Setelah berkendara sekitar kurang lebih 20 menit, akhirnya Freya sampai juga di kampus tempatnya menuntut ilmu, disana sudah ada Hanna yang menunggunya.
“Kamu kemana saja sihh? Kok baru datang?” Tanya Hanna beruntun kepada Freya karena tidak biasanya dia terlambat di hari penting seperti ini.
“Apakah aku terlambat?” ucap Freya balik bertanya.
“Hampir saja kau telat, ayo kita masuk karena ibu A sudah datang” ucap Hanna.
“Kok, kau bisa sih terlambat? Ini bukan seperti jam kedatanganmu?” sambung Hanna lagi karena penasaran apa yang membuat temannya itu terlambat.
“Aaa.. itu ceritanya panjang, sekarang kita masuk dulu setelah itu kau bisa bertanya sebanyak yang kau mau dan aku akan menjawabnya” tutur Freya sambil menarik tangan Hanna untuk segera masuk ke ruangan dosen pembimbingnya itu.
“Janji yaa? Awas kalau nggak” ucap Hanna.
“Iya, janji. Ayo jangan bawel.” Ledek Freya sambil menarik tangan Hanna agar bergerak dari tempatnya berdiri.
“Hey, aku itu gak bawel, jika bawel mana mungkin kau mau jadi temanku” ucap Hanna mengeluh, tidak mau dikatakan bawel.
“Iya-iya. maaf” ucap Freya sambil memegang telinganya memohon maaf kepada Hanna.
“Hah,, maaf seperti apa itu? Akh.. sudah ayo lebih baik kita masuk, nanti kita dimarahi lagi karena telat” ajak Hanna.
“Ayo” ucap Freya. Mereka pun segera masuk untuk konsultasi tentang judul proposal mereka.
Akhirnya setelah satu jam berlalu mereka keluar dengan perasaan lega karena akhirnya pengajuan judul proposalnya diterima dan mereka tinggal memikirkan penyusunan prososal mereka.
“Ayo Re, kita ke kantin. Aku ingin tahu kenapa kamu terlambat?” ajak Hanna kepada Freya sambil menagih janji Freya.
“Ya, udah ayo.” Jawab Freya terpaksa, karena menurutnya alasan dia terlambat bukanlah hal yang penting untuk diceritakan karena tidak ada yang special tapi karena dia sudah janji akan cerita dan tingkat keingintahuan temannya berada pada level tinggi, maka mau tidak mau dia harus cerita.
Singkat cerita, kini mereka sudah duduk dalam kantin kampus mereka.
“Re, kamu mau makan atau minum?” Tanya Hanna
“Seperti biasa aja, tapi aku hanya mau minum. Aku sudah sarapan dari rumah” ucap Freya cuek.
“Ekspresi macam apa itu? Sudahlah,, baiklah akan aku pesankan, kau tunggu disini.” Ucap Hanna. Dan hanya dibalas anggukan oleh Freya.
Hanna pun berlalu ke tempat memesan untuk memesan pesanan mereka.
Setelah beberapa menit, Hanna kembali dari memesan dan kembali duduk dihadapannya Freya.
“Ayo cerita apa yang membuatmu terlambat?” Tanya Hanna penasaran akan cerita Freya.
“bisa gak? gak usah dibahas, gak ada yang spesial” Jawab Freya sambil meletakkan handphonenya dan menatap Hanna.
“Yaa,, gak bisa dong, kau kan sudah janji mau cerita, ayolah cerita, aku penasaran”tutur Hanna sambil menggoyang-goyangkan tangan Freya.
“Iya-iya baiklah aku akan cerita tapi lepasin dulu” ucap Freya sambil melirik tangannya yang saat ini masih dipegang oleh temannya itu.
“Akh.. baiklah ayo cerita” ucap Hanna penuh harap
Tapi disaat Freya sudah ingin cerita, tiba-tiba pelayan kantin mengantarkan pesanan mereka. Freya pun yang melihat minuman kesukaannya langsung saja menyeruput minumannya itu dengan antusias.
“Ayo, Re, cerita” paksa Hanna.
“Baiklah”jawab Freya sambil menghentikan acara minumnya dan menceritakan apa yang terjadi kepadanya karena sudah kasihan juga kepada Hanna yang sangat penasaran akan ceritanya.
“Tapi, jangan protes” sambung Freya mengingatkan Hanna untuk tidak menyela ceritanya.
“Baiknya, janji” jawab Hanna sambil membuat dua jarinya membentuk huruf V.
Freya pun menceritakan semua yang terjadi padanya kenapa dia sampai terlambat, tidak ada yang terlewati karena dia tahu Hanna akan protes jika ada yang terlewati. Freya menceritakan itu sambil menyeruput minumannya, begitupun dengan Hanna mendengarkan cerita Freya dengan seksama dan sambil menyeruput minumannya. Sesekali Hanna ingin protes tapi dilarang oleh Freya, akhirnya Hanna pun hanya mendengarkan cerita Freya dengan serius dan menyiapkan pertanyaan nanti yang akan ditanyakan setelah Freya selesai cerita. Setelah hampir 15 menit Freya bercerita akhirnya Freya menyudahi ceritanya.
“Baiklah, sudah selesai, silahkan bertanya? Aku tahu kan sangat ingin bertanya” ucap Freya yang tahu bahwa Hanna pasti telah menyiapkan banyak pertanyaan.
“Hehehh.. kau tau aja, jika aku ingin bertanya. Baiklah, pertanyaan pertama apakah kau mengenal pemuda itu?” Tanya Hanna memulai wawancaranya.
“Kan,, sudah kukatakan bahwa aku tidak mengenalnya tadi. Kau mendengarkan ceritaku gak sih?” jawab Freya cuek.
“Maksudku kau pernah ketemu dimana begitu, sejarah kan kau tadi mengatakan bahwa dia sepertinya anak orang kaya karena memiliki mobil mewah, siapa tahu aja kan dia anak orang penting.” Tutur Hanna.
“Gak, aku belum pernah bertemu dengannya, itu adalah pertama kalinya. Dan sekali lagi aku tekankan bahwa aku tidak mengenalnya dan tidak tertarik akan kehidupannya seperti apa.” Ucap Freya cepat dan cuek sambil menghabiskan sisa minumannya.
“Baiklah, pertanyaan kedua, apa kau membiarkan begitu saja uangmu tidak diganti?” Tanya Hanna kembali.
“Aku kan mengatakan aku membantunya, lagian juga dia tidak membawa dompetnya” jawab Freya kembali.
“Kan bisa dengan memberikan nomor rekening atau bisa juga dia hanya pura-pura tidak punya uang” tutur Hanna sambil menghabiskan sisa minumannya.
“Sepertinya memang dia benar-benar tidak membawa dompetnya” jawab Freya berpikir.
“Dan untuk nomor rekeningku, itu adalah privasiku jadi tidak sembarang ku berikan kepada orang yang baru saja ku kenal” sambung Freya menjelaskan.
“Darimana kau yakin bahwa dia tidak pura-pura?” Tanya Hanna lagi.
“Akhh.. itu feelingku saja” jawab Freya asal.
“Baiklah, pertanyaan ketiga ini yang paling penting, apakah dia tampan?” Tanya Hanna penasaran dan langsung mendapat jitakan dari Freya karena kebiasaan Hanna yang tidak bisa lepas dengan yang namanya mengagumi pria tampan.
“Aduhh,, sakit tahu” ucap Hanna mengeluh sambil memegang kepala yang kena jitakkan Freya.
“Ayo jawab pertanyaanku, apakah dia tampan?” sambung Hanna mengulangi pertanyaannya.
“Lumayan”jawab Freya cuek.
“Hanya lumayan? Yang benar aja? Kau yakin? Apakah kau tidak salah mengingat? Apakah kau sempat mengambil fotonya?” Tanya Hanna beruntun.
“Bisa gak? Kalau bertanya itu jangan banyak?”ucap Freya kembali menjitak kepala Hanna.
“Kau jahat, ini namanya penganiayaan” ucap Hanna mengeluh karena sudah dijitak sebanyak dua kali.
“Baiklah-baiklah, maaf. Makanya bertanya itu satu-satu agar aku tidak bingung mau menjawab pertanyaanmu yang mana lebih dulu. Kau tau kan lumayan itu berarti sudah masuk standard, aku tidak salah mengingat dan aku juga tidak mengambil fotonya karena aku tidak sepertimu” tutur Freya.
“Baiklah, apa kau tidak berpikir dia akan menjadi jodohmu begitu? Kan,, kau ingin menikah dengan orang yang baru kau temui” Tanya Hanna asal.
“Hey, kalau bicara itu jangan suka ngasal, aku memang memiliki keinginan menikah dengan orang yang baru kukenal tapi tidak seperti itu juga ceritanya, Hannaku sayang.” Tutur Freya.
“Lagian juga aku masih ingin menyelesaikan kuliahku, kalau perlu sampai aku melanjutkan S2, nanti setelah itu aku akan mewujudkan impianku menikah dengan orang yang baru kutemui. Dan stop kita membicarakan pemuda itu, aku hanya murni membantunya, anggap saja dia hanyalah angin lalu yang singgah dikehidupanku. Ayo sana bayar minumannya” sambung Freya panjang lebar dan menyuruh Hanna membayar minuman mereka.
Hanna pun hanya menurut saja, dan langsung membayar minuman mereka. Setelah itu mereka keluar dari kampus dan memikirkan penelitian untuk proposal mereka.
Happy Reading readers😊
Jangan Lupa Like, Vote dan Komen yaa Guys🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 143 Episodes
Comments
Vina
kebanyakan kata akh nih thor
2022-02-18
1
Leli Leli
ceritanya bagus maaf nyicil bacanya lain kali aq mampir lagi👌
2021-12-10
0