Satu bulan kemudian.
Terlihat disebuah ruang khusus salah satu restoran, sudah berkumpul lima orang dengan ekspresi yang berbeda-beda. Dua laki-laki paruh baya diantaranya terlihat menunjukkan ekspresi senang dan tengah asik dengan obrolannya, sedang seorang perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu seakan tengah menelaah situasi yang ada. Dan berbeda jauh dengan ekspresi yang lainnya, seorang perempuan muda masih terlihat kaget juga tengah menahan marah setelah beberapa waktu lalu mendengar pembicaraan inti dari pertemuan ini. Wajah terkejutnya benar-benar tak sedikit pun bisa ia tutupi, tangan yang terkepal dengan kuat dibawah meja menunjukan seberapa keras ia berusaha menahan emosinya.
Ya, beberapa saat lalu mereka baru memutuskan tanggal pernikahan dan dalam waktu dekat ini akan segera diselenggarakan. Tentu saja hal itu membuat perempuan muda itu teramat kesal dan marah, bukankah tempo hari dia sudah meminta laki-laki itu untuk membatalkannya? Tapi kenapa jadi seperti ini? Dia kira dipertemuan ini laki-laki itu akan membuat penolakan, tapi ternyata ia benar-benar merealisasikan ucapannya tempo hari. Padahal dia sudah memintanya untuk memikirkan tindakan nekatnya itu, karena dia tahu pasti baik dirinya maupun laki-laki itu jelas sangat tidak menginginkan pernikahan ini terjadi.
Tapi untuk dia menolaknya secara langsung pada sang ayah itu sungguh sangat mustahil, dia tak mau dan tak tega untuk mengecewakan ayahnya. Oleh sebab itu, dia berharap laki-laki itulah yang akan menolak pernikahan ini. Huh.. Andai saja laki-laki yang akan dinikahkan dengannya bukan laki-laki itu, tentu tidak akan seberat ini dia menerimanya.
Ditatapnya laki-laki muda yang ada didepannya tajam, seolah hanya dengan menatapnya seperti itu bisa berhasil membuat yang ditatap hancur tercabik-cabik. Berbeda halnya dengan laki-laki yang ditatap, yang menunjukkan reaksi santai bahkan kelewat santai seolah tak peduli dengan tatapan nyalang yang seakan ingin membunuhnya itu.
" Kenapa kau melakukan ini!? " Geram Arcelia dalam hati, namun seakan tersampaikan melalui sorot matanya.
Arcelia masih menatap Irsyad, yang sesekali terlihat menimpali obrolan dari kedua laki-laki paruh baya di sampingnya. Hingga sebuah suara membuatnya mengalihkan tatapannya.
" Nak Lia.. " Seru perempuan paruh baya yang sontak saja membuat yang ditanya sedikit terperanjat dari lamunannya.
" I..iya tante? " Sahut Arcelia berusaha mengendalikan diri dari segala emosinya.
" Lho kok malah melamun? " Heran perempuan paruh baya itu ketika melihat sekilas raut terkejut Arcelia.
" Tante mau tanya, kira-kira kamu menginginkan konsep dan tema pesta pernikahan seperti apa? Siapa tahu 'kan kamu punya keinginan tertentu? " Lanjut perempuan paruh baya bernama Lidya itu bertanya, takut jika calon menantunya ini memiliki pesta pernikahan impian versi dirinya sendiri, namun sungkan untuk menyampaikannya. Karena kebetulan dirinyalah yang bertanggung jawab mengatur segala persiapan pernikahan ini. Sebagai seorang perempuan, dia merasa perlu menanyakan hal ini, bagaimana pun juga dulu dia juga pernah merasakannya.
" Emm.. Untuk itu.. Lia tidak begitu mempermasalahkannya tante. Terserah tante saja, Lia akan ikut saja. " Jawab Arcelia sedikit kikuk, jelas saja karena ia memang tidak pernah memiliki gambaran apapun mengenai hal itu. Apalagi di kondisinya yang seperti saat ini.
" Lho kenapa begitu, sayang? Masa terserah tante sih, kan yang akan menikah kamu, nak. Jangan sungkan begitu, tidak apa-apa katakan saja. " Bujuk Lidya mengerti bahwa calon menantunya itu pasti akan merasa sungkan, seperti dugaannya.
" Bukan begitu tante, tapi Lia benar-benar tidak mengerti mengenai ini. Maka dari itu, Lia serahkan semuanya pada tante saja, tidak apa 'kan tante? " Ungkap Arcelia sedikit tak enak hati mengatakan yang sebenarnya.
" Yasudah kalau memang begitu, tapi nanti tante akan tetap meminta pendapatmu yaa selama persiapannya. " Putus Lidya akhirnya setelah melihat raut bingung calon menantunya.
" Iya, siap tante. " Sahut Arcelia dengan tersenyum cerah, perasaannya sedikit lega karena ucapannya tadi tidak sampai menyinggung istri dari sahabat ayahnya tersebut.
Hardi, yang merupakan suami Lidya memang sudah menjalin persahabatan selama berpuluh-puluh tahun dengan Darwin, karena itu jugalah istri mereka pun menjadi dekat dan ikut bersahabat. Dulu, ketika Almarhumah ibunya Arcelia masih ada, keluarga mereka sering kali bertemu dan bahkan berlibur bersama. Namun, seiring berjalannya waktu baik Hardi maupun Darwin mulai disibukan dengan bisnisnya masing-masing. Terlebih semenjak Listiana istri dari Darwin meninggal dunia, frekuensi pertemuan mereka menjadi semakin sedikit dikarena Darwin yang memilih untuk menetap diluar negeri bersama putrinya.
Dan alasan terjadinya perjodohan inipun, tak lain dan tak bukan didasari oleh persahabatan mereka tersebut.
✨✨✨✨
" Kenapa kau malah menerimanya? " Bertanya dengan tatapan tak suka dan diliputi emosi.
" Apa? " Orang yang ditanya malah balik bertanya dengan tanpa dosa.
" Ck, kau ini kekanakan sekali! Apa tujuanmu dengan ini semua? " Arcelia kembali melayangkan pertanyaan dengan napas yang memburu. Gemuruh didalam dadanya yang seakan ingin segera meluapkan segala amarah dan kekesalannya pada orang yang ada dihadapannya.
Kini mereka berada di area sebuah toilet di restoran tersebut, tadi begitu melihat Irsyad undur diri untuk kebelakang dengan sigap Arcelia pun mencari alasan untuk bisa ikut keluar juga.
" Kenapa? Hufft, Lia..dalam hidup selain kemenangan, terkadang kau juga harus merasakan yang namanya kekalahan." Bukannya menjawab laki-laki itu malah berucap hal lain, hingga membuat Arcelia menautkan kedua alisnya, bingung.
Apa maksudnya? Yang ditanya apa, malah menjawab apa. Kira-kira itulah yang ada dibenak Arcelia.
" Kau sudah terlalu sering menang Lia.. Sekarang biar giliran ku yang merasakannya. " Imbuhnya dengan raut tenang dan diakhiri dengan senyum mengejek. Ia tidak peduli dengan lawan bicaranya yang kini sepertinya sudah mengerti kemana arah dari ucapannya itu.
" Kurang ajar! " Geram Arcelia
Yang benar saja, apa dia sudah gila?! Hanya karena hal itu dia melakukan ini? Hanya sebuah perselisihan kecil dan rentetan kejadian-kejadian dimasa lalu? Benar-benar menyedihkan!
" Seputus asa itukah kau ingin mengalahkan ku? Apa otak udang pun itu kini sudah berhenti bekerja, hingga kau mengambil cara paling menyedihkan ini? " Ejek Arcelia telak bahkan sang lawan bicara pun terasa tertampar dengan ucapannya barusan.
Mendengar itu Irsyad memalingkan wajahnya, dengan rahang yang mengeras dan kedua tangan yang terkepal kuat. Terlihat jelas sekali kini dia sedang diliputi emosi dan amarah.
" Ahh.. Sudahlah. Sekali pecundang, kau memang akan tetap menjadi pecundang! " Tegas Arcelia dengan penuh penekanan, kemudian dia berlalu meninggalkan Irsyad.
" Tidak akan lagi!! Mari kita lihat, siapa yang akan menjadi pecundang kali ini! " Ucap Irsyad menatap punggung Arcelia yang kian menjauh.
.
.
.
.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
💕Leyka Gallardiev 💕
lanjut 💪
2022-12-29
2