" Aaaaaaaa " Teriakan keras yang diikuti oleh suara benda berjatuhan.
Prang
" Sialan! " Umpatnya dengan terus melempar dan menghancurkan benda benda disekitarnya.
Kemarahan dan kekesalannya kali ini benar-benar tidak bisa ia kendalikan lagi. Sekali lagi, dan lagi lagi ia dibuat malu dan seakan diinjak-injak tanpa pernah bisa melakukan perlawanan apapun.
Padahal tinggal sedikit lagi tender itu akan bisa jatuh ke tangannya, dengan semua persiapan dan data yang telah ia siapkan dengan sempurna dari jauh-jauh hari. Bahkan sudah dapat ia pastikan bahwa ia akan memenangkannya, semuanya berjalan dengan sempurna dan sesuai dengan prediksinya. Namun sialnya, di detik-detik terakhir semuanya hancur berantakan hanya karena rivalnya itu berhasil mengungguli dua poin di atas darinya.
" Aaaaaaaaaaa " Teriaknya lebih keras lagi dari sebelumnya.
Harga dirinya sebagai seorang laki-laki rasanya telah tercabik-cabik, bahkan mungkin rasanya ia sudah tidak memiliki harga diri lagi, semua harga dirinya seakan hancur dan dirampas secara paksa dengan begitu saja. Bukan, bukan karena ia tidak mampu menerima kekalahan! Jelas bukan karena hal itu. Kalah dan menang itu adalah hal biasa dan bukan sesuatu hal yang baru lagi dalam kehidupannya. Namun semua hal itu akan berbeda jika sudah berkaitan dengan 'dia'. Ya!Kenapa lagi lagi harus dia? Kenapa harus wanita arogan dan sinting itu lagi yang harus membuatnya merasakan kekalahan?
" Berani-beraninya! Aaaa.. Berani sekali kau mempermalukan ku! " Teriaknya dengan penuh ketidakterimaan.
Mungkin jika pemenang tender kali ini bukan gadis itu, keadaannya tidak akan sekacau ini. Mungkin ia akan jauh lebih tenang dan tidak akan merasa kalah seperti ini. Karena sejujurnya meski ia kalah dan tidak memenangkan tender ini sekali pun, hal ini bukan masalah besar untuknya. Dan tidak akan sampai mempengaruhi kinerja dan kualitas berjalannya perusahaan milik keluarganya. Lagi pula ia bukanlah seseorang yang terlalu berambisi dan selalu mengupayakan segala hal demi mencapai apa yang sedang diinginkannya.
Hanya saja saat ini egonya sedang menguasai dirinya, dia benar-benar tidak mengerti mengapa jika sudah berurusan dengan gadis satu itu segala sesuatu yang ada disekelilingnya menjadi tak terkendali. Hal yang sama pun pernah terjadi disaat dia masih di bangku sekolah menengah atas dulu, hari itu merupakan pemilihan calon ketua osis dan dia salah satu kandidat yang mencalonkan diri sebagai ketua osis. Dia bahkan yang digadang-gadang akan menjadi ketua osis berikutnya, karena hampir seluruh siswa pada saat itu mendukung dirinya.
Tapi entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja keadaan berubah. Posisinya tergeser dan malah membuatnya terpilih menjadi wakil ketua osis mendampingi orang yang telah berhasil menggeser posisinya itu. Dia bahkan harus rela bekerja sama yang lebih tepatnya menjadi pesuruh dari gadis tengil yang terpilih sebagai ketua osis kala itu, yaaa.. Lagi-lagi gadis itu si Arcelia itu yang telah dan selalu membuatnya kalah.
" Tidak, aku tidak terima! Kenapa harus dia? Dan kenapa selalu dia? " Ucapnya lagi dengan kembali mengobrak abrik seluruh isi ruangannya.
Ruangan yang semula rapih itu, kini sudah hancur tak berbentuk. Seluruh isi ruangan itu sudah teronggok mengenaskan dilantai, menjadi sasaran kemarahan sang pemilik. Setelah lama meluapkan segala emosinya, hingga akhirnya kini ia mendudukkan dirinya di sofa sambil tatapannya memandang lurus ke depan. Masih dengan napasnya yang memburu berusaha menetralkan kembali emosi dan pikirannya. Namun bukannya tenang, ia justru kembali teringat ucapan Arcelia yang sangat menjengkelkan tadi.
" ... Hati-hati takutnya nanti kau malah menangis kecewa. "
" Aaaaaaaa.. Sialan! Awas saja kau! " Teriakan yang disertai umpatan kembali terdengar ketika suara itu terus terngiang dan tak henti merecoki isi kepalanya. Bahkan lengkap dengan senyum mengejek dan wajah menyebalkan gadis itu.
✨✨✨✨
Sedangkan di tempat lain, tepatnya di sebuah rumah mewah mobil yang Arcelia tumpangi baru saja sampai.
Dengan sedikit berlari kecil Arcelia memasuki rumah tersebut, sudah tak sabar rasanya ingin segera berjumpa dengan sang Ayah. Wajar saja, setelah berbulan-bulan lamanya mereka tinggal berjauhan dan berkomunikasi hanya melalui via telepon, kini saatnya ia meluapkan segala kerinduannya pada sang Ayah.
" Daddy... " Teriaknya ketika sudah berhasil masuk dan berada di ruang keluarga.
Kembali melangkah mencari sosok yang dirindukan, sampai akhirnya sampailah ia di halaman belakang rumahnya. Di sana terlihat seorang pria paru baya sedang duduk sambil menyesap minumannya.
" Daddy! " Panggilnya dengan berlari menghampiri dan menghambur ke pelukan tubuh penuh kehangatan itu.
Bergelayut manja dan memeluknya dengan erat, sangat erat sambil merasai bau harum tubuh pria sangat ia sayangi dan rindukan itu.
" Hahhaha.. Hallo sayang, bagaimana kabarmu? " Sapa Darwin disertai tawa dan kedua tangan yang menahan tubuh putrinya yang kini sedang bergelayut ditubuhnya dengan kedua kakinya yang melingkar di pinggangnya.
" Ternyata kamu berat juga ya sekarang. " Keluhnya masih dengan tertawa renyah, sengaja meledek putrinya.
" Aah.. Daddy! Biarkan saja, aku akan tetap begini sampai Daddy merasa lelah. Ini adalah hukuman untuk Daddy karena pergi sangat lama. " Sahut Arcelia dengan mencebikkan bibir dan menatap sang Daddy dengan tatapan tajam menunjukan aksi protesnya.
" Hahaha.. Baiklah, baiklah. Lakukan sesukamu, sayang. " Ucap Darwin kemudian ia mengecup kening sang putri dan membiarkannya tetap dengan posisinya.
Setelah beberapa saat, Arcelia pun turun dari pangkuan Tuan Darwin. Menatap ayahnya seolah ingin menemukan sesuatu dibalik wajah tampan sang ayah yang meski kini sudah dihinggapi beberapa garis halus di wajah tegasnya itu. Lama menatap dan sang ayah pun membiarkan, hingga kemudian hanya helaan napas lah yang keluar dari bibir mungil Arcelia.
Mendudukkan dirinya di kursi santai di sana yang kemudian diikuti oleh sang ayah yang duduk disebelahnya. Arcelia menyerah, ia benar-benar tak bisa membaca apapun yang kini ayahnya pikirkan.
" Dad.. " Serunya setelah beberapa saat lalu saling terdiam.
" Apa, yang sebenarnya ingin Daddy bicarakan? " Tanya Arcelia akhirnya benar-benar menyerah dan ingin segera tahu.
" Ekhmm.. " Tuan Darwin pun berdehem seolah sedang bersiap untuk memulai pembicaraan, tatapannya lurus melihat taman indah yang begitu subur didepannya.
" Ya, mengenai itu.. Daddy mempunyai permintaan padamu, Lia. Daddy berharap kamu mengerti dan mau memenuhinya. " Ujar Tuan Darwin terdengar sedikit ragu, meski begitu ia sudah mempertimbangkan hal ini dengan sangat matang.
" Permintaan?! " Bingung Arcelia menoleh menatap sang ayah, dan disahuti oleh anggukan kepala sang ayah.
Bukan karena apa, namun ia merasa aneh saja karena baru kali ini ayahnya meminta sesuatu darinya. Dia bahagia, dan tentu saja Arcelia akan memenuhinya dengan segenap jiwa raganya. Akan tetapi terdengar dari nada ayahnya bicara, ini bukan sesuatu hal yang biasa dan karena hal itu jugalah ia menjadi sedikit ragu.
" Apa itu Dad? Selama aku bisa, aku pasti akan memenuhinya. " Jawab Arcelia mantap meski hatinya ada sedikit takut.
......................
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
💕Leyka Gallardiev 💕
lanjut 💪💪💪
2022-12-29
2
ArgaNov
Hai Kak, semangat julisnya. singgah juga ke ceritaku ya
2022-11-05
1