terpejam. Enggan membukanya, mungkin dalam mimpinya itu lebih indah daripada kembali kedunia nyata. Dan sore hari ini, tepat pertama kali anggota baru pramuka inti dikumpulkan.

Ditengah riuhnya para siswa siswi, kedua orang itu tak ada niat untuk menghentikan perdebatannya. Hingga salah satu atensi lainnya menghampiri keduanya dengan geram yang sangat kental.

"Kalau mau ribut jangan disini!."

"Ngalangin jalan aja. Pindah ke belakang sono!," lanjut Zoya.

"Nih Kak bandel dia! Disuruh masuk aja nggak mau."

"Bukannya nggak mau ya! Emang gue nggak ngerasa daftar pramuka inti."

"Heh terus nama Alvero dikertas itu tadi siapa kalau bukan elu, hah?!."

"Tapi gue nggak pernah daftar kalau enggak elu pelakunya, Varo!."

"Terus kalau emang iya kenapa? Lo mau mundur gitu aja? Nggak bisa ya!."

"Ya kan, lihat sendiri Kak! Dia yang udah seenaknya ambil keputusan sepihak," sahut Vero menatap Zoya yang sudah memijit keningnya.

"Udahlah ngapain lo nggak mau ikut Pramuka, toh juga ada gue kan?."

"Bukan itu-."

"Udah stop! Sekarang masuk ke dalam!."

"Loh Kak, Vero nggak-."

"Banyak omong lo, ayok!," seloroh Varo menarik kasar tangan Vero yang sudah mengumpati saudara kembarmya itu.

"Ck, banyak drama ya mereka berdua," gumam Zoya kemudian menyusul masuk kedalam aula.

Reihan menoleh, mendapati si kembar sahabatnya itu duduk disebelahnya. "Kenapa tuh muka ditekuk?," tanya Reihan menelisik wajah Vero.

"Biasa, lagi datang bulan."

"Ngaco lo Var!."

Varo terkekeh, sedang Vero membuang muka ke arah lain. Malas meladeni kembarannya yang sangat menyebalkan  itu.

Setengah jam sesi perkenalan itu selesai sudah. Kini, Joy sedang didepan dengan segala informasi untuk kegiatan minggu depan yang akan mereka laksanakan.

"Gini ya adek-adek, Sabtu depan kita adakan acara penyambutan anggota baru. Lokasinya diluar sekolah, masih di rundingkan sama kakak kakak juga pembina. Kami harap kalian bisa mengikuti, kalau tidak...kalian tidak akan bisa merasakannya nanti," ujar Joy diakhiri kekehan.

Suara riuh tepuk tangan juga teriakan gembira menggema diseluruh ruang aula. Bahkan, dari depan Zoya bisa melihat bagaimana reaksi Varo yang sangat mendominan. Juga bagaimana wajah masam disebelah anak itu membuatnya terkikik geli. Ah, pasti seru jika ada dua anak itu. Bukan dua, tapi tiga. Si kembar dan satu sahabatnya- Reihan.

Beberapa menit kemudian, aula itu kembali sepi. Hanya ada beberapa kakak-kakak pramuka inti masih tinggal. Terutama Zoya, Hariz, dan juga Joy.

"Kalau ke puncak ke jauhan," ujar Joy diangguki Zoya.

"Iya juga sih, banyak makan dana," sahut Hariz.

Ketiga anak itu masih duduk melingkar. Tanpa sadar, ada sepasang mata yang mengawasi mereka dari jauh. "Kalau ke air terjun Anjangan, gimana?."

"Kan disana juga ada tempat buat kemah," lanjut Zoya.

"Oh ya, katanya di sana bagus tuh. Kita belum pernah ke sana juga kan?," balas Joy.

"Tapi bukannya jalan kesana agak meinstrem ya?."

Perkataan Hariz membuat ketiganya terdiam. Iya, mereka juga pernah mendengar itu. Tapi, dibalik perjalanan meinstrem itu, ada pemandangan yang sangat apik.

Hingga netra coklat itu meyadari jika ada sepasang mata yang mengamati. Detik selanjutnya, bibir itu terangkat kala lawan pandangnya tersenyum lebar.

"Heh! Malah senyum-senyum sendiri. Nggak lagi kesambet, kan?."

"Ah, enggak kok Kak Joy. Gimana, jadi kesana nggak?."

"Emm tanya ke pembina aja dulu ya."

"Ya udah nanti biar gue sama Joy langsung temuin Pak Arif. Lo pulang aja dulu, udah sore ini," usul Hariz dibalas anggukan Zoya.

"Duluan ya Kak. Kalau butuh bantuan langsung call aja! Assalamu'alaikum."

Setelah mendapat jawaban, Zoya berdiri. Melangkah menuju tempat sosok itu yang masih mengarah kepadanya.

"Ngapain masih di sini?."

Anak itu- Varo tersenyum sebelum membuka suaranya. "Itu Kak, kalau Vero ijin buat keluar dari Pramuka inti jangan dibolehin ya. Bilang aja nggak bisa main keluar, hm?!."

Zoya menautkan kedua alisnya. Benar-benar ya satu anak ini, usilnya kadang melewati batas. "Lo gitu amat sama Vero. Kalau nggak mau ya jangan dipaksa."

"Kalau nggak ada Vero, Varo yang nggak kuat Kak."

"Maksudnya nggak kuat?."

Varo mengembuskan napas kasar. "Gini ya Kak, pramuka itu kan sahabatnya malam...Nah Varo itu nggak suka malam, biasanya cuma Vero yang bisa bantu Varo kalau malam sama dedemitnya ganggu."

"Lo ngomong apa sih Var? Sumpah, gue nggak paham."

"Ya, pokoknya gitu lah!."

"Ck, amex lu."

Hendak Varo kembali membuka suaranya, tapi urung kala deringan gawai meminta perhatiannya. Nama yang tertera dilayar pipih itu, membuat Varo tanpa pikir panjang menekan tombol hijau.

Seiringan dengan detak jantungnya yang semakin berdebar, detik itu juga kabar dari seberang membuat tubuhnya luruh kebawah.

"Varo!."

"Kenapa?."

Wajah gadis itu menegang kala tatapan Varo tertutup oleh embun yang kapan saja bisa luruh. Ada desir hebat yang perlahan merambat, namun detik setelahnya...ketika Varo berucap, debar itu sirna. Berubah menjadi tangis haru keduanya tanpa mereka sadari.

...♡♡♡...

...Like👍...

...Nggak tahu Chap ini nggak jelas bangeettt😔...

^^^Tertanda^^^

^^^Naoki Miki^^^

Terpopuler

Comments

Conny Radiansyah

Conny Radiansyah

Tante Miranti sadar dari komanya...

2021-12-16

3

Ika Sartika

Ika Sartika

semoga kabar gembira ya ...

2021-12-14

1

Intan Lpg

Intan Lpg

mudah"an kabar baik

2021-12-14

1

lihat semua
Episodes
1 PROLOG
2 Chap 1 (Cowok Aneh)
3 Chap 2 (Satu Kenyataan)
4 Chap 3 (Si Kembar)
5 Chap 4 ( Senior Galak )
6 Chap 5 (Sisi Lain Dia)
7 Chap 6 (Yatim Piatu)
8 Chap 7 (Semesta & Lukanya)
9 Chap 8 (Dia lagi)
10 Chap 9 (Modus)
11 Chap 10 (Tenang Yang Hilang)
12 Chap 11 (Kisah Yang Pilu)
13 Chap 12 (Lari-Solusi)
14 Chap 13 (Beautiful Girl)
15 Chap 14 (Semesta Suka Bercanda)
16 Chap 15 (Pelampiasan)
17 Chap 16 (Noveleable)
18 Chap 17 (Segudang Petuah)
19 Chap 18 (Ketidak Mungkinan)
20 Chap 19 (Stop Now!)
21 Chap 20 (The World Is Back)
22 Chap 21 (Lintas Rasa)
23 Chap 22 (Rumit)
24 Chap 23 (Masalah)
25 Chap 24 (Terungkap)
26 Chap 25 (Genggam-Hancur)
27 Chap 26 (Luka Kembali Hadir)
28 Chap 27 (Bohong!)
29 Chap 28 (Kebetulan Yang Sesungguhnya)
30 Chap 29 (Awal Permusuhan)
31 Chap 30 (Penyerangan)
32 Chap 31 (Weekand)
33 Chap 32 (Menunggu Halal)
34 Chap 33 (Tanpa Pamit)
35 Chap 34 (Berharap)
36 Chap 35 (Varo Gila!)
37 Chap 36 (Marah)
38 Chap 37 (Malam Terakhir)
39 Chap 38 (Pawang)
40 Chap 39 (Happy New Year 2020)
41 Chap 40 (Awal Terbentangnya Jarak)
42 Chap 41 (Tahun Berganti_2021)
43 Chap 42 (Enam Tahun Kemudian)
44 Chap 43 (Tuan-Dokter?)
45 Chap 44 (Bertemu Kembali)
46 Chap 45 (Lama Tidak Bertemu)
47 Chap 46 (Hari Sial Untuk Zoya)
48 Chap 47 (Flashback)
49 Chap 48 (Pertanyaan)
50 Chap 49 (Sakit)
51 MAAF:)
52 REKOMENDASI CERITA
53 Chap 50 (Fitnah)
54 Chap 51 (Gagal Total)
55 Chap 52 (Henti Jantung)
56 Chap 53 (Terluka)
Episodes

Updated 56 Episodes

1
PROLOG
2
Chap 1 (Cowok Aneh)
3
Chap 2 (Satu Kenyataan)
4
Chap 3 (Si Kembar)
5
Chap 4 ( Senior Galak )
6
Chap 5 (Sisi Lain Dia)
7
Chap 6 (Yatim Piatu)
8
Chap 7 (Semesta & Lukanya)
9
Chap 8 (Dia lagi)
10
Chap 9 (Modus)
11
Chap 10 (Tenang Yang Hilang)
12
Chap 11 (Kisah Yang Pilu)
13
Chap 12 (Lari-Solusi)
14
Chap 13 (Beautiful Girl)
15
Chap 14 (Semesta Suka Bercanda)
16
Chap 15 (Pelampiasan)
17
Chap 16 (Noveleable)
18
Chap 17 (Segudang Petuah)
19
Chap 18 (Ketidak Mungkinan)
20
Chap 19 (Stop Now!)
21
Chap 20 (The World Is Back)
22
Chap 21 (Lintas Rasa)
23
Chap 22 (Rumit)
24
Chap 23 (Masalah)
25
Chap 24 (Terungkap)
26
Chap 25 (Genggam-Hancur)
27
Chap 26 (Luka Kembali Hadir)
28
Chap 27 (Bohong!)
29
Chap 28 (Kebetulan Yang Sesungguhnya)
30
Chap 29 (Awal Permusuhan)
31
Chap 30 (Penyerangan)
32
Chap 31 (Weekand)
33
Chap 32 (Menunggu Halal)
34
Chap 33 (Tanpa Pamit)
35
Chap 34 (Berharap)
36
Chap 35 (Varo Gila!)
37
Chap 36 (Marah)
38
Chap 37 (Malam Terakhir)
39
Chap 38 (Pawang)
40
Chap 39 (Happy New Year 2020)
41
Chap 40 (Awal Terbentangnya Jarak)
42
Chap 41 (Tahun Berganti_2021)
43
Chap 42 (Enam Tahun Kemudian)
44
Chap 43 (Tuan-Dokter?)
45
Chap 44 (Bertemu Kembali)
46
Chap 45 (Lama Tidak Bertemu)
47
Chap 46 (Hari Sial Untuk Zoya)
48
Chap 47 (Flashback)
49
Chap 48 (Pertanyaan)
50
Chap 49 (Sakit)
51
MAAF:)
52
REKOMENDASI CERITA
53
Chap 50 (Fitnah)
54
Chap 51 (Gagal Total)
55
Chap 52 (Henti Jantung)
56
Chap 53 (Terluka)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!