M5 🥀: WANITA DARREN TERLUKA
“Udah, Mas. Kasihan Komar,” lerai Ella seraya menarik lengan sang suami. Sekuat tenaga wanita muda itu menjauhkan tubuh sang suami dari Komar yang sudah babak belur. Darren benar-benar memukul Komar membabi buta. Pria rupawan itu lepas kendali pasca melihat sang istri disakiti.
“Udah, Mas. Ella takut,” cicit Ella seraya memeluk lengan bisep milik sang suami.
Mendengar suara sang istri yang bergetar ketakutan, Darren baru dapat menguasai dirinya. Pria rupawan itu kemudian berbalik, menatap Ella yang tampak ketakutan. Sadar akan tindakannya yang telah menakuti sang istri, Darren menghela nafas gusar. Ia lepas kendali.
“Ayo kita pulang,” ajaknya seraya meraih tubuh mungil sang istri. Membawanya ala bridal style, meninggalkan Komar yang masih mengerang kesakitan pasca menerima amukan dari seorang Darren Aryasatya Xander.
Tiba di rumah, Darren langsung meminta kotak P3K pada bi Mimin. Wanita tua itu datang terpogoh-pogoh dengan perasaan cemas kala melihat nyonya mudanya pulang dalam gendongan sang tuan. Bi Mimin juga bisa melihat amarah yang tertinggal di wajah Darren.
“Mas Darren.”
“Hm.”
Darren yang tengah mengobati siku sang istri yang lecet itu menjawab sekenanya. Raut wajah pria tampan itu tampak datar juga dingin. Membuat Ella menciut kala hendak bertanya lebih lanjut. Ella tahu jika sang suami tengah marah saat ini. Kendati demikian, Ella tidak tahu harus membuat amarah sang suami reda dengan cara apa.
“Maafin Ella ya, Mas. Mas pasti marah karena Ella, ‘kan?” cicitnya pelan.
“Aku marah bukan karena kamu, Ella. Aku cuma tidak suka wanitaku terluka,” jawab Darren seraya menaikkan pandangannya. Membiarkan netra gelap miliknya mengabsen rupa cantik milik sang istri. Takut-takut ada luka lain yang tertinggal.
“Aku tidak akan segan-segan memberi siapapun pelajaran karena telah membuat wanitaku terluka.”
Mendapati kalimat seperti itu terlontar dari bibir suaminya, hati Ella dilingkupi rasa hangat. Pria itu selalu bisa membuat Ella terbang ke langit ke 7 hanya lewat ucapannya. Membuat Ella begitu merasa dicintai juga dilindungi.
“Jangan pernah pergi lagi saat aku tertidur, aku tidak suka.”
Ella mengangguk sebagai jawaban. “Maaf. Tadi Ella pergi karena mau membantu Bi Mimin.”
“Jangan diulangi lagi, aku selalu ingin terbangun dengan kamu di sisiku.”
Ella mengangguk dengan wajah tersipu malu. Melihat itu, Darren tak kuasa menerbitkan senyum. Diraihnya tubuh mungil sang istri ke atas pangkuan. Awalnya Ella meronta, takut ada bi Mimin yang melihat keintiman mereka. Namun, Darren menahan posisinya. Pria rupawan itu ingin sang istri berada di posisi tersebut lebih lama.
“Biarkan seperti ini sebentar saja.”
“Tapi, Mas. Bi Mimin nanti lihat, Ella malu.”
“Kenapa harus malu hm?” tanya Darren seraya memainkan anak rambut yang jatuh menghiasi pelipis sang istri.
“Malu aja,” lirih Ella seraya menyembunyikan wajahnya di dada bidang sang suami.
Mereka memang bukan baru menikah sehari-dua hari. Tetapi tetap saja sukar mengumbar keintiman di tempat terbuka. Apalagi Ella tipikal perempuan yang pemalu. Hanya dengan satu kecupan ringan saja, wajah ayu miliknya bisa kontan berubah menjadi kepiting rebus. Hal itulah yang menjadi salah satu point plus bagi Darren. Ia suka wanitanya yang polos, lugu, dan pemalu. Ibarat ia memiliki anak kucing yang pemalu namun amat menggemaskan di mata.
“Mas Darren, udah ya? Kita sarapan dulu.”
Mendapati penolakan dari sang istri, Darren tak mengindahkan. Pria itu sibuk memainkan daun telinga sang istri yang tampak menarik di matanya. Ya, beginilah kelakukan Darren saat dekat istri mungilnya—Estrella. Wanita cantik yang selalu terlihat mempesona dalam kesederhanaannya.
Ella tidak perlu tampil wah untuk merebut hati Darren. Karena bagi Darren, apa yang melekat pada wanitanya adalah penunjang. Wanitanya sudah memiliki kecantikan yang luar biasa terpancar dari dalam dirinya sendiri. kesederhanaan itulah yang selalu membuat Darren rindu kala berjauhan dengan istri kecilnya. Setiap kali lelah mendera pasca bekerja, senyum manis sang istri selalu mampu meluluhlantakkan rasa lelah tersebut. Oleh karena itu, Darren rela memangkas jarak berjam-jam lamanya demi menemui sang istri di sela-sela kepadatan jam kerjanya.
Darren mengenal Ella sebagai gadis pemalu yang suka sekali bercocok tanam. Kedatangan Darren ke kampung ini dulunya untuk membangun desa yang masuk ke dalam desa tertinggal. Kendati berada jauh di pelosok, kampung yang dipimpin oleh ayah Ella memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah. Darren yang notabene seorang pembisnis melihat peluang besar di sana. Awalnya Darren tidak terjun secara langsung, tetapi anak buahnya yang bertugas di lapangan.
Merasa kurang puas dengan kinerja anak buahnya di lapangan, pada suatu ketika Darren memilih terjun secara langsung. Setibanya di lokasi, Darren disambut oleh keramahan para penduduk kampung. Mereka menerima Darren yang datang dengan niat baik untuk membangun kampung mereka. Dari sana pula, Darren mengenal Ella. Gadis yang menjadi kembang desa.
Bukan hanya memiliki rupa cantik yang menarik, pembawaan Ella yang anggun dan pemalu menjadi point plus. Banyak lamaran datang untuk Ella sekalipun gadis itu masih terlalu belia untuk diperistri. Sadar akan ketertarikan yang semakin menjadi setiap harinya, Darren memberanikan diri untuk melamar Ella. Siapa sangka jika orang tua gadis itu menerima lamaran Darren dengan suka cita.
Darren awalnya memang berpikir jika pernikahan ini akan menambah kepercayaan masyarakat kepadanya. Hal itu akan mempermudah Darren dalam mengembangkan tujuan utamanya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu, Darren merasakan candu. Ia mulai terbiasa hidup dengan Ella. Wanita mungil yang ia peristri tanpa sepengetahuan istri pertamanya.
Bagi Darren izin istri pertamanya tidaklah penting. Mengingat pernikahan mereka hanya sebatas di atas kertas. Darren juga ingat betul jika ada salah satu butir pasar yang mengatakan soal larangan ikut campur. Darren tahu ia telah melanggar kesepakatan yang ada. Namun, semua itu ia lakukan semata-mata karena ia merasa tidak mendapatkan feedback dari pernikahannya dengan Evelyn.
“Mas, mau tambah lagi nasinya?”
“Hm, sedikit saja.”
Dengan telaten Ella melayani sang suami yang tengah sarapan pagi. Darren tampak lahap menikmati setiap menu yang terhidang di atas meja. Ella tersenyum senang melihat sang suami makan dengan lahap. Pria itu memang terkadang sulit jika disuruh memakan nasi. Oleh karena itu, sebagai seorang istri Ella harus pandai-pandai mengakali.
“Biarkan saja. Biar Bi Mimin yang mencuci piringnya,” lerai Darren saat melihat Ella hendak mendekati area wastafel.
“Ini sedikit kok, Mas. Biar Ella aja yang nyuci.”
“Kamu membantah ucapan ku?” tanya Darren seraya menyipitkan mata. “Kamu sedang terluka, Ella. Jangan macam-macam.”
Ella melirik sikunya yang lecet. Luka yang Darren maksud memang tidak terlalu serius. Akan tetapi, pria itu melarang Ella melakukan pekerjaan rumah. Sekalipun itu pekerjaan yang ringan.
“Kemarilah. Aku memiliki tugas yang lebih penting untukmu.”
“Tugas penting?”
“Kemarilah Ella,” panggil Darren. Pria rupawan itu masih duduk di kursi makan.
Ella mengangguk seraya berjalan mendekati sang suami. “Mas punya tugas apa buat Ella?” tanyanya ketika berhasil menghampiri sang suami.
“Temani aku,” ujar Darren seraya membawa tubuh mungil Ella ke pangkuannya.
“Mas, nanti dlihat Bibi. Malu ih,” rengek Ella, tidak nyaman dengan posisinya saat ini.
“Kenapa kamu sangat pemalu?” bisik Darren seraya menyentuh sepanjang garis wajah sang istri. “Kita sepasang suami istri. Mereka akan memaklumi jika melihat kita begini.”
Ella kehabisan kata-kata untuk menjawab. Setiap ada sang suami di rumah, maka keseharian Ella adalah menemani pria tersebut. Darren tak mengizinkan Ella jauh darinya barang sejenak saja. Namun, tidak berselang lama aktivitas pasangan suami istri yang baru menikah itu terganggu oleh suara deringan telepon milik Darren.
“Mas, angkat dulu teleponnya. Siapa tahu penting?”
“Tidak perlu,” jawab Darren enteng. Ia menduga jika telepon itu pasti berasal dari sekretarisnya.
“Mas, angkat dulu,” ujar Ella untuk ke sekian. Mengingat telepon sang suami kembali berdering.
Darren memutar bola matanya malas. Dengan gerakan cepat pria rupawan itu menekan tombol power pada teleponnya, tanpa mengecek nama si penelepon terlebih dahulu. Darren tidak mau diganggu. Apalagi ia tengah menikmati waktu paginya bersama sang istri.
🥀🥀
“Oh my god, di-reject lagi!”
Pria yang mengenakan kemeja berwarna biru langit itu misuh-misuh sendiri sembari berjalan kesana-kemari. Sudah berulang kali ia menelepon seseorang, tetapi hasilnya tetap nihil. Padahal ia memiliki satu berita krusial.
“Sudahlah, Dimi. Kamu buang-buang waktu,” ujar sebuah suara yang berasal dari arah bed pasien.
“Suami you benar-benar bikin darting, Ev! Eike pengen hubungi dia supaya dia tahu kalau you habis tertimpa musibah.”
“Dia sedang berada di luar kota. Mustahil dapat dihubungi.”
“Semustahil itu? Memangnya dia ada di mana? Di pedalaman Papua?!” cerocos pria tersebut sebal.
Wanita cantik yang berbaring di atas bed itu tersenyum tipis. Ia terlampau tidak memiliki tenaga untuk menenangkan sang manager. Jadi, ia hanya bisa membiarkan pria gemulai itu misuh-misuh sejak tadi. Dua puluh menit yang lalu ia dipindahkan ke ruang rawat inap, pasca melakukan serangkaian pemeriksaan. Padahal empat puluh menit yang lalu, ia masih bersolek di depan lensa kamera menggunakan salah satu koleksi gaun musim panas bermotif flora. Tetapi, siapa sangka musibah datang seperkian detik berikutnya.
Salah seorang anak magang yang kebetulan bekerja sebagai asisten hair stylist Evelyn menimbulkan kecelakaan karena kelalaian. Evelyn mengalami cidera karena kakinya tertimpa properti yang tidak sengaja disenggol si anak magang, sehingga mengakibatkan kaki super model itu terluka di bagian pergelangan. Dokter yang menangani Evelyn mengatakan jika Evelyn harus rehat sejenak dari dunia modeling selama kakinya cidera.
Evelyn bahkan dilarang mengenakan heels bertumit tinggi untuk beberapa waktu yang belum dapat dipastikan. Kecelakaan itu tentu membuat Dimi—manager Evelyn—uring-uringan. Padahal mereka sudah prepare untuk terbang ke salah satu Negara di Eropa. Schedule Evelyn juga padat hingga lima bulan ke depan. Karena insiden ini, terpaksa Dimi melakukan perombakan jadwal besar-besaran.
“Setidaknya suami you harus tahu kalau istrinya masuk rumah sakit, Ev,” ujar Dimi seraya menatap layar telepon miliknya sebal.
Pria itu tidak mengerti jalan pikiran suami Evelyn. Sepenting itukah pekerjaan bagi keturunan Xander tersebut?
Seumur-umur bekerja untuk Evelyn, tidak pernah tuh Dimi melihat Darren memperhatikan Evelyn selayaknya suami-istri pada umumnya. Semua hanya berpusat di depan lensa kamera. Dimi sudah kelewat hafal dengan scenario hidup pasangan couple goals tersebut.
“Jangan membuang waktumu untuk perihal yang tidak penting, Dimi.” Evelyn berucap seraya tersenyum skeptis. “Sia-sia saja menghubungi Darren. Tidak ada gunanya.”
“Menyedihkan sekali suami you itu. Perbandingannya kayak bumi dan langit sama Dean, oops!”
Dimi melirik Evelyn dengan tatapan jenaka. Evelyn hanya memutar bola matanya malas. Omong-omong soal Dean, pria itulah sosok yang telah menjadi ‘superhero dadakan’ saat Evelyn mendapatkan musibah. Dean juga yang membawa Evelyn ke rumah sakit, hingga mengurus biaya administrasi dan ruang rawat inap VVIP yang sekarang Evelyn tempati.
“Aku juga tidak pernah mau dia berbuat seperti ini, Dimi.”
“Dean melakukan semua ini karena cinta mati sama you, Em.”
“Menggelikan,” komentar Evelyn.
“Itulah kebenarannya, Ev. Coba saja you menikah dengan Dean, bukan Darren.”
Evelyn mengedipkan bahunya acuh seraya menarik selimut tinggi-tinggi, sehingga menutupi bagian leher. “Aku mau beristirahat, Dim. Jangan pernah menghubungi Darren lagi,” pesan Evelyn seraya menutup mata. “Karena itu percuma saja. Dia tidak akan datang.”
Mendengar pesan itu, Dimi hanya bisa menghela nafas gusar seraya menyimpan teleponnya ke dalam saku celana. Mungkin benar kata Evelyn, percuma saja menghubungi Darren. Karena semua itu tidak ada gunanya.
...🥀🥀...
...UP Lagi, ya🔥...
...Jangan lupa like, komentarrrr, vote, share & follow Author 🥰...
...Enaknya Darren diapain??...
...Sukabumi 03/12/21...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
DG s
cerai aja kali😌
2024-09-09
0
Asri Handaya
entahlah aku juga gak suka sama Ella...
2023-07-09
2
Erni Fitriana
kita sidang....kita tanya..klo memang adh gak ada rasa sama ev...lepasin ev....biar arjuna cinta yg memasangkan ev sama laki"yg saling cinta
2022-09-12
2