M4 : DUA WANITA DARREN

M4 🥀 : DUA WANITA DARREN

Seorang wanita cantik bak batari yang tengah pelesiran ke bumi, tampak bersolek di depan lensa kamera. Dengan piawai ia berpose agar mendapatkan hasil pemotretan yang diinginkan. Tubuh body goals miliknya terbalut cut off shoulder Ball Gown berwarna maroon yang cocok untuk outfit ke pesta.

“CUT!”

Mendapati instruksi tersebut, Ev menghela nafas kasar. Cut off shoulder Ball Gown yang ia kenakan saat ini adalah dress ke-4. Belum lagi ada 3 dress model cut of shoulder lain yang belum ia kenakan. Sebenarnya ia sudah letih melakukan rutinitasnya yang satu ini.

“Good job, Ev. Masih ada three look lagi yang harus you pake.”

“Gak bisa di-skip aja, Dimi? Bukannya pesawat kita take off pukul dua?”

“No, no, no. Pemotretan ini sangat urgent, Ev.”

Wanita cantik itu mengangguk faham. Saat keduanya tengah berbincang-bincang, seorang pria bersetelan jas rapih tampak memasuki studio. Hampir separuh eksistensi di dalamnya tertarik untuk melirik ke arah pria tersebut. Aura penuh karisma dan wibawa terpancar di setiap langkah yang pria itu ambil.

“Ev, bisa kita bicara.”

Ev mendongkrak, menatap pria bermata abu-abu tersebut. Wajah rupawan bak dewa-dewa yang digambarkan dalam mitologi Yunani itu tampak serius dengan ucapannya. Untuk sejenak Ev menatap pria itu dalam diam. Siapa yang tidak mengenalnya? CEO sebuah agensi model ternama di kota ini. Pria itu juga terkenal sebagai salah satu eksekutif muda yang cukup royal dalam menyabet berbagai penghargaan dari dunia global bussines.

“Maaf, Dean. Seperti yang kamu lihat sendiri, aku sedang sibuk.”

“Beri aku waktu 15 menit, Ev.”

Ev menghela nafas sejenak, sebelum melirik Dimi. “Dimi, tolong tinggalkan kami sebentar.”

“Okay. You punya waktu 20 menit sebelum pemotretan berikutnya,” ujar lelaki yang mengenakan kemeja biru langit tersebut.

Bersamaan dengan Dimi, para kru pun ikut meninggalkan ruangan. Menyisakan Ev dan pria bernama Dean tersebut. Untuk sejenak hanya ada kesunyian yang mengisi ruangan tersebut, sebelum Ev memulai percakapan.

“Apa yang ingin kamu katakan, Dean?” tanyanya to the point.

“Dinner with me.”

“Seriously?” tanya Ev remeh. “Apa kamu yakin ingin mengajakku dinner? Sedangkan aku masih berstatus istri Darren?”

“Persetan dengan statusmu, Ev. Sudah lima tahun aku menunggu kalian bercerai!”

“Pelankan suaramu, Dean. Aku tidak mau orang lain salah paham.”

Pria rupawan itu tersenyum congkak. “Semua orang juga tahu status kita, Ev.”

Ev menatap lawan bicaranya tidak suka. “Aku tidak akan menerima penawaran apapun di luar pekerjaan, Dean. Profesionalah. Aku di sini bekerja sebagai salah satu pegawai mu,” ujar Ev seraya mengalihkan tatapannya dari Dean.

Sudah bukan rahasia umum lagi jika Dean mengejar-ngejar Ev. Hal itu bahkan sudah terjadi bertahun-tahun lamanya. Ev yang pada dasarnya hanya menganggap Dean sebagai saudara, tentu membuat Dean tak puas. Pria rupawan bermarga Wijaya itu bahkan sudah berkelakar akan menunggu Ev menjanda sejak lama. Tetapi, begitulah Dean Wijaya bersikap.

Jika apa yang dia inginkan belum didapatkan, maka ia akan terus bertindak. Kendati perasaanya sudah ditolak mentah-mentah oleh Ev yang notabene ia tunggu-tunggu sejak masih dalam kandungan. Mengingat orang tua mereka bersahabat cukup dekat. Sebelum Ev dijodohkan dengan Darren, Dean awalnya berencana melamar Ev. Namun, rencananya urung terlaksana karena Darren telah mencuri start.

“Keluarlah Dean, waktumu sudah habis.” Ev menunjuk pintu keluar dengan jemari lentiknya yang dihiasi nial art.

“Ev, bisakah kita seperti dulu?”

“Tidak, Dean,” jawab Ev cepat, singkat dan padat. “Semua sudah berubah sejak aku menjadi wanita Darren, dan kamu menganggap ku sebagai seorang wanita. Bukan sebagai sahabat.”

Dean mengepalkan tangannya kuat. Setiap kali kata ‘wanita Darren’ meluncur dari bibir wanita yang dia cintai, Dean rasanya marah sekali. Ia masih tidak terima jika Ev harus menjadi wanita Darren. Pria yang selalu berhasil maju satu langkah dalam bidang apapun darinya.

🥀🥀

Seulas senyum tampak tertarik di labium seorang gadis yang tengah menatap pantulan dirinya di cermin. Wajah dengan kantuk dan raut lelah yang tergambar di sana berhasil membuatnya mengingat memori menyenangkan bersama pria yang ia cintai. Siapa lagi jika bukan pria yang sekarang tengah terlelap di atas ranjang?

Pria rupawan dengan tubuh tegap nan sempurna. Dalam setiap tindakannya mampu membuat hatinya berdesir hangat. Kendati ini bukan sehari-dua hari ia mengenal pria tersebut. Tetapi, setiap kali terbangun dalam dekapan dada bindangnya yang kokoh, plus dengan sajian wajah tampan yang tampak lelap dalam tidurnya, dia selalu dibuat berdebar-debar.

Ella kembali menyunggingkan senyum mengingat setiap momen yang tercipta di antara mereka. Terbayar sudah rasa rindu yang membelenggu. Sekarang setiap inci tubuhnya bisa merasakan aura positif pasca rindu itu terbayarkan. Selesai dengan urusannya di kamar mandi, Ella beranjak keluar. Rambut hitam legamnya masih tampak lembab saat ia keluar menuju meja rias. Dari pantulan cermin, ia bisa melihat prianya yang masih terlelap dalam damai. Tak mau menganggu, Ella meminimalisir bunyi yang dapat timbul saat ini bersiap-siap sebelum turun ke lantai bawah.

Tiba di dapur yang terletak di lantai dasar, seorang wanita paruh baya sudah tampak sibuk berkutat dengan peralatan memasak.

“Aduh, si Eneng senyumnya meuni lebar pisan.”

Ella tersenyum malu mendengarnya. “Ehm, Bibi lagi mau masak apa? Kenapa enggak nungguin Ella turun?”

“Aduh, Neng. Apan ada si Aa baru pulang, jadi Bibi teh paham atuh kalau perioritas Eneng sekarang siapa.”

“Tapi, Ella juga biasanya masak kalau Mas Darren pulang. Kecuali kalau telat bangun kayak sekarang. Bibi juga kenapa gak bangunin Ella?”

“Bibi mana berani atuh. Takutnya menganggu.”

Ella menggelengkan kepala. Wajah ayu tanpa pulasan make up itu tampak mampu membuat bi Mimin berpikir yang iya-iya.

“Sayuran di lemari pendingin udah mulai habis, Bi?” tanya Ella, mengalihkan perhatian.

“Sebagian, Neng. Ini Bibi juga mau beli ke pasar.”

“Biar Ella aja yang pergi, sekalian mau ambil bibit bunga di Pipit.”

“Eh, jangan atuh Neng. Nanti kalau si Aa bangun, terus nyariin gimana?”

“Bilangin aja lagi ke pasar, Bi. Lagian Mas Darren juga bangunnya pasti nanti.”

“Kecapean ya, Neng?” goda bi Mimin.

“A-paan sih, Bi. Namanya juga baru pulang kerja, pasti cape,” jawab Ella kikuk.

Bi Mimin tersenyum makluk. Kemudian membiarkan nyonya mudanya untuk berbelanja sendiri ke pasar tradisonal yang letaknya juga tidak terlalu jauh. Sembari menggoes sepeda dengan laju standar, Ella melewati jalanan kampung yang kanan dan kirinya ditumbuhi pemandangan hijau. Sesekali ia juga membunyikan lonceng sepedanya saat berpapasan dengan beberapa penduduk yang hendak pergi ke ladang.

“Aduh, si Eneng semakin cantik aja,” puji si ibu penjual sayuran di tempat biasa Ella belanja.

Ella tersenyum ramah mendapati pujian tersebut. “Bi, Ella mau beli brokoli, bayam, sama pisangnya satu sikat.”

“Siap atuh, Neng cantik. Bentar, Bibi ambilin.”

Ella mengangguk serya melihat-lihat sayuran yang lain. Netranya tertarik pada kerancang bambu berisi mangga yang tampak menggugah selera.

“Kalau ini mangganya sekilo berapa, Bi?”

“Dua puluh ribu, Neng. Tapi, itu teh masih mengkel. Belum mateng. Kalau mau yang mateng ada di ranjang satunya lagi,” tunjuk si ibu pada keranjang mangga yang ada di dekat keranjang buah semangka.

Ella menggeleng. “Ella mau yang ini aja, Bi. Buat dibikin rujak.”

Si ibu penjual sayur mengangguk sembari tersenyum paham. Setelah menjumlahkan semua total belanjaan Ella, gadis cantik itu memberikan selembar uang pecahan seratus ribu untuk membayar belanjaannya.

“Ini, Neng. Ibu bonusin mangganya.”

Netra Ella berbinar senang saat si ibu penjual menambahkan dua mangga berkuran cukup besar ke kantong belanjaannya. “Terima kasih.”

“Sama-sama, Neng. Biar kelaksana mau dedek bayinya.”

Ella speechlesh mendengarnya. Seperkian detik berikutnya ia tersenyum tipis sembari mengangguk, lanta pamit untuk membeli kebutuhan yang lain. Si ibu pasti berpikir jika Ella sedang hamil, padahal kenyataanya…. Ella juga tidak terlalu yakin akan hal itu. Kali ini langkah Ella menuju ke kios daging sapi. Di mana seorang lelaki berpeji menjaga kios teresbut.

“Aduh, aduh, dewi Nawang wulan tos turun ka bumi.” Sapaan dari sara cempreng itu berhasil membuat Ella menyunggingkan senyum.

“Mau beli daging atuh, Neng Dewi? Mau daging bagian apa? Paha, perut, buntut juga ada.”

“Ella, kang Rahmat.” Ralat si empunya nama.

“Oh, iya.” Lelaki bernama Rahmat itu tersenyum lebar. “Habisnya, aura si Eneng ini kayak dewi-dewi kayangan. Kuat sekali, sampai membuat saya lupa diri.”

“Aduh, si Rahmat ada pembeli teh malah dirayu terus,” sahut seorang wanita paruh baya yang datang dari arah berlawanan.

“Kesempatan atuh, Ema. Jarang-jarang ada wanita cantik datang ke pasar, selain Juminten si biduan desa.”

“Naon atuh bawa-bawa nama Nyai?” sahut seorang perempuan bergincu merah yang berjaga di kios jamu.

“Asal denger kamu, mah, Jum. Orang saya lagi ngobrol sama Neng Ella yang senyumnya membuat orang ter-Ella-Ella.”

Suasana pasar kian mengheboh karena perdebatan Rahmat si penjual daging dengan Juminten si penjual jamu. Sedangkan Ella yang menjadi awal mula pelecut kehebohan hanya bisa berdiri sembari tersenyum kikuk.

“Udah atuh, Mat. Itu si Eneng mau beli daging.”

Rahmat tersadar akan tujuan Ella mendatangi kiosnya. Buru-buru lelaki berpeci itu menepuk jidat. “Astagfirullah haladzim. Meuni lupa.”

Ella tersenyum maklum melihatnya. “Ella mau dagingnya satu kilo ya, Kang Rahmat. Sama bagian iga setengah kilo.”

“Ok, siap Kang Rahmat sediakan, Neng.”

Ella mengangguk. Sembari menunggu, ia bercakap-cakap sejenak dengan wanita paruh baya yang tadi melerai Rahmat. Gadis itu memang cukup terkenal di kalangan masyarakat kampung, karena pembawaanya yang ramah terhadap semua orang.

Dulu, orang tua Ella juga sangat disegani di kampung tersebut. Ayah Ella menjabat sebagai kepala Desa, sedangkan ibunya bekerja sebagai bidan desa. Keduanya terkenal sebagai orang dermawan yang tak sungka memantu orang lain. Oleh karena itu, hingga keduanya meninggal dunia sekalipun, kebaikannya selama hidup di dunia tetap terkenang.

“Eh, Neng Ella. Sendirian aja?”

Ella menatap was-was seorang lelaki yang menghadang jalannya. Ia baru saja pulang dari rumah Pipit selepas meminta bibit bunga. Siapa sangka jika ia akan bertemu Komarudin, atau orang kampung biasa memanggilnya Komar. Putra sematawayang seorang juragan terkemuka yang memilki tanah perkebunan berhektar-hektar.

“Mau pulang, ya, Neng? Sini, biar Komar anterin.”

“Enggak usah, Ella bisa sendiri.” Ella menolak sembari menunduk. Takut melihat leaki yang sebagian besar tubuhnya dihiasi tinta permanen tersebut.

“Kenapa nunduk, Neng? Komar di sini, loh.”

Tanpa Ella duga, Komar lancang menyentuh dagu Ella. Agar membuat gadis ayu yang mengenakan terusan berwarna coklat susu itu mendongkrak.

“Lepain Ella!” ronta Ella. Tidak suka diperlakukan demikian.

Bukannya menuruti, Komar malah tertawa sumbar. Jalanan yang saat ini Ella lalui memang cukup sepi, mengingat jalan tersebut hanya dilewati orang-orang saat pulang atau pergi ke ladang. Ella sengaja lewat jalan itu karena jalan itu jalur tercepat untuk pulang ke rumah. Walaupu jalanannya sepi.

“Lepasin Ella, Ella mau pulang,” ujar Ella, masih bertahan dengan tekadnya agar bisa melewati Komar.

Namun, Komar malah menendang sepeda Ella yang sengaja dituntun, sehingga membuat kendaraan beroda dua yang digunakan untuk mengangkut sayuran yang dibeli Ella dipasar itu tersungkur ke tanah. Membuat belanjaan Ella berhamburan kemana-mana. Sebagian malah kotor dan lecet karena berbenturan dengan tanah.

“Mangga Ella,” ujar Ella sedih, saat mangga-mangga yang ia beli terlempar jauh hingga jatuh tercebur ke selokan yang airnya cukup deras.

Sembari berjongkok, Ella menatap sedih ke arah aliran selokan yang telah menghanyutkan mangga-mangga miliknya.

“Kenapa diam, Neng? Gak mau ngelawan Komar lagi?”

Ella masih diam membisu. Hati gadis itu sedih karena mangga-mangga yang ia beli dengan suka cita lenyap begitu saja. Padahal ia sudah berencana akan membuat rujak dengan mangga-mangga itu.

“Komar jahat!” hardiknya sedih.

“Komar baik kok, Neng. Udah, jangan nangis lagi. Nanti Komar beliin manga lagi. Tapi, sebelum itu Neng Ella harus mau—“ belum sempat lelaki itu menyelesaikan ucapannya, sebuah pukulan telak sudah terlebih dahulu mampir. Membuat tubuhnya terpelanting, kemudian jatuh menghantam tanah saking kerasnya pukulan tersebut.

“Berani sekali kamu menganggu wanita saya!”

Mendengar suara itu, Ella sontak mendongkrak. Membawa pandangannya pada sumber suara.

“M-as Darren.”

Di hadapannya, berdiri sang suami dengan raut wajah yang membuat Ella ketakutan. Pria itu tampak sangat marah. Namun, Ella tak memungkiri jika ia senang pria itu datang. Kehadiran pria rupawan itu membuat hatinya didera kelegaan.

...🥀🥀...

...TBC...

...Sudahkah menentukan Tim? Tim Ev atau Tim Ella? yang satu setiaaa.... yang satu pun sama👍...

...Yuk.... ramaikan komentarrrr...

...Sukabumi 17/11/2020...

Terpopuler

Comments

Ibelmizzel

Ibelmizzel

pendukung ev,ev setia

2024-04-19

1

Asri Handaya

Asri Handaya

saya tetap team ev... bagaimanapun pernikahan itu suci.. kalo mau nikah lgi y cerai dulu.. atau minta izin istri pertama

2023-07-09

1

Erni Fitriana

Erni Fitriana

wahhhh 1 kota denganku nihhhhh

2022-09-11

1

lihat semua
Episodes
1 M1 : COUPLE GOALS
2 M2 : MARRIAGE WITH BENEFIT
3 M3 : TOXIC
4 M4 : DUA WANITA DARREN
5 M5 : WANITA DARREN TERLUKA
6 M6 : DIMANA DARREN?
7 M7 : DARREN KEMBALI, EV PERGI
8 M8 : BUKTI DIKHIANATI
9 M9 : KEPUTUSAN EV
10 M10 : DARREN KENAPA?
11 M11 : PERHATIAN DARREN
12 M12 : PERHATIKAN AKU SEORANG
13 M13 : SUAMIKU
14 M14 : CARA EV MEMBALAS
15 M15 : DITOLAK?
16 M16 : YANG BERJUANG DAN DIPERJUANGKAN
17 M17 : KAMU SAKIT
18 M18 : HAMIL
19 M19 : SEBUAH ALAMAT
20 M20 : PATNER BERUMAH TANGGA
21 M21 : SUAMIMU, SUAMIKU
22 M22 : MENANGISLAH, EV
23 M23 : INI KAH, PEMBALASANMU EV?
24 M24 : LEMPAR BATU, SEMBUNYI TANGAN
25 M25 : AKU TIDAK AKAN MELEPASKAN MU
26 M26 : ‘DITANDAI’
27 M27 : TIDUR SERANJANG
28 M28 : MULAI TERUNGKAP
29 M29 : SIAPA AKU UNTUK NYA?
30 M30 : KAMU ISTRIKU, MAKA MENURUTLAH!
31 M31 : TOXIC RELATIONSHIP
32 M32 : APAPUN UNTUK EV
33 M33 : PERMINTAAN EV
34 M34 : BERTINDAKLAH, EV.
35 M35 : HARI YANG DITUNGGU-TUNGGU
36 M36 : PERPISAHAN YANG SESUNGGUHNYA
37 M37 : LANCANG
38 M38 : PERSIDANGAN
39 M39 : BEDA ANTARA ISTRI PERTAMA & KEDUA
40 M40 : DAN SIAPA??
41 M41 : KONDISI SANG MISTRESS
42 M42 : TINDAKAN PERSUASIF
43 M43 : SEBUAH KEBENARAN
44 M44 : GAMANG
45 M45 : TAK MAU KALAH APALAGI MENGALAH
46 M46 : EV PANTAS MENDAPAT YANG TERBAIK
47 M47 : MIMPI BURUK EV
48 M48 : BUAH DARI MIMPI BURUK
49 M49 : PALACIDIO DANIEL ADHITAMA X
50 M50 : PERJUANGAN SEORANG EVELYN
51 M51 : PERJUANGAN BELUM USAI
52 M52 : EGO, KETEGUHAN & KETAKUTAN SEORANG XANDER
53 M53 : ODETH & ODIL
54 M54 : D-EV-DEV-D-EV
55 M55 : MARAH
56 M56 : SUKAR DITOLAK & DIPILIH
57 M57 : KEBOHONGAN MACAM APA, INI?
58 M58 : KETIKA KETURUNAN XANDER BERJANJI
59 M59 : JALAN MENUJU ENDING
60 M60 : RESMI JADI SATU-SATUNYA
61 M61 : GOOD BYE
62 M62 : TERGANGGU & PENGANGGU
63 M63 : DIA TELAH PERGI
64 M64 : HIDUP BARU BERSAMAMU
65 M65 : HABIS MANIS, SEPAH DIBUANG
66 M66 : SEPERANGKAT KESERIUSAN
67 M67 : PENCARI KEBENARAN & KEPASTIAN
68 M68 : PILIHAN TERBIJAK
69 M69 : DITENDANG, TAPI MENENTANG
70 M70 : GUGURNYA CALON PENERUS
71 M71 : LUAPAN FAKTA
72 M72 : AYAH YANG BURUK
73 M73 : JALAN YANG MULAI TERURAI
74 M74 : PERLAHAN TERSISIHKAN
75 M75 : SESAL SEJADI-JADINYA
76 M76 : APAKAH INI KARMA-NYA?
77 M77 : SAMA-SAMA MENERIMA KARMA-NYA
78 M78 : MAAF
79 M79 : SUDAH DIMAAFKAN, TAPI BELUM DILUPAKAN
80 M80 : ‘Perè sayang, Dan’
81 M81 : BENTUK SEBUAH KEIKHLASAN
82 M82 : INI BUKAN MIMPI!!
83 PART EXTRA : PLANNING & WISHLIST
84 PART EXTRA : BUKAN ISAPAN JEMPOL BELAKA
85 EXTRA PART : HAPPY B-DAY DARREN
86 EXTRA PART : PERIKSA KANDUNGAN
87 EXTRA PART : TAKDIR YANG LEBIH BAIK
88 EXTRA PART : PADA AKHIRNYA CINTA BERKATA
89 EXTRA PART : SALING MELENGKAPI
90 EXTRA PART : BABY DAN
91 EXTRA PART : AQIQAH BABY DAN
92 EXTRA PART : 40 DAYS BABY DAN
93 EXTRA PART : DAN & DUCHESS
Episodes

Updated 93 Episodes

1
M1 : COUPLE GOALS
2
M2 : MARRIAGE WITH BENEFIT
3
M3 : TOXIC
4
M4 : DUA WANITA DARREN
5
M5 : WANITA DARREN TERLUKA
6
M6 : DIMANA DARREN?
7
M7 : DARREN KEMBALI, EV PERGI
8
M8 : BUKTI DIKHIANATI
9
M9 : KEPUTUSAN EV
10
M10 : DARREN KENAPA?
11
M11 : PERHATIAN DARREN
12
M12 : PERHATIKAN AKU SEORANG
13
M13 : SUAMIKU
14
M14 : CARA EV MEMBALAS
15
M15 : DITOLAK?
16
M16 : YANG BERJUANG DAN DIPERJUANGKAN
17
M17 : KAMU SAKIT
18
M18 : HAMIL
19
M19 : SEBUAH ALAMAT
20
M20 : PATNER BERUMAH TANGGA
21
M21 : SUAMIMU, SUAMIKU
22
M22 : MENANGISLAH, EV
23
M23 : INI KAH, PEMBALASANMU EV?
24
M24 : LEMPAR BATU, SEMBUNYI TANGAN
25
M25 : AKU TIDAK AKAN MELEPASKAN MU
26
M26 : ‘DITANDAI’
27
M27 : TIDUR SERANJANG
28
M28 : MULAI TERUNGKAP
29
M29 : SIAPA AKU UNTUK NYA?
30
M30 : KAMU ISTRIKU, MAKA MENURUTLAH!
31
M31 : TOXIC RELATIONSHIP
32
M32 : APAPUN UNTUK EV
33
M33 : PERMINTAAN EV
34
M34 : BERTINDAKLAH, EV.
35
M35 : HARI YANG DITUNGGU-TUNGGU
36
M36 : PERPISAHAN YANG SESUNGGUHNYA
37
M37 : LANCANG
38
M38 : PERSIDANGAN
39
M39 : BEDA ANTARA ISTRI PERTAMA & KEDUA
40
M40 : DAN SIAPA??
41
M41 : KONDISI SANG MISTRESS
42
M42 : TINDAKAN PERSUASIF
43
M43 : SEBUAH KEBENARAN
44
M44 : GAMANG
45
M45 : TAK MAU KALAH APALAGI MENGALAH
46
M46 : EV PANTAS MENDAPAT YANG TERBAIK
47
M47 : MIMPI BURUK EV
48
M48 : BUAH DARI MIMPI BURUK
49
M49 : PALACIDIO DANIEL ADHITAMA X
50
M50 : PERJUANGAN SEORANG EVELYN
51
M51 : PERJUANGAN BELUM USAI
52
M52 : EGO, KETEGUHAN & KETAKUTAN SEORANG XANDER
53
M53 : ODETH & ODIL
54
M54 : D-EV-DEV-D-EV
55
M55 : MARAH
56
M56 : SUKAR DITOLAK & DIPILIH
57
M57 : KEBOHONGAN MACAM APA, INI?
58
M58 : KETIKA KETURUNAN XANDER BERJANJI
59
M59 : JALAN MENUJU ENDING
60
M60 : RESMI JADI SATU-SATUNYA
61
M61 : GOOD BYE
62
M62 : TERGANGGU & PENGANGGU
63
M63 : DIA TELAH PERGI
64
M64 : HIDUP BARU BERSAMAMU
65
M65 : HABIS MANIS, SEPAH DIBUANG
66
M66 : SEPERANGKAT KESERIUSAN
67
M67 : PENCARI KEBENARAN & KEPASTIAN
68
M68 : PILIHAN TERBIJAK
69
M69 : DITENDANG, TAPI MENENTANG
70
M70 : GUGURNYA CALON PENERUS
71
M71 : LUAPAN FAKTA
72
M72 : AYAH YANG BURUK
73
M73 : JALAN YANG MULAI TERURAI
74
M74 : PERLAHAN TERSISIHKAN
75
M75 : SESAL SEJADI-JADINYA
76
M76 : APAKAH INI KARMA-NYA?
77
M77 : SAMA-SAMA MENERIMA KARMA-NYA
78
M78 : MAAF
79
M79 : SUDAH DIMAAFKAN, TAPI BELUM DILUPAKAN
80
M80 : ‘Perè sayang, Dan’
81
M81 : BENTUK SEBUAH KEIKHLASAN
82
M82 : INI BUKAN MIMPI!!
83
PART EXTRA : PLANNING & WISHLIST
84
PART EXTRA : BUKAN ISAPAN JEMPOL BELAKA
85
EXTRA PART : HAPPY B-DAY DARREN
86
EXTRA PART : PERIKSA KANDUNGAN
87
EXTRA PART : TAKDIR YANG LEBIH BAIK
88
EXTRA PART : PADA AKHIRNYA CINTA BERKATA
89
EXTRA PART : SALING MELENGKAPI
90
EXTRA PART : BABY DAN
91
EXTRA PART : AQIQAH BABY DAN
92
EXTRA PART : 40 DAYS BABY DAN
93
EXTRA PART : DAN & DUCHESS

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!