M2🥀 : MARRIAGE WITH BENEFIT
Mentari bersinar dengar cerah pagi ini. Dibarengi dengan gumpalan mega putih yang menggantung, menghiasi Kanvas biru di atas sana. Seberkas senyum diterbitkan oleh Ev saat melihat seorang pria rupawan memasuki area ruang makan. Ia sendiri sudah menunggu kehadiran pria itu di meja makan sejak tadi.
“Good morning, Darren.”
“Hm. Good morning, Ev.”
“Hari ini Bibi masak nasi. Kamu mau aku buatkan sandwich? Kamu jarang makan nasi, ‘kan?”
Lima tahun bukanlah kurun waktu yang sebentar bagi Ev mengenal Darren. Hampir separuh hidupnya dihabiskan bersama Darren. Sedikit banyaknya, Ev mengetahui soal apa yang Darren ‘like or no’t like’. Termasuk soal urusan perut. Pria itu jarang nasi. Karena ia sendiri tumbuh di lingkungan orang tua yang memiliki darah campuran Western dan Asia. Sejak kecil Darren tidak terlalu banyak mengonsumsi karbo dalam bentuk nasi. Darren biasa menganntinya dengan bahan lain yang sama-sama mengandung karbo tinggi.
“Hm, jika tidak merepotkan.”
“Tentu saja tidak.” Ev beranjak cepat.
Wanita cantik dalam balutan outfit sport itu kemudian berlalu untuk membuat apa yang suaminya minta. Saat mereka sama-sama berada di rumah, Ev dan Darren akan menghabiskan waktu sarapan bersama setelah Ev menyelesaikan jadwal olahraga rutin. Wanita itu biasa berolahraga dengan jogging rute pendek hingga menengah di sekitar rumah. Jika cuaca sedang tidak mendukung, Ev akan memilih berlari di atas treadmill selama puluhan menit. Sesekali Ev juga menghabiskan paginya dengan melakukan yoga atau pilates.
Gaya hidup sehat memang sudah melekat dengannya sejak lama. Begitu juga dengan Darren. Hanya saja, pria itu lebih memilih olahraga di dalam ruangan. Mulai dari squat jump, push up, plank, dan latihan berat lainnya. Darren juga memiliki jadwal wajib nge-gym setiap dua sampai tiga kali seminggu.
Oleh karena itu, bentuk tubuh Darren tidak diragukan lagi. Jika dia mau menjadi model, mungkin iklan L-Men akan menjadi langganan. Tubuh Darren memang mengoleksi enam pack berderet yang sentuhable. Belum lagi dada bidang dan bahu tegapnya yang pelukable. Bohong jika ada wanita yang tidak mabuk kepayang jika disodorkan lelaki se-hot Darren. Manager Ev saja pernah mengatakan jika pihak brand kenamaan sekelas Calvin Klein saja siap mendapuk Darren sebagai brand ambassador jika pria itu bersedia.
“Bagaimana pekerjaanmu, Darren? Aku dengar sekarang produk ekspor-inpor sedang alaku keras di pasaran?”
“Hm.”
“Apa kamu tidak berenca untuk membuka cabang baru?”
Pria yang baru saja menyelesaikan acara sarapannya itu mengusap bibirnya dengan tisu. Kemudian pandangannya beralih pada Ev. Wanita yang dia nikahi lima tahun lalu.
“Aku harus pergi ke luar kota untuk beberapa hari ke depan.”
Ev menautkan kening mendengarnya. “Tiba-tiba begini? Bukannya kamu baru pulang?”
“Ada urgent meeting yang harus aku hadiri.”
“Tapi, bukannya kamu baru kembali, Darren? Tidakkah kamu memikirkan tawaran Ibumu untuk berkunjung?”
“Ibuku akan mengerti jika putranya sibuk.”
Ev tersenyum pongah. Padahal belum 24 jam suaminya kembali, kini dia akan pergi lagi. Jika saja pernikahan mereka normal, layaknya pasangan pada umumnya. Apa yang akan terjadi jika suami kalian terus-menerus sibuk dengan pekerjaanya? Marah? Kesal? Atau, paling tidak merajuk.
Namun, semua itu tidak berlaku bagi Ev. Darren adalah Darren. Pria itu hanya membubuhkan namanya sebagai suami Ev, tetapi tidak dengan perasaanya. Mereka menikah karena dijodohkan, plus dengan benefit yang menguntungkan bagi kedua belah pihak. Ev tidak pernah menyesali keputusannya menerima lamaran Darren, karena Darren adalah pria yang tepat untuk marriage with benefit yang dia butuhkan.
Darren tidak banyak menuntut. Ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bekerja, maka tidak ada pula indikasi baginya melanggar rules yang telah ditetapkan. Tidak akan ada perceraian di antara mereka, kecuali jika salah satunya ada yang melanggar rules. Maka tak ayal jika 5 tahun mereka bertahan dalam hubungan tersebut.
Jika pasangan lain saling menjaga keharmonisan menggunakan keromantisan, lain hal dengan keduanya. Mereka bertahan selama ini, hanya berpegang teguh pada kepercayaan juga feedback yang didapatkan. Setidaknya, karena mereka menikah, Ev bebas berkarir di dunia modeling tanpa harus diusik oleh keluarga besarnya. Begitu pula dengan Darren yang bisa duduk manis di kursi CEO karena menjadi suami Ev.
Perhatian Ev teralihkan saat melihat Bi Surti—asisten rumah tangga mereka—turun membawa sebuah koper yang dia yakini milik suaminya. Ev menautkan kening melihatnya.
“Kamu akan pergi sekarang?”
“Hm.”
Ev beranjak saat Darren beranjak. Pria itu tampak rupawan dalam balutan outfit formal bernuansa dark blue.
“Kamu tidak pergi dengan Damian?”
Darren yang mendengar nama sekretarisnya disebut-sebut, menaikkan sebelah alis. “Damian sedang ada di Labuan Bajo bersama istrinya.”
Ev terdiam. Benar juga, sekretaris suaminya tengah berada di Labuan Bajo. Dia dan istrinya tengah menikmati second honeymoon sebagai perayaan anniversary yang ke-3.
“Aku pergi.”
Sebelum pria itu benar-benar menghilang setelah mengambil alih kopernya, Ev kembali bersuara. Membuat Darren berbalik sejenak.
“Darren.”
“Hm?”
Ev tersenyum tipis, kemudian bersuara. “Hati-hati di jalan. See you soon.”
Untuk sejenak pria rupawan itu terpaku. Jarang sekali Ev yang cuek mengiringi kepergiannya dengan ucapan ‘sampai jumpa’. Selama ini Ev selalu abai dan berucap seadanya, berbeda dengan pagi ini. Namun, semua itu tetap tidak akan menahan Darren dari kepergian. Dia memiliki schedule perting di luar sana.
🥀🥀
“Camera, rolling, action!”
Mendengar aba-aba tersebut, seorang wanita cantik yang mengenakan gaun musim panas corak bunga-bunga dari Cecilie Bahnsen langsung bersolek di depan lensa kamera. Kepiawaiannya bersolek di depan lensa memang selalu berhasil membius setiap netra. Apalagi wajah menawan yang dimilikinya, kian mencuri banyak hati.
Siapa yang tidak mengakui kepiawaiaan Ev ketika berhadapan dengan lensa kamera. Dia pandai beradu akting, bersolek di atas catwalk, hingga melantunkan bait-bait lagu dengan merdu. Ev multitalenta. Hal itu juga yang membawanya terus bersinar kala berkiprah di dunia showblitz.
“Lusa kita terbang ke Paris, you udah bilang sama suami?” tanya pria dengan bulu mata cetar anti badai bak Princess Syahrini tersebut.
“Dia sudah pergi pagi tadi,” jawab Ev malas seraya meraih segelas lemon water yang disediakan untuknya.
“Again?”
“Hm. Urgent meeting katanya.”
Pria yang berlagak seperti wanita itu berdecak seraya menyimpan peralatan Ev di dalam tas. Syuting terakhir telah selesai dilaksanakan. Setelah ini, mereka akan bertolak ke Grand Indonesia untuk melakukan meeting.
“Suami you itu terlalu busy, Ev. Dia enggak ada waktu sama you.”
“Karena perioritasnya adalah pekerjaan.”
“Oh my god, jangan bilang kalau kemarin dia lupa sama anniversary kalian?”
Ev memutar bola mata malas mendengar ucapan sang manager. It’s true. Jika benar Darren lupa, dia harus apa? Toh, tidak penting juga mengingat hari jadi mereka.
“Kita berangkat jam berapa?”
“Jam delapan, tapi jangan mengalihkan pembicaraan.”
“Please, Dimi. Aku gak mau bahas Darren.”
Pria yang dipanggil Dimi itu mengangguk paham. “But, Ev, gimana sama undangan couple itu? You gak mau dateng?”
Ah, sekarang Ev baru ingat. Undangan yang harus dia hadiri bersama sang suami. Namun, sekarang sudah percuma. Pria itu sudah pergi ke luar kota, dan nomer teleponnya akan sulit dihubungi. Pekerjaan Ev bertambah lagi. Dia harus memikirkan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan Ibu mertuanya, soal ketidakhadiran sang putra nantinya. Merepotkan, pikir Ev.
🥀🥀
Sukabumi 13/11/12
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Erni Fitriana
hadew darrennnn....anyep banget ngadepin istri
2022-09-10
2
Maria Ulfa
baru baca nih kayaknya seru dan bakal banyak bawang nih ceritanya juga bagusss
2022-08-15
1
anggit
apa ev udah jatuh cinta yaa
2022-01-08
3