M3 🥀 : TOXIC
Seorang gadis cantik yang mengenakan dress rumahan berwarna baby blue tampak tengah menyiram tanaman bunga Fuschia yang merambat dengan apik pada besi penyangga yang dibentuk sedemikian rupa, saat sebuah mobil memasuki kawasan pekarangan rumah. Senyum mengembang lebar di bibirnya, saat mengetahui siapa yang keluar dari pintu kendaraan tersebut.
“Mas.”
Dia memanggil seraya menjatuhkan selang yang tadinya dia gunakan sebagai alat untuk menyiram tanaman. Dengan segera dia berlari, mengabaikan kondisisnya yang beberapa kali hampir tersandung kerikil. Ketika sudah dekat dalam jangkauan, gadis cantik bersurai indah itu memeluk pria yang dia rindukan setengah mati. Aroma citrus yang segar, khas prianya, menyeruak masuk ke indra penciuman.
“Kenapa hm?”
Ditanya demikian, gadis cantik itu menggeleng. Dia masih tetap mempertahankan posisi memeluk sang suami. Tubuh pria itu terlalu candu untuk segera dia hapus dalam benak berselimut rindu.
“Katanya Mas pulang kemarin. Kok sekarang baru nyampe?” gadis cantik dengan netra bulat berbinar itu bertanya seraya melonggarkan pelukan.
“Kamu marah?”
Gadis itu menggeleng, seraya meraih punggung tangan lawan bicaranya untuk disalami. “Lupa, belum salim,” ujarnya seraya tersenyum lebar. Memperlihatkan cekungan sabit di kedua kelopak matanya.
Pria rupawan itu mengikis jarak guna menjatuhkan satu kecupan di kening gadisnya. Satu momen intim yang selalu dia ingat jika bersama gadisnya.
“Masuk dulu, Mas. Tadi aku sama Bibi masak rendang jamur, dendeng asam-manis, sama gulai cumi isi tahu. Mas udah makan siang belum?”
“Belum sempat.”
Gadis cantik yang tengah menggandeng ‘suaminya’ itu tersenyum lebar. Dia memang tidak tahu jika pria itu akan kembali sekarang, padahal jadwal kepulangannya adalah kemarin. Tetapi dia positif thingking saja, mungkin suaminya sedang banyak pekerjaan di kota. Toh, ia juga tahu jika suaminya itu orang yang sibuk.
“Mas mau makan atau mandi dulu?” tanyanya, saat mereka sudah tiba di kamar utama.
Rumah yang dibangun di tengah tanah yang luas itu, memang memiliki dua lantai. Ada 4 kamar tidur di dalamya. Interior bangunan tersebut dibuat klasik, menggabungkan unsur kayu tropis dengan gaya biophilic, yaitu penggabungan unsur alam ke dalam lingkungan rumah. Mengingat jika nyonya rumah tersebut sangat mencintai tumbuhan. Sangat kontras dengan letak rumah yang strategis, berada di dekat perkebunan teh yang memiliki pemandangan asri.
“Mandi.”
“Kalau gitu biar aku siapin airnya dulu,” usul gadis cantik tersebut seraya membantu sang suami melepaskan dasi.
Pria rupawan dengan balutan setelan berwarna gray itu tersenyum tipis, saat melihat ketelatenan jemari lentik gadisnya membantu. Tubuh mungil gadis tersebut bahkan tidak sampai menyentuh dagu. Membuatnya teramat kecil jika berada di hadapannya.
“Apa kamu makan dengan baik selama aku pergi?” tanyanya seraya menyentuh surai hitam sang gadis.
“Iya. Kemarin aku, Bibi, sama Mang Ujang masak nasi liwet. Kita makan bertiga di saung belakang. Niatnya mau sekalian nungguin Mas pulang, tapi enggak datang-datang.”
“Kamu menunggu?”
Gadis cantik itu mengangguk. “Nunggu sambil bercocok tanam. Kemarin Wati bawa benih bunga Matahari. Aku tanam di belakang rumah, enggak apa-apa?”
“Hm.”
Gadis itu terdiam setelahnya. Ia masih sibuk berkutat dengan membantu sang suami. Hilir mudik kesana-kemari, menyimpan jas di-hanger, menyimpan koper di dekat almari, semua itu tidak lepas dari amatan netra gelap milik Darren Aryasatya Xander.
Pria rupawan itu kemudian beralih, meraih tangan mungil gadis cantik tersebut saat hendak pergi ke kamar mandi.
“Ella.”
“Kenapa, Mas? Aku mau siapin air buat mas mandi.” Gadis cantik itu mengernyitkan kening. Menunggu kalimat sang suami berikutnya.
Namun, alih-alih menjawab, pria itu malah mengkis jarak. Membuat manik keemasan milik gadis yang dipanggil Ella itu terbeliak untuk sesaat. Detik berikutnya, Darren memangkas jarak yang terbentang di antara mereka. Mempertemukan dua labium, menciptakan rasa manis yang tak terkira. Membayar rindu yang sempat tercipta di antara dua insan yang saling dimabuk asmara.
Seumur hidupnya, dia sudah beberapa kali berciuman. Dari ciuman sebatas kecupan hingga luar biasa sensual. Akan tetapi, tidak ada rasa yang dia dapat seperti milik gadisnya. Manis yang membuat candu. Menghilangkan dahaga efek merindu. Membuat lupa akan rotasi waktu. Tak peduli jika selama ini ada gurat toxic di antara hubungan yang dia bangun bersama gadisnya.
🥀🥀
Seorang wanita cantik yang mengenakan cut of shoulder dress berwarna hitam dengan model mermaid yang memiliki belahan tinggi pada kaki, memasuki sebuah ballroom hotel seorang diri. Ketukan heels bertumit tinggi bertaburan gilter yang dia kenakan, tampak mencuri perhatian beberapa orang yang telah hadir di sana. Siapa yang tidak akan terpesona melihat kecantikan titisan Dewi kecantikan, Aphrodite. Dia memang selalu bercahaya di manapun berada.
“Ev,” panggil seorang wanita paruh baya yang tampak cantik dalam balutan dress berwarna dark blue.
“Mama di sini, juga?” Ev memasang tampang terkejut saat Diana Xander menghampiri.
Mantan putri Indonesia itu masih tampak menawan walaupun sudah tidak muda lagi. Dia menggunakan dress berbahan siffon yang tampak memancarkan aura keanggunan seorang ningrat.
“Iya. Mama datang sama Papa.” Diana Xander tersenyum tipis setelah cipika-cipiki dengan menantunya. Kemudian dia menoleh, mencari keberadaan seseorang.
“Di mana Darren?”
“Darren ada, Mah.”
“Wait, jangan bilang kalau anak itu ada di suatu tempat dan sedang mengurusi pekerjaan?”
Ev tersenyum kecil seraya mengangguk. Camera, rolling, action. Dalam hari, Ev mengintruksi diri sendiri. dia tahu jika konsekuensi datang ke acara ini pasti akan berujung begini. Kehadiran pasangan suami istri Xander yang tidak lain dan tidak bukan adalah mertuanya sendiri, pasti akan menimbulkan banyak pertanyaan.
“Darren sibuk, Mah. Dia memiliki tanggungjawab terhadap perusahaan yang menaungi ribuan pekerja.”
Diana Xander tersenyum tipis. Tangannya bergerak menyentuh tangan sang menantu. “Kamu adalah istri yang pengertian sekali, Ev. Kamu bisa mengerti Darren yang sifatnya sebelas-dua belas seperti ice bear.”
Ev tersenyum kecil. “Iya, ice bear yang dapat membuat Ev jatuh hati.”
“Ah, kamu bisa aja.” Dia tersenyum kecil. “Tapi, kenapa kalian jarang main ke rumah? Mama sudah siapkan perayaan kecil-kecilan untuk merayakan anniversary kalian.”
“Kemarin kita harus menghadiri pernikahan teman, Ma. Maaf, belum sempat mampir.”
“Tidak apa-apa.” Diana berucap seraya mengenggam punggung tangan sang menantu.
Ev baginya adalah menantu idaman. Dia cantik, baik, attitude and manner-nya bagus, terpelajar, anggun, dewasa, dan dapat mengerti putranya. Sejak kecil, Diana khawatir dengan Darren yang selalu tertutup pada dunia luar.
Darren kecil lebih suka menghabiskan waktu di dalam kamar, bersama dengan seperangkat personal computer dan gadget. Namun, semua itu perlahan berubah saat Darren dijodohkan dengan Ev. Sedikit banyaknya, ia bisa beraktifitas di luar rungan karena kerap kali harus menemani Ev pemotretan.
“Asalkan Ev, ingat satu hal.”
“Iya, Mah?”
“Jangan sampai kecuekan kamu terhadap sikap Darren membuatnya lupa akan kewajibannya terhadap kamu.”
Ev terdiam. Kewajiban Darren terhadapnya hanya sebatas benefit yang telah disepakati. Pria itu tidak memiliki kewajiban apapun setelain itu. Termasuk soal peduli akan perasaan Ev.
“Kamu adalah istri Darren, perioritas di atas segala perioritas.” Ev mengangguk tanpa menjawab. “Mama harap kalian bisa lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Ini sudah lima tahun, Ev. Bukankah sudah waktunya kalian memikirkan soal momongan?”
“Iya, Ma.”
“Jangan iya-iya terus, Ev. Coba realisaikan. Kalian harus mulai memikirkan untuk memiliki keturunan. Keluarga besar kita menanti kehadiran cucu dari kalian.”
Ev mengangguk tanpa kata. Karena setelah berkata demikian, perhatian Diana Xander teralihkan. Suara pembawa acara di panggung membuat Ev terselamatkan. Setidaknya dari pertanyaan keramat bagi usia pernikahannya yang sudah menyentuh angka 5.
Ev berusaha semaksimal mungkin menimpali setiap permbicaraan menyangkut momongan. Padahal dia tahu sendiri, jika pria yang berstatus sebagai suaminya selama ini bahkan tidur di ruangan terpisah. Jangankan merealisasikan keinginan mereka untuk segera memiliki cucu, Ev sangsi jika dalam kurun waktu yang belum ditentukan, badai akan menerjang rumah tangganya dengan Darren.
...🥀🥀...
...TBC...
...Setelah ini, badai akan terungkap. Ev pintar memprediksi juga, ya. Kira-kira sampai kapan Ev akan abai?...
...Sukabumi 15/11/12...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Erni Fitriana
kecurigaan aku terjawab sudah😔😔😔....paatiiiiiiiiiii
2022-09-10
2
Walaupun ngulang baca, tetep nyesek 😌
2022-07-13
2
YuWie
ternyata ditinggal nikah ev
2022-06-16
4